Relung dimana apa yang berkelebat mampu abadi,
Jejak akan berdetak oleh gerak sendiri,
Jingga merubah plastik kantin tanpa isi menjelma secarik puisi.
Ia senantiasa ada, bahkan saat yang lain tahu-tahu sirna,Â
Karena banyak dahaga mata yang terobati, andaikata ia tiba-tiba mati.
Beberapa waktu lalu,Â
Ternyata Kharisma menghabiskan kami sebagai butir tinta.
Dicelah kata dan garisnya yang hampir tak berdegup,
Dimintanya kami tetap hidup saat suasana tengah redup.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!