Mohon tunggu...
Alvinnur Salsabila
Alvinnur Salsabila Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

mambuat artikel

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Geopolitik dan Dampak Konflik Kawasan: Perang Rusia - Ukraina

6 Desember 2024   18:15 Diperbarui: 6 Desember 2024   19:02 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Geopolitik dan Dampak Konflik Kawasan: Perang Rusia-Ukraina

Alvinnur Salsabilah 

Perang Rusia-Ukraina adalah salah satu konflik terbesar abad ke-21 yang berdampak luas pada geopolitik, ekonomi, dan keamanan internasional. Dimulai pada tahun 2014 dengan aneksasi Crimea oleh Rusia, konflik ini mencapai puncaknya pada Februari 2022 ketika Rusia melancarkan invasi penuh ke Ukraina. Dengan eskalasi yang terus berlanjut hingga kini, perang ini telah memengaruhi stabilitas kawasan Eropa dan menciptakan konsekuensi global yang signifikan. 

 Latar Belakang Konflik  

Konflik Rusia-Ukraina berakar dari perubahan geopolitik pasca-Revolusi Dignitas di Ukraina, yang menggulingkan pemerintahan pro-Rusia di Kyiv. Rusia merespons dengan menganeksasi Crimea, yang memicu kecaman dari negara-negara Barat dan serangkaian sanksi ekonomi. Di saat yang sama, wilayah Donbas di Ukraina timur menjadi medan konflik antara pasukan Ukraina dan kelompok separatis yang didukung Rusia. 

Pada Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer skala penuh ke Ukraina, mengklaim bahwa langkah tersebut diperlukan untuk "denazifikasi" dan perlindungan warga berbahasa Rusia. Langkah ini memicu respons keras dari negara-negara Barat, termasuk bantuan militer besar-besaran untuk Ukraina dan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia. 

Dinamika Konflik Rusia-Ukraina dan Dampaknya terhadap Kebijakan Global

Konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung lebih dari dua tahun terus mengalami eskalasi, menimbulkan dampak yang meluas baik secara regional maupun global. Seiring dengan intensifikasi peperangan, negara-negara besar seperti Amerika Serikat (AS) semakin terlibat dalam ketegangan ini. Salah satu perkembangan terkini adalah keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia. Langkah ini memicu reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk Maria Butina, anggota parlemen Rusia, yang memperingatkan bahwa keputusan ini dapat memicu dimulainya Perang Dunia Ketiga. Seperti yang diungkapkan Butina dalam artikel CNBC Indonesia (2024), "Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang mencoba meningkatkan situasi semaksimal mungkin selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat." Sebagai respons, banyak negara yang khawatir tentang potensi eskalasi yang lebih besar akibat intervensi ini.

Selain itu, Rusia juga terus memperburuk ketegangan dengan serangan-serangan besar terhadap Ukraina. Pada 17 November 2024, Rusia melancarkan serangan besar-besaran ke ibu kota Ukraina, Kyiv, dengan menembakkan lebih dari 120 rudal dan 90 pesawat nirawak. Serangan ini menambah beban Ukraina yang sudah mengalami kerusakan parah pada infrastruktur energi mereka, dengan Presiden Volodymyr Zelensky mengungkapkan bahwa setengah dari kapasitas produksi energi Ukraina telah hancur akibat serangan udara yang berkelanjutan. Menurut Zelensky dalam laporan CNBC Indonesia (2024), "Pengeboman udara Rusia yang tak henti-hentinya telah menghancurkan setengah dari kapasitas produksi energi Ukraina."

Persiapan Pertahanan Negara-negara NATO

Ketegangan yang terus meningkat ini mempengaruhi negara-negara NATO yang terletak lebih dekat dengan garis depan, seperti Polandia, Estonia, dan Latvia. Negara-negara ini telah memperkuat kesiapan pertahanan mereka, dengan fokus pada persiapan masyarakat sipil untuk menghadapi ancaman militer. Seperti yang dilaporkan dalam artikel Muhaimin (2024), ketiga negara tersebut kini mendorong warganya untuk mengikuti pelatihan militer dasar guna memperkuat ketahanan nasional mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mereka menyadari potensi ancaman langsung dari konflik yang sedang berlangsung di Ukraina dan ingin mempersiapkan rakyat mereka jika terjadi eskalasi yang lebih besar. Dalam laporan SINDOnews (2024), dijelaskan bahwa "negara-negara NATO ini semakin khawatir akan potensi ancaman yang bisa menyebar lebih jauh ke wilayah mereka, sehingga mereka mempersiapkan rakyat mereka dengan pelatihan militer."

Selain itu, di dalam tubuh NATO sendiri, terdapat perbedaan pandangan tentang bagaimana menghadapi konflik ini. Kanselir Jerman, Olaf Scholz, menyarankan pendekatan diplomatik untuk mengakhiri perang, tetapi langkah ini tidak mendapatkan dukungan penuh dari semua anggota NATO. Polandia dan Lithuania, misalnya, menyuarakan keprihatinan bahwa pendekatan diplomatik yang terlalu lunak bisa memperburuk keadaan dan memberi keuntungan bagi Rusia. Seperti yang dinyatakan oleh Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, dalam artikel CNBC Indonesia (2024), "Sejarah terus memberitahu kita bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui kekuatan." Sebaliknya, mereka menekankan bahwa perdamaian yang sejati hanya bisa dicapai melalui penggunaan kekuatan yang lebih besar terhadap Rusia.

Reaksi Global terhadap Perang

Tidak hanya negara-negara NATO yang terpengaruh, tetapi juga negara-negara besar lainnya seperti China dan Korea Utara, yang memiliki kepentingan geopolitik sendiri dalam konflik ini. China, misalnya, terus menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina, mengingat dampak global yang dapat ditimbulkan. Meskipun China mengklaim netral, mereka terus mendesak gencatan senjata dan solusi politik yang lebih damai, sekaligus mendukung upaya untuk mengurangi ketegangan yang ada. Seperti yang disampaikan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam artikel CNBC Indonesia (2024), "Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak."

Sementara itu, Korea Utara, di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, juga mengambil sikap yang lebih agresif dengan mengirimkan dukungan kepada Rusia. Kim Jong Un menyatakan bahwa AS dan negara-negara Barat menggunakan Ukraina sebagai "pasukan kejut" untuk melawan Rusia, sementara mereka sendiri berusaha memperluas intervensi militer mereka ke kawasan lain. Dalam artikel CNBC Indonesia (2024), Kim Jong Un berkomentar, "Mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengalaman tempur mereka, dengan Ukraina digunakan sebagai pasukan kejut melawan Rusia." Langkah ini semakin mempersulit situasi yang sudah rumit, dengan menambahnya ketegangan internasional di luar Eropa.

 Dampak Geopolitik  

Perang ini membawa perubahan besar pada tatanan geopolitik dunia. Di Eropa, NATO memperkuat kehadiran militernya dengan ekspansi anggota baru seperti Finlandia dan langkah-langkah Swedia untuk bergabung. Selain itu, negara-negara seperti Norwegia dan Finlandia mulai mempersiapkan rakyat mereka untuk kemungkinan perang dengan menerbitkan panduan krisis. 

Di luar Eropa, konflik ini mempererat hubungan Rusia dengan negara-negara seperti China. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, menekankan bahwa "gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak." Pendekatan ini menunjukkan bahwa beberapa negara besar masih mendorong solusi damai sebagai jalan keluar dari konflik ini, meskipun posisi mereka sering dianggap ambigu oleh Barat. 

Namun, ketegangan global semakin diperburuk oleh perbedaan pandangan di antara negara-negara anggota NATO. Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan pentingnya diplomasi dalam mencapai perdamaian abadi, tetapi langkahnya mendapat kritik dari Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, yang menyatakan bahwa "perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui kekuatan." Ketidaksepakatan ini mencerminkan tantangan dalam menciptakan strategi yang koheren di antara sekutu Barat. 

 Dampak Ekonomi  

Konflik ini juga menciptakan guncangan besar dalam ekonomi global. Ketidakpastian geopolitik mendorong investor untuk beralih ke aset aman seperti emas, sementara pasar saham global mengalami fluktuasi yang tajam. Sementara itu, harga energi melonjak akibat pengurangan pasokan gas dari Rusia ke Eropa, yang memaksa negara-negara Eropa mencari sumber energi alternatif seperti LNG dari Amerika Serikat. 

Gangguan pada ekspor gandum Ukraina dan Rusia, yang merupakan salah satu pemasok utama dunia, juga menyebabkan krisis pangan global. Negara-negara berkembang yang bergantung pada impor pangan dari kawasan ini mengalami kenaikan harga yang signifikan, memperburuk situasi kemiskinan dan ketahanan pangan. 

Perang Rusia-Ukraina tidak hanya menjadi krisis regional tetapi juga titik balik bagi geopolitik dan ekonomi global. Dengan meningkatnya ketegangan antara kekuatan besar, konflik ini mencerminkan realitas dunia multipolar yang semakin kompetitif. Komunitas internasional harus memperkuat upaya diplomatik untuk mencegah eskalasi lebih lanjut dan mencari solusi damai yang berkelanjutan. 

Namun, tantangan tetap besar. Polarisasi politik, kepentingan ekonomi, dan ketegangan militer di berbagai kawasan membuat resolusi konflik ini menjadi proses yang panjang dan kompleks. Seperti yang dinyatakan Scholz, penting untuk menekankan dialog diplomatik, tetapi hal ini memerlukan kesediaan semua pihak untuk bekerja menuju perdamaian. Perang Rusia-Ukraina adalah pengingat bahwa konflik di satu kawasan dapat berdampak pada seluruh dunia, menuntut perhatian kolektif untuk menjaga stabilitas global. 

Daftar Pustaka

Muhaimin. (2024, November 19). Gara-gara Konflik Rusia-Ukraina, 3 Negara NATO Ini Persiapkan Rakyatnya untuk Perang. SINDOnews Internasional; SINDOnews.com. https://international.sindonews.com/read/1490591/41/gara-gara-konflik-rusia-ukraina-3-negara-nato-ini-persiapkan-rakyatnya-untuk-perang-1731985867

Sorongan, T. P. (2024, November 18). 8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3. CNBC Indonesia; cnbcindonesia.com. https://www.cnbcindonesia.com/news/20241118203848-4-589225/8-update-perang-rusia-ukraina-as-dekatkan-dunia-menuju-pd-3

Saryono, F., Fajarianti, A., Kurniawati, L. D., Akbariah, A. A., Jabar, I. A., & Yulyanti, F. (2022). Sikap politik dan hukum internasional Indonesia terkait penyerangan Rusia ke Ukraina. Jurnal Citizenship Virtues, 2(2), 386-397. https://doi.org/10.1234/xxxx

‌Untuk, D., Tugas, M., Mata, A., & Lembaga, K. (n.d.). ISU INTERNASIONAL ANTARA KONFLIK RUSIA VS UKRAINA MAKALAH. https://digilib.uinsgd.ac.id/52559/1/Bayu%20Naufal%20Muzakki%201193030020%20HTN%206A%20UAS%20Lembaga%20Lembaga%20Internasional%20(1).pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun