Kendaraan yang diproduksi selama lima tahun terakhir membutuhkan bahan bakar dengan oktan minimum 91. Kapasitas mesin sengaja dibuat tidak terlalu besar agar lebih hemat bahan bakar namun tenaga yang dihasilkan tetap besar. Biasanya mesin ini menggunakan kompresi mesin yang tinggi, di atas 9:1 yang kini umum dimiliki motor 4 tak.
Untuk memenuhi kinerja kompresi mesin tersebut sangat dibutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan/RON (Research Octane Number) yang tinggi.Â
Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi (irit bahan bakar) dan menurunkan kadar emisi. Nilai oktan menunjukkan titik ledak BBM, yaitu seberapa tahan bensin tersebut terhadap tekanan kompresi di ruang bakar. Semakin tinggi nilai oktan BBM, semakin tinggi pula titik ledaknya. Artinya semakin tahan BBM tersebut terhadap tekanan kompresi dan suhu di ruang bakar. Kadar oktan dalam bensin juga seringkali dikaitkan dengan ada tidaknya kandungan timbal (tetraethyl lead/TEL) dalam bensin. Bensin yang mengandung timbal tentu saja tidak ramah lingkungan.
Sesuai dengan regulasi EURO 3, saat ini semua produk bensin beroktan di atas 90 sudah tidak mengandung timbal lagi. Standar emisi ini sangat berperan sekali dalam kelestarian lingkungan khususnya kualitas udara.
Berikut ini tabel perbandingan kompresi mesin dengan kebutuhan nilai oktan bensin :
Â
Dilihat dari tabel di atas, Yamaha Mio saya dengan rasio kompresi 8.8:1 sebaiknya mengkonsumsi bensin dengan nilai oktan antara 87 - 92. Agar lebih optimal, seharusnya sih pakai Pertamax dengan RON 92. Selain memiliki nilai oktan yang tinggi yaitu 92, Pertamax juga mengandung formula Ecosave Technology, yaitu formula additive generasi terbaru yang berfungsi sebagai:
- Demulsifer: Menjaga kemurnian Pertamax dari air.
- Detergency: Pertamax akan membersihkan dan menjaganya dari timbunan kotoran, baik itu pada intake valve, port fuel injector dan combustion chamber.
- Corrosion Inhibitor: Pertamax akan mencegah timbulnya korosi/karat pada saluran dan tangki bahan bakar.