Sudah menjadi rutinitas tiap pagi, saya membuka aplikasi Instagram untuk melihat kegiatan visual yang terjadi pada 24 jam yang lalu. Setelah mengarungi belantara linimasa, mata saya tertuju pada postingan seseorang. Salah satu legenda di jagat musik Indonesia, mantan vokalis band legendaris, dan salah satu penyanyi pria yang berkharisma: Ari Bernadus Lasso atau akrab dipanggil Ari Lasso.Â
Dari postingannya, dia mengabadikan sebuah momen yang menurut saya cukup menggetarkan ketika lensa ponsel pintarnya menyorot ke Abdul Qodir Jaelani yang sedang mengiringinya bernyanyi lagu dari Dewa 19, Hadapi Dengan Senyuman.
Dari raut wajah Dul yang bermain keyboard, keluarlah tetes air mata di sudut bola matanya. Suasana haru itu coba ditenangkan Ari Lasso dan Andra Ramadhan sang gitaris yang berada di sampingnya.Â
Malam itu, Dul memang seharusnya tidak berada disitu. Dia terpaksa mengisi kekosongan keyboardist Dewa 19 Reunion setelah ditinggal keyboardist sebenarnya yang sekaligus ayahnya, Ahmad Dhani yang kini tengah berada di rutan Cipinang setelah menjadi terdakwa kasus UU ITE.
Pada hari itu, 2 Februari 2019 adalah tanggal dimana Dewa 19 bermain di Stadion Malawati, Shah Alam, Malaysia bersama Ari Lasso, Once dan Tyo Nugros dengan tajuk Dewa 19 Reunion live in Malaysia.
Seperti yang kita tahu, Ahmad Dhani dan Dewa 19 adalah bagian yang tak terpisahkan. Meski bukan front-man utama dari band tersebut, Dhani merupakan pencipta lagu terbanyak di Dewa 19.
Kejeniusan Dhani dalam bermusik membawa dirinya menjadi salah satu musisi terbaik yang ada di Indonesia. Bersama grup musik Dewa 19, Album Terbaik-Terbaik (1995) menjadi bagian dari 150 album Indonesia terbaik sepanjang masa versi majalah Rolling Stone Indonesia.Â
Saat Ari Lasso mengundurkan diri dari Dewa 19, Once yang menggantikannya di posisi vokalis mengubah posisi Dewa --yang sudah tidak menggunakan embel-embel 19, meski pada tahun 2007 kembali lagi menjadi Dewa 19--- menjadi "dewa" di belantika musik Indonesia pada era 2000'an. Album Bintang Lima (2000) dan Cintailah Cinta (2002) berhasil terjual di atas 1 juta kopi.Â
Hal ini membuat Dewa menjadi salah satu grup musik dengan album paling laris di Indonesia. Tak hanya itu, Dhani menjadi produser dan pencipta lagu hits untuk banyak artis di Indonesia.Â
Salah satu bukti adalah Reza Artamevia dan Agnes Monica yang menjadi musisi kenamaan yang pernah diproduseri Ahmad Dhani.
Selain itu, kolaborasi Dhani dengan musisi-musisi lain juga meroketkan namanya menjadi salah satu musisi paling laku di Indonesia. Tidak heran dua majalah musik kenamaan menobatkan Ahmad Dhani sebagai "25 Musisi/Grup Paling Berpengaruh dalam Musik Indonesia" versi MTV Trax dan "The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa "versi Rolling Stone Indonesia.
Terlepas dari pandangan politik maupun segala kontroversinya, Dhani memang punya andil dalam musik Indonesia. Seorang Dhani bisa membuai jutaan orang dengan lagu romantis seperti Cinta kan Membawamu atau Satu yang Tak Bisa Lepas.Â
Bisa membuat orang merenungi kehidupan dengan lagu Kuldesak atau Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada. Atau bisa juga membuat lagu untuk mengkritisi pemerintah seperti Distorsi.
Tidak hanya itu, Ahmad Dhani merupakan salah satu musisi yang apresiatif dengan musisi lainnya.Â
Bicara soal penjiplakan lagu seperti Cinta Mati II yang persis lagu Real Life - Sergio Mendes, Jika Surga dan Neraka yang persis lagu Stephen Simmonds -- Tears Never Dry, atau Cintaku Tertinggal di Malaysia yang mirip lagu dari Kayak - Ruthless Queen.Â
Ketiga lagu --dan hampir semua lagu Ahmad Dhani yang persis lagu musisi lain- Â tersebut, Ahmad Dhani membayarnya untuk diubah menjadi lagu versi ciptaan Ahmad Dhani.
Tidak hanya itu, lagu Neng Neng Nong Neng juga merupakan lagu Ahmad Dhani yang dibeli dari seorang peserta Indonesia Idol yang pada waktu itu dia menjadi jurinya.
Mungkin suatu hal yang manusiawi jika sebagai seorang anak menangis ayahnya yang berada pada kondisi yang di luar perkiraan. Suatu hal yang manusiawi bagi orang yang sebagian kehidupannya diisi oleh lagu-lagu dari Dewa 19 kehilangan sang pencipta lagu. Suatu hal yang manusiawi bagi personel Dewa 19 reunion dan manajemen Republik Cinta kehilangan sosok keyboardist yang bahkan pada saat menjelang konser pun masih berlatih bersama tanpa peduli proses hukum yang sedang berlangsung.Â
Tetapi show must go on. Tak masalah sang anak untuk sementara menjadi pengganti ayahnya yang berada di balik keyboard. Tak masalah jika lagu-lagu ciptaannya masih berkumandang di telinga puluhan ribu orang yang memenuhi stadion Malawati. Itu membuktikan bahwa sosok Dhani merupakan sosok yang pantas untuk diapresiasi atas kejeniusannya dalam bermusik. Layaknya sebuah lagu dari Dewa, maka dari itu, menangislah bila harus menangis karena kita semua hanya manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H