Mohon tunggu...
Alvin Malana
Alvin Malana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

|Mountain Guide |Traveller | http://alvinmalana.com/ |

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Surga Bunga Puspa Patuk Yogyakarta

27 November 2015   13:54 Diperbarui: 27 November 2015   18:25 3439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini Jumat tanggal 27 November 2015 Ibu Wartini (38 Tahun) tampak kelelahan campur haru biru karena kebun bunga puspanya didatangi puluhan hingga ratusan orang yang terletak di timur rumahnya Dusun Ngasem Ayu Kelurahan Salam Kecamatan Pathuk. Kebun ini menjadi amat sangat fenomenal hari ini. Karena setahu saya di Jogja belum ada wisata kebun bunga yang indah aduhai unyu-unyu. Ibu Wartini adalah pemilik lahan kebun surga ini bersama suaminya Bapak Sukadi. Sayangnya, beliau sedang tidak di rumah.            

Mereka berdua awalnya menjualbelikan bunga puspa di pinggir jalan sepanjang Jalan Pathuk pada tahun 2007 karena ada pembeli yang tertarik dengan bunga orange ini. Akhirnya berjalanlah terus usaha kedua mereka dengan pas-pasan. Ada waktu di mana Bapak Sukadi mengalami sakit lalu oleh Ibu Wartini diantarlah ke RS. Panti Rapih di Kota Yogyakarta. Kata Ibu Wartini, ”Wah, Mas, Bapak tak periksakan di Panti Rapih tapi kata dokternya hanya kelelahan.” Padahal menurut Ibu Wartini, Bapak sangat kesakitan karena selain menjual bunga juga jual es degan di pinggir jalan dekat rumahnya.

Akhirnya Pak Sukadi hanya dirawat di rumah. Setelah sembuh, keduanya meneruskan usaha pembibitan bunga puspa ini yang benihnya berbentuk seperti bawang merah. Hingga mereka berdua mendapat kesempatan untuk membuat wisata bunga tahun 2015. Tahun-tahun sebelumnya pernah buat tapi hanya untuk konsumsi pribadi alias tidak dijadikan tempat wisata. Di lahan seluah 3000-an meter di depan dan samping rumahnya mereka mulai menanam bunga ini. Uniknya bunga ini hanya tumbuh pada waktu tertentu, yaitu bulan November. Waktu bunganya pun rata-rata 20 hari hingga 30 hari setelah itu layu dan mati.

Seperti yang saya amati pagi ini sebenarnya bunga tak begitu harum. Hanya saja, Ibu Wartini dan Pak Sukadi mempunyai cara unik untuk mendatangkan pengunjung yang membeludak. Salah satunya dengan membuat pemberitaan di Facebook seperti kata Bu Wartini. Karena beliau tahu konsep wisata unik yang belum pernah ada di suatu tempat akan mempunyai nilai lebih.

Dan tahun ini adalah tahun perdana wisata bunga indah ini dibuka tepatnya pada Senin 16 November 2015. Hanya dalam waktu 10 hari, boooom! Pengunjung melonjak drastis dan puncaknya pada hari Minggu kemarin dan menurutnya akan bertambah (semoga dengan melonjaknya pengunjung tak membuat kebun kotor dan tetap asri).

Yang unik, Ibu Martini tidak menjual harga tiket masuk spesifik alias seikhlasnya “MOHON BANTUAN BIAYA PEMELIHARAAN BUNGA PUSPA PATUK". Bayar parkir cukup tiga ribu rupiah. Beliau dengan senyum yang senang menyapa pengunjung-pengunjungnya. Karena selain kebun yang tidak terlalu ketat untuk masuk dan masih baru. Sayangnya, belum ada papan peringatan untuk tidak menginjak tanaaman dan ini membuat sebagian bunga terinjak-injak. Ada pula yang menerobos masuk dari tempat yang seharusnya (pintu masuk) persis di depan rumah Ibu Wartini.

Dalam pengelolaan Ibu Wartini bekerja sama dengan Bapak Camat dan warga setempat mulai dari penjaga parkerja parkir, buat pelang arah. Oh ya, Ibu Wartini juga jual bibit lho untuk bunga Puspa Patuk ini. Nama Puspa ini pun atas usul Bapak Camat.

Ibu Wartini dan Bapak Sukadi mengajarkan kepada kita bahwa wisata tidak harus mahal dan ke tempat-tempat terpencil. Dan yang paling penting tidak merusak alam tapi memberi manfaat ke alam dan manusia di sekitarnya. So, jadi kapan ke surga kebun Puspa Patuk? Ditungguin Ibu Wartini dan Pak Sukadi lho!

 

FOTO LENGKAP DI https://www.instagram.com/alvinmalana/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun