Mohon tunggu...
Alvin Kurniawan Hanafie
Alvin Kurniawan Hanafie Mohon Tunggu... Insinyur - Sic parvis magna, greatness from small beginnings

An open minded person and avid gamer, interested to explore data science, psychology, film, new knowledge. Please kindly visit my new blog for more: https://medium.com/@alvinhanafie

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Parasyte: The Grey, Masihkah Manusia Menguasai Bumi?

7 April 2024   14:50 Diperbarui: 7 April 2024   15:01 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://news.newonnetflix.info/news/april-release-date-announced-for-new-korean-horror-series-parasyte-the-grey-based-on-popular-manga/

Pertarungan dan lika liku setiap adegan sukses membuat saya seolah ‘masuk’ sebagai karakter yang ditampilkan, dan merasakan apa yang sedang dialami oleh karakter tersebut. Berbagai emosi berhasil disampaikan dengan baik, sehingga saya dapat berempati dengan apa yang terjadi pada mereka. 

Kualitas CGI pada serial ini tampil memukau, membuat parasit terlihat natural dan mendetail. Hal ini mendukung penonton semakin terbawa dalam suasana yang intens, terutama pada aksi yang melibatkan parasit dengan bentuk yang mengerikan. Karena tampilannya yang sangat realistis, penonton dapat membayangkan monster tersebut benar sebagai sebuah ancaman yang berbahaya. 

Sayangnya dari banyaknya parasit, variasi kemampuan parasit nampak belum tereksplorasi dengan baik, sehingga beberapa pertarungan terkesan repetitif. 

Koneksi dengan Manga

Sebagai serial adaptasi manga Parasyte karya Hitoshi Iwaaki, serial ini sangat ‘loyal’ pada manga. Masih menggunakan konsep parasit dan premis yang sama pada tokoh utamanya, serial ini berhasil membawakan vibe dan keseruan yang sama saat saya menonton versi adaptasi anime dari Parasyte yang berjudul Parasyte: The Maxim. 

Meskipun dikatakan ‘adaptasi’, serial ini menawarkan cerita yang berbeda dengan manga, Serial ini berhasil mengembangkan universe dari Parasyte itu sendiri. Pada manga aslinya, invasi parasit hanya terjadi di Jepang, sementara pada serial ini digambarkan seluruh dunia tengah dilanda masalah yang sama. 

Refleksi

Pesan yang dapat ditangkap dari serial ini, kita sebagai manusia tidak boleh bersikap sombong karena kekuasaan kita sebagai predator utama di Bumi. Sebagai individual, kita dapat dikatakan sebagai makhluk yang ‘lemah’, dan terbukti pada serial ini menjadi sasaran empuk bagi parasit untuk mengambil alih tubuh kita. Bahkan parasit yang dikisahkan dalam serial ini berhasil mempelajari pentingnya konsep kebersamaan dari semut, yang menjadi inspirasi dalam cara mereka bertahan hidup di dunia manusia dengan menyatukan kekuatan bersama.

‘Parasit’ dalam dunia nyata dapat berasal dari mana saja, baik dari internal maupun eksternal manusia. Pikiran negatif dalam internal manusia dapat juga menjadi parasit, yang jika dibiarkan dapat menguasai pikiran manusia sepenuhnya.

Saya sangat merekomendasikan serial ini untuk dinikmati, terutama untuk penggemar genre thriller dan penggemar manga Parasyte. Bagi penonton yang tidak familiar dengan manga Parasyte, tidak perlu khawatir karena serial ini bersifat standalone yang tidak terkait secara langsung dengan cerita utama pada manganya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun