Pada saat menjadi ‘manusia’, kita dapat melihat dirinya yang rapuh dan peduli pada orang di sekitarnya. Sementara pada saat menjadi ‘parasit’, kita dapat melihat sosok yang tegas dan tangguh untuk bertahan hidup dengan cara apapun.Â
Parasit yang baru datang ke bumi, tentunya belum sepenuhnya memahami pola perilaku manusia. Mereka harus dapat beradaptasi untuk bertingkah seperti manusia yang dikuasainya, agar masyarakat sekitar tidak curiga.Â
Para aktor yang mendapatkan peran ini dituntut lebih dalam penokohan karakter mereka. Pertama, mereka harus berakting sebagai manusia sesuai dengan karakternya.Â
Kedua, saat mereka diambil alih oleh parasit, mereka harus berakting sebagai parasit yang juga berakting menjadi manusia. Hal ini sungguh mengagumkan, karena mereka berhasil melakukan lapisan ‘akting dalam akting’ yang sangat kompleks.Â
Cerita
Penceritaan dalam serial ini terangkai dengan rapi dan tidak bertele-tele, sehingga 6 episode yang disuguhkan dalam serial ini menjadi padat cerita. Serial yang berlatar di Korea Selatan ini juga memiliki keunikan dalam gaya penceritaannya.Â
Pada setiap awal episode, kita akan diberikan adegan flashback. Salah satu contohnya yaitu insiden awal dimana parasit menguasai manusia di supermarket di masa lalu. Dimana pada bagian ini, kita dapat mengintip motif di balik ‘tangan dingin’ Kapten The Grey dalam memimpin pasukannya.Â
Model penceritaan ini efektif dalam memberikan jawaban atas pertanyaan penonton, terkait alasan mengapa suatu karakter melakukan sesuatu di masa depan.Â
Selain menggambarkan cerita yang lebih komprehensif, kita sebagai penonton juga akan lebih memahami tiap karakter. Porsi flashback ini ditampilkan dalam porsi yang tepat, dan dapat mengubah persepsi kita pada karakter tertentu seiring berjalannya cerita.
Sinematografi
Berasal dari besutan sutradara yang sama dengan film sohor Train to Busan, tentunya rangkaian aksi dan suspense dari Parasyte: The Grey tidaklah diragukan lagi.Â