Mohon tunggu...
Alvin Bahar
Alvin Bahar Mohon Tunggu... -

Seorang mahasiswa komunikasi yang sedang belajar menulis dan juga editor di http://psychomedusa.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Morfem Indonesia, Album yang sangat Indonesia

25 Februari 2011   07:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:17 937
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali saya kenal band ini sekitar tahun 2009 atau mungkin 2010 (lupa), saat sang vokalis Jimi Multhazam sedang rajin-rajinnya mempromosikan band ini di facebook dan twitter. Saya ingat akun twitter Morfem dulunya bernama @MORFEMIndonesia, sama seperti judul album mereka di kemudian hari. Sampai akhirnya diganti menjadi @morfem_band karena mungkin @MORFEMIndonesia terlalu panjang. Saya ingat ketika saya pertama kali mendengar Morfem live di Hail to the Rock Motion FM yang saat itu penyiarnya adalah Eka Annash, vokalis The Brandals. Mereka membawakan beberapa lagu yang dimasukkan ke album ini seperti Wahana Jalan Tikus dan Tidur Dimanapun, Bermimpi Kapanpun. [caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Cover Album Morfem - Indonesia"][/caption] Saya sebenarnya belum sempat membeli album Morfem - Indonesia ini. Karena saya sudah sukses mendoktrin teman saya bahwa band ini bagus dan layak untuk dibeli. Saya pun meminjam album ini dari teman saya yang terdoktrin itu. Saya punya beberapa ‘cara’ untuk menilai apakah album itu bagus atau tidak. Pertama, (karena saya meminjam) makin sering saya berpura-pura lupa untuk mengembalikan suatu album, album itu makin bagus. Kedua, album yang saya putar (terutama rock) baru bagus ketika saya putar dalam volume maksimum, tetangga saya kesal dan akhirnya memutar lagu dangdut keras-keras. Ketiga, apakah album yang saya pinjam ini membuat saya ingin membelinya. Dan album Morfem ini lulus ketiga tes tersebut. Dalam arti lain, album ini bagus. Yang saya suka di album ini adalah tema-tema lagu yang berbeda, lain daripada yang lain. Tidak seperti lagu-lagu yang ada di acara musik pagi hari di televisi yang temanya cinta melulu. Beberapa lagu di album ini mungkin pernah kita alami, jarang atau sering. Di track pertama ada lagu Gadis Suku Pedalaman, lagu yang bercerita tentang seseorang yang kehilangan kawannya yang merantau ke pedalaman kalimantan, namun tidak pernah kembali lagi karena mungkin ia menikah dengan seorang gadis suku pedalaman dan tidak boleh pulang ke Jakarta. (Mitosnya sih jika kita menikah dengan gadis pedalaman kita susah buat pulang.) Lalu ada lagu Pilih Sidang Atau Berdamai, lagu yang bercerita tentang rahasia umum negeri ini. Pilih sidang atau Berdamai adalah jargon yang kerap kita dengar setiap kita berada di kekisruhan lalu lintas metropolitan yang sangat menyebalkan. Anda pernah ditilang? Pernah ditawari pilih sidang atau berdamai olaeh Pak Polisi? Ya sepertinya mayoritas dari kita pernah mengalami hal ini. Dan Morfem sepertinya band pertama yang mengangkat tema ini. Di album ini ada juga dua lagu yang dibuat ketika Jimi masih menjadi drummer band punk Bequite yaitu Who Stole My Bike dan Death Kitchen. Dua lagu berbahasa Inggris ini sangat kental akan nuansa Punk. Coba tengok sebait lirik Who Stole My Bike yang mengkritik pemerintahan yang carut-marut ini:

Why life so unfair ?

The government seems no care

They get a better life

We’re surviving as f**k

Dan ada lagu Tertidur Dimanapun Bermimpi Kapanpun. Saya sangat suka lirik lagu ini. Mengingatkan saya akan anak-anak jalanan ibukota yang tidur di emperan toko, trotoar, gerobak, atau dimanapun tapi mereka masih terlihat tidur dengan nyenyak.

Ku tertidur dimana pun aku bisa

Ku bermimpi kapan pun aku mau

Diatas lemari, di trotoar jalan

Disela  tumpukan benda di gudang

Lalu ada lagu Wahana Jalan Tikus. Lagu yang menceritakan sisi lain keseharian kaum urban di Jakarta, berdasarkan pengalaman sang vokalis yang melewati jalan tikus demi sampai tempat tujuan tepat waktu. Dan saya juga heran si Jimi ini sangat memperhatikan hal-hal kecil yang mungkin kita lupakan. Seperti di lagu ini, dia cukup jeli membahas anak-anak kecil yang bermain di gang-gang kecil. Kalau membahas musiknya sebenarnya agak sulit juga mendeskripsikan musik Morfem ini. Sama seperti sulitnya mendeskiripsikan musik Seringai. Mau dibilang Punk, tapi ada Popnya. Mau dibilang rock, tapi ada folknya. Kalau Seringai menamakan aliran mereka High Octane Rock, saya menamakan aliran Morfem Fun Rock. Seperti slogan mereka “Morfem datang semua senang” orang yang mendengarkan album ini pun akan senang dan melupakan kesedihannya. Setidaknya untuk beberapa menit atau jam. Harga album ini cukup murah untuk kantong orang Indonesia (okay, pasti deh saya beli dan album punya teman saya kembalikan). Cukup Rp. 25.000 anda sudah dapat salah satu album lokal berkualitas tahun ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun