Dan kearifan lokal yang masih dilestarikan serta di jaga di tengah-tengah masyarakat Desa Tunggulrejo yaitu seni karawitan untuk menguri-uri budaya Jawa. Sebagai pemerintah desa, kasi pelayanan memiliki tugas utama dalam bidang pelayanan umum kepada masyarakat, seperti mengurus urusan kematian, pernikahan, dan kesejahteraan sosial, termasuk warga miskin. Namun, peran yang lebih menonjol adalah dalam bidang budaya.
Salah satu inisiatif budaya yang dikembangkan adalah perintisan Waterpark Telaga Kusuma yang juga mencakup Museum Telaga Kusuma. Museum ini didirikan untuk melestarikan budaya Jawa, khususnya karawitan. Sebagai kasi pelayanan, penting untuk merintis dan membimbing anak-anak serta orang tua dalam melestarikan seni karawitan.
Kesiapan infrastruktur dan fasilitas di Desa Tunggulrejo untuk mendukung kegiatan karawitan cukup memadai. Desa menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, sementara infrastruktur lainnya berjalan dengan baik. Dukungan dari masyarakat sangat penting karena pemerintah desa tidak dapat bergerak sendiri tanpa sinergi dari warga. Pemerintah desa juga merangkul berbagai elemen masyarakat, termasuk keagamaan dan kesenian, untuk pembangunan fisik di Desa Tunggulrejo.
Hal menarik dalam melestarikan seni karawitan ini adalah minat ibu-ibu yang tergabung dengan penuh semangat dan kemauan yang tinggi tanpa ada rasa keraguan dalam diri mereka untuk belajar menabuh gamelan sembari mengikuti instruksi dari dalang. Latihan seni karawitan ini biasanya dilakukan di museum wayang yang berada di dalam wisata Telaga Kusuma. Desa Tunggulrejo menjadi contoh sempurna tentang bagaimana modernitas dan tradisi dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang unik dan menawan bagi setiap pengunjung. Salah satu penggerak karawitan ini adalah Pak Hardiyono sebagai pelopor karawitan di Desa Tunggulrejo, bukan hanya menjadi penggerak karawitan di Desa Tunggulrejo, beliau juga merupakan kasi pelayanan di pemerintahan Desa Tunggulrejo.
“Sejarah pengembangan karawitan di Desa Tunggulrejo dimulai sebelum berdirinya wahana di Telaga Kusuma. Desa ini telah mendirikan beberapa paguyuban karawitan yang berjalan lebih dari 15 tahun. Meskipun terkendala dengan mahalnya alat musik gamelan, desa menggunakan alat yang terbuat dari besi sebagai alternatif.
Pengembangan karawitan melibatkan banyak pihak, termasuk Pak Parno dari pemerintah desa, ibu-ibu PKK, dan anak-anak SD yang berlatih karawitan untuk berlomba di tingkat Kabupaten. Harapan kedepannya adalah agar karawitan tidak punah dan terus dilestarikan oleh masyarakat Desa Tunggulrejo, sehingga desa ini bisa membawa nama baik dalam bidang seni dan budaya.” tutur Pak Hardiyono. Dengan potensi wisata yang menarik, industri yang berkembang, dan budaya yang dilestarikan, Desa Tunggulrejo memiliki potensi yang bisa bertaraf nasional hingga internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H