Lentera di Surau Amat Redup Cahayanya
Program yang dilakukan oleh bapak hariyanto adalah mengajar anak anak di TPQ dan mengisi pengajian ibu-ibu yang diselingi arisan mingguan. Saya adalah salah satu mahasiswa yang  paling dekat dengan keseharian beliau selama KKN di desa Temajuk. Kalau pagi beliau berkebun dan mengurus anak dan istrinya, atau kadang mengisi pengajian ibu-ibu, sedangkan setelah Dzhuhur beliau tak ada waktu lagi untuk keluarganya hingga waktu isya. Dari pukul 12 sampai pukul 2 siang, beliau mengajar sekitar 25 an murid TPA di sebuah Surau yang tak jauh dari tempat penginapannya. Setelah itu, beliau memacu kendaraan bermotornya sekitar 10 menit untuk menuju ke Surau selanjutnya, mengajar belasan murid TPQ disitu. Setelah maghrib kembali lagi ke Surau pertama untuk mengajar ngaji. Betapa padatnya rutinitas beliau untuk umat, padahal tak ada insentif apapun dari desa ataupun dari pemerintah untuknya. Ust Hariyanto adalah sosok inspiratif, orang yang peduli dengan akhlak dan moral serta aqidah anak-anak perbatasan. Seandainya saja, ada dua, tiga, lima bhkan sepuluh orang seperti beliau di Desa Temajuk, mungkin judul tulisan ini tak seperti yang tercantum diatas.
Data yang diambil dari observasi kami, ada 3 Masjid dan 5 Surau di desa temajuk. Kondisi dari masing-masing tempat suci tersebut seperti tak terurus, bangunannya yang setengah jadi, fasilitasnya yang minim dan jamaahnya yang teramat sepi. Ketika waktu sholat telah tiba, hampir tiap hari hanya beliau seorang diri menjadi jama'ah Surau Al-Falah. Beliau lah yang mengumandangkan Adzan, mengumandangkan iqomat, dan beliaulah yang menjadi imam serta yang menjadi makmum.
Semoga tulisan ini dapat mengetuk hati para pemimpin negeri ini ....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H