Mohon tunggu...
Alvin Dewa Yanuar
Alvin Dewa Yanuar Mohon Tunggu... Guru - Guru

Teacher at Junior High School 2 Balikpapan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perjalanan Pendidikan Nasional

15 Oktober 2022   19:31 Diperbarui: 15 Oktober 2022   19:31 19167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pendidikan merupakan sebuah kebutuhan manusia agar dapat berproses menjadi seorang individu yang merdeka. Arti kata merdeka yang dimaksud adalah manusia dapat tumbuh dan berkembang sesuai kodrat yang dimiliki, serta menjadi manusia yang mendapatkan kebahagaiaan setinggi-tingginya. 

Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. 

Pendidikan merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam menuntun anak agar dapat menjadi individu yang merdeka. Oleh karena itu sebelum kita dapat mendidik seorang individu kita harus mengetahui bagaimana perjalanan pendidikan yang terjadi di Indonesia. Berikut adalah rangkuman perjalanan pendidikan nasional di Indonesia:

  • Pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan (zaman kolonial)
  • Pada zaman kolonial Indonesia telah dijajah oleh beberapa negara, negara tersebut mempengaruhi pendidikan yang berada di Indonesia. Beberapa negara yang berpengaruh terhadap pekembangan pendidikan di Indonesia yakni:
  • Pendidikan pada masa Belanda
  • Belanda datang ke Pulau Jawa Indonesia untuk berdagang dan menciptakan kekuasaan baru setelah berakhirnya kekuasaan Portugis pada akhir abad ke-16. Belanda menganggap bahwa agama Katholik yang disebarkan oleh Portugis perlu digantikan dengan agama Protestan yang dianutnya. Berangkat dari pemahaman itulah sekolah-sekolah keagamaan didirikan terutama di daerah yang dulunya telah terpengaruh agama Nasrani (Katholik) oleh Portugis dan Spanyol. Sekolah pertama di Ambon didirikan oleh VOC pada tahun 1607. Pembelajaran yang diberikan yaitu membaca, menulis dan sembahyang. Guru pendidik berasal dari Belanda dan mendapat upah. Pendidikan yang dilakukan pada zaman kolonial terpaku terhadap ideologi bangsa Belanda, sehingga pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan pemahaman Belanda yang berakibat pada pendidikan yang diatur secara sistematis agar murid/siswa yang mengikuti pendidikan di zaman kolonial akan mengikuti serta menjadikan pembelajaran yang didapatkan adalah sebuah landasan yang akan diteruskan kezaman berikutnya. Pendidikan yang diberikan oleh Belanda kepada masyarakat Indonesia bertujuan untuk menciptakan sumberdaya manusia masyarakat Indonesia yang siap menjadi tenaga kerja untuk Belanda dan diberi upah yang minim. Namun, pendidikan yang diberikan oleh Belanda memberi dampak positif terhadap masyarakat Indonesia, masyarakat Indonesia mulai dapat belajar membaca dan menghitung. Selain itu dampak positif dari pendidikan yang diberikan Belanda adalah terbentuknya Lembaga pendidikan di Indonesia yang dibangun oleh tokoh-tokoh pendidikan. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah: (1) Bung Tomo yang mendirikan Kweek School, (2) KH Ahmad Dahlan yang mendirikan pendidikan Muhammadiyah, (3) Trikoro Dharmo yang mendirikan perkumpulan pemuda, (4) RA kartini yang meperjuangkan hak perempuan, serta (5) Ki Hadjar Dewantara yang mendirikan Taman siswa.
  • Pendidikan pada masa Jepang
  • Jepang merupakan negara yang menjajah Indonesia dengan jangka waktu yang cukup pendek yakni dari 17 Maret 1942 sampai 17 Agustus 1945. Jepang juga memberikan pendidikan di Indonesia dengan tujuan untuk berperang. Masyarakat diajarkan bergotong-royong untuk membangun pertahanan untuk perang, masyarakat juga diajarkan untuk mengumpulkan hasil alam untuk bahan pangan perang. Sisi positif yang dapat diambil dari pendidikan yang diberikan oleh Jepang adalah pendidikan untuk bertahan dari peperangan yang dapat terjadi kapanpun.

Dari pendidikan yang telah diberikan oleh negara yang pernah menjajah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa pendidikan yang diberikan merupakan pendidikan yang bertujuan untuk mencapai tujuan dari masing-masing negara.

Pendidikan di Indonesia setelah kemerdekaan

Setelah kemerdekaan Indonesia, Indonesia membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran Republik Indonesia yang beranggotakan 52 orang.  Panitia ini bertugas untuk meninjau masalah pendidikan dan pengajaran kanak-kanak dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.  

Selain itu, hal lain yang juga menjadi perhatian panitia ini adalah terkait rencana pelajaran, organisasi pemeliharaan isi pendidikan dan pengajaran.  Setelah beberapa bulan bekerja, panitia ini mengusulkan beberapa pokok saran kepada pemerintah, yaitu:

Pedoman pendidikan dan pengajaran harus diubah secara mendasar Khusus mengenai pengajaran diharapkan agar bisa mendapat tempat yang teratur dan seksama Mengenai pengajaran tinggi disarankan agar diadakan seluas-luasnya Disarankan agar diusahakan pengiriman pelajar-pelajar ke luar negeri Kewajiban bersekolah, panitia menyarankan agar wajib sekolah dilaksanakan secara bertahap, sesingkat-singkatnya 10 tahun. 

Setelah pemerintah menerima saran-saran tersebut, disusunlah struktur dan sistem pendidikan baru.  Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi warga negara yang berguna, yang diharapkan kelak dapat memberikan pengetahuannya kepada negara. Dasar-dasar pendidikan menganut prinsip demokrasi, kemerdekaan, dan keadilan sosial. 

Kondisi pendidikan di Indonesia setelah merdeka ini mengarah terhadap perubahan proses pembelajaran dan landasan pendidikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendidikan di era ini, bangsa Indonesia berusaha menghilangkan paham-paham pendidikan Belanda, sehingga siswa Indonesia memiliki ciri khas dari siswa Indonesia. Pembelajaran didesain sedemikian rupa agar budaya bangsa Indonesia dapat terus diwariskan kegenerasi selanjutnya.

Pendidikan di Indonesia pada era Pendidikan Abad ke-21

Keberadaan Abad ke-21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0 yang mana pada abad ke-21 menjadikan abad keterbukaan atau abad globalisasi. Pada saat ini Indonesia memasuki dan bahkan sedang berjalan era revolusi industri 4.0. Pada pembelajaran ini tidak lagi berfokus terhadap penerapan kebudayaan lagi. 

Namun, berfokus terhadapat kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah, kecakapan komunikasi, kreativitas dan inovasi, serta kolaborasi. Pada zaman ini teknologi merupakan sarana utama dalam pelaksanaan proses pembelajaran. 

Sebagai seorang guru, kita perlu meningkatkan kemampuan adaptasi teknologi serta dapat memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan pembelajaran sehingga akan membentuk siswa atau peserta didik yang memiliki kecakapan di era Abad ke-21

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun