Mohon tunggu...
Alvin Arby Cahyadi
Alvin Arby Cahyadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Alvin Arby Cahyadi Bukan tentang kritik. Apalagi simbol kesombongan atas nama literasi amatir. Yang jika tahu sebagian kecil saja, sudah seenak perutnya mengambil premis-premis sok tahu. Anggaplah, tidak lebih dari sekedar insan tak sempurna yang mencari jati diri. Makhluk superior yang terkadang merasa minor. Menjalani kenyataan sistem semi rimba. Hukum rimba yang manusiawi. Tanpa kelas tapi terkotak-kotak pandangan berkabut di siang yang terik. Sudut pandang sempit seorang yang dalam hal ini menggunakan kata ganti pertama "saya"?

Selanjutnya

Tutup

Nature

Pale Blue Dot: Rumah Kita Dari Miliaran Kilometer

25 Juli 2013   21:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:02 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat (19/7/2013) lalu pesawat ruang angkasa Cassini mengambil gambar close up bumi dari jarak jutaan kilometer. Gambar diambil tidak jauh dari planet Saturnus. Sebuah titik kecil yang melingkup isi bumi dari jarak yang luar biasa tentu mengagumkan. Puncak dari buah ilmu pengetahuan manusia. Walau terlalu berlebihan kalau dibilang kita telah menjelajahi ruang kosong antar bintang. Tapi tahukah anda? Sebenarnya ada sebuah jepretan super jauh bumi yang pernah diambil oleh wahana buatan manusia. Diambil oleh wahana Voyager 1 pada tahun rentang tahun 1990. Seperti kita ketahui Voyager 1 diluncurkan dari stasiun luar angkasa NASA pada 5 September 1977. Tour Voyager 1 sejak tahun 1977 tersebut terus bergerak menjauhi bumi. Dengan misi mengambil data Jupiter dan Uranus. Dari wahana inilah kita memastikan kedua planet tersebut memiliki cincin seperti yang kita ketahui sekarang. Terus bergerak menjauhi "kita" dengan kecepatan 61.000 km per jam. Hingga pada tahun 1990 sebuah citra dikirimkan ke kita berupa sebuah foto gelap yang absurd. (Ingat! terus menjauh dengan kecepatan tinggi dari tahun 1977 hingga 1990. Betapa jauhnya posisi wahana tersebut saat mengambil foto). Sebuah foto yang kini dikenal dengan nama "Pale Blue Dot" atau titik biru pucat. Sebuah titik yang diklaim ilmuwan sebagai rumah kita. Didalam gambar seolah semua dinamika; agama, senyum, tangis, perang, politik, kelahiran, kematian, kesendirian, keramaian apapun itu di bumi ini. Hanya diwakili kurang dari satu pixel. Sebuah realitas yang dibatasi garis tipis imaji. Betapa kecilnya kita semua. Dari gambar itu sejenak kita lupa akan kesombongan, keangkuhan maupun ke-superior-an manusia bumi. [caption id="attachment_268675" align="aligncenter" width="350" caption="Blue dot pale"][/caption] [caption id="attachment_268676" align="aligncenter" width="259" caption="bumi, venus dan sebuah cahaya seperti lampu 5 watt yang tidak bukan adalah matahari"]

1374760319757255266
1374760319757255266
[/caption] Seorang ilmuwan mendeskripsikannya dengan sebuah quotes terkenal yang berjudul "blue dot pale":

“Look again at that dot. That's here. That's home. That's us. On it everyone you love, everyone you know, everyone you ever heard of, every human being who ever was, lived out their lives. The aggregate of our joy and suffering, thousands of confident religions, ideologies, and economic doctrines, every hunter and forager, every hero and coward, every creator and destroyer of civilization, every king and peasant, every young couple in love, every mother and father, hopeful child, inventor and explorer, every teacher of morals, every corrupt politician, every "superstar," every "supreme leader," every saint and sinner in the history of our species lived there-on a mote of dust suspended in a sunbeam.

The Earth is a very small stage in a vast cosmic arena. Think of the endless cruelties visited by the inhabitants of one corner of this pixel on the scarcely distinguishable inhabitants of some other corner, how frequent their misunderstandings, how eager they are to kill one another, how fervent their hatreds. Think of the rivers of blood spilled by all those generals and emperors so that, in glory and triumph, they could become the momentary masters of a fraction of a dot.

Our posturings, our imagined self-importance, the delusion that we have some privileged position in the Universe, are challenged by this point of pale light. Our planet is a lonely speck in the great enveloping cosmic dark. In our obscurity, in all this vastness, there is no hint that help will come from elsewhere to save us from ourselves.

The Earth is the only world known so far to harbor life. There is nowhere else, at least in the near future, to which our species could migrate. Visit, yes. Settle, not yet. Like it or not, for the moment the Earth is where we make our stand.

It has been said that astronomy is a humbling and character-building experience. There is perhaps no better demonstration of the folly of human conceits than this distant image of our tiny world. To me, it underscores our responsibility to deal more kindly with one another, and to preserve and cherish the pale blue dot, the only home we've ever known.” Carl Sagan, Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space

Betapa kecilnya kita. Lalu apa yang bisa kita sombongkan?

sumber: http://sains.kompas.com/read/2013/07/22/1043144/Pesan.Tersembunyi.dari.Citra.Bumi.Jepretan.Cassini

http://en.wikipedia.org/wiki/Pale_Blue_Dot

Carl Sagan, Pale Blue Dot: A Vision of the Human Future in Space

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun