Mohon tunggu...
Muhammad Burhanuddin
Muhammad Burhanuddin Mohon Tunggu... Konsultan - Industrial Engineering, Wiraswasta, Suka Menulis

gajah meninggalkan gading, harimau meninggalkan kulit, manusia meninggalkan apa? silahkan mampir ke https://www.alvinburhani.net

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Dampak Perkembangan Teknologi Otomotif

3 April 2012   05:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:06 2729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknologi otomotif adalah ilmu pengetahuan terapan tentang bagaimana merancang, membuat dan mengembangkan alat‐alat transportasi darat yang menggunakan mesin, terutama sepeda motor, mobil, bis dan truk sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan kendaraan tersebut yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Dalam bidang teknologi ini diperlukan penggabungan elemen‐elemen pengetahuan mekanika, kelistrikan, elektronik, keselamatan/lingkungan, matematika, fisika, kimia, biologi dan manajemen.

Sedangkan sejarah dunia otomotif dimulai ketika Nicolaus August Otto menemukan mesin motor pada tahun 1876. Kemudian, pada tahun 1885 Gottlieb Daimler menemukan mesin berbahan bakar minyak yang memungkinkan terbukanya revolusi pada lahirnya desain mobil, termasuk juga sepeda motor. Penemuan tersebut kemudian dilanjutkan oleh Karl Benz, seorang insinyur mesin yang pertama kali membangun mobil praktis yang dijalankan oleh mesin dengan internal‐combustion engine‐nya pada tahun 1985.

Dampak positif dari perkembangan teknologi ini adalah terbukanya lapangan pekerjaan di negera‐negara berkembang, seperti Indonesia, Thailand dan Vietnam. Kemudian semakin mudahnya sarana transportasi darat dari satu tempat ke tempat lain, dimana ia lebih praktis, aman dan nyaman. Negara pun diuntungkan dengan pendapatan pajak, devisa perdagangan (dari ekspor & impor), bahkan dibukanya institusi pendidikan bidang otomotif, dan bagi yang kreatif ada banyak bisnis usaha yang sangat menguntungkan, mulai dari usaha modifikasi, hingga penjual assesoris dan stiker di jalanan.

Menurut Autowrad.Com yang meluncurkan laporannya pada bulan September 2011 lalu mengatakan, bahwa jumlah mobil di dunia telah mencapai lebih dari 1 miliar unit pada 2010. Loncatan besar terjadi dari 2009 ke 2010, yaitu dari 980 juta unit menjadi 1,015 miliar unit. Kendaraan yang disensus tersebut adalah mobil penumpang; truk ringan, sedang, dan berat; serta bus. Dalam hal ini tidak termasuk kendaraan off‐road, sepeda motor, dan kendaraan bermotor roda tiga lainnya. Padahal, di negara‐negara Asia dan Afrika, penjualan sepeda motor sudah pasti terus meningkat. Lantas apa dampaknya bagi kita?

Sebagai negara dengan populasi penduduk 240 juta (2011), perbandingan penduduk dan mobil di Indonesia akan menjadi 1 mobil untuk 12 orang dengan asumsi populasi mobil 2010 (menurut Gaikindo) sebanyak 19.046.147 plus realisasi penjualan mobil baru 2011 sekitar 870.000 unit. Adapun untuk sepeda motor, jika mengambil data dari BPS pada 2009, maka jumlahnya mencapai 52.433.132 unit. Jika ditambahkan dengan penjualan tahun lalu (2010) sebanyak 7,4 juta unit, berarti jumlah sepeda motor akhir 2011 sudah lebih dari 60 juta unit. Itu artinya, perbandingan penduduk dengan kepemilikan kendaraan bermotor adalah 1: 3 orang. Lantas dimanakah ruang kita dengan ledakan kendaraan bermotor yang sudah pasti akan tinggal bersama kita ini?

Tidak hanya itu, jika diketahui konsumsi BBM di Indonesia tahun 2011 adalah 41 juta KL per tahun, itu sama artinya dengan kita membakar 1.300 liter per detik setiap hari. Dan menyadari pentingnya menjaga keselamatan & lingkungan, kita perlu menghitung ulang akibat dari kecelakaan kendaraan bermotrr, kompensasi yang harus ditanggung, berapa sarana penunjang kendaraan yang harus disediakan, termasuk apa kebijakan dan regulasinya yang baik dalam menanggulangi masalah ini.

Dampak lainnya yang kurang menarik perhatian kita adalah fakta bahwa dalam empat tahun (misalnya: 2004‐2008) jika penduduk dunia meningkat 5%, maka itu artinya emisi CO2 tahunan juga meningkat 10% dan diikuti dengan produksi energi kotor yang juga meningkat 10% (Statistik IEA dunia).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun