Mohon tunggu...
Alvina RahmaRahma
Alvina RahmaRahma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ingin lulus cepat dan cumlaude

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKN UNNES Ikut Turun Tangan dalam Memanfaatkan Jeruk Tanggel sebagai Upaya Pengembangan Potensi Desa

7 Desember 2022   17:29 Diperbarui: 7 Desember 2022   17:45 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), antara lain dengan meningkatkan intelektualitas, keterampilan (skill) dan pengabdian mahasiswa melalui disiplin ilmu sebagai implementasi terhadap ilmu pengetahuan yang diterima di bangku kuliah agar mahasiswa dapat menjawab tantangan zaman yang semakin pesat. 

Salah satu program untuk melatih mahasiswa dalam kehidupan bermasyarakat adalah program KKN yang dilaksanakan oleh Universitas Negeri Semarang dengan tajuk program MBKM KKN UNNES GIAT. "Giat" memiliki arti, yaitu growing, impactful, awareness, team work. 

Growing berarti mahasiswa dapat menemukan dan mengenali potensi dan masalah mitra, merancang program untuk penyelesaian masalah, melaksanakan program, dan menyusun laporan. Impactful artinya menguasai konsep dasar digitalisasi untuk mendukung pengelolaan sumber daya mitra melalui kegiatan dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, budaya, dan lingkungan. 

Awareness berarti mahasiswa mempunyai kepedulian sosial dan dapat berkontribusi untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterampilan yang dimilikinya. Dan team work memiliki makna bahwa mahasiswa dapat membentuk dinamika kelompok yang solid dan membangun jejaring sosial bersama mitra.

Mahasiswa diterjunkan langsung ke dalam lingkungan masyarakat untuk berbaur dalam menjalankan program yang telah disusun sebagai salah satu upaya membantu mengembangan kemajuan desa. 

Salah satu lokasi kegiatan UNNES GIAT adalah di Desa Tanggel yang berada di Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Tanggel ini merupakan salah satu desa yang cukup berpotensi di Blora karena hasil pertaniannya yaitu beras dan jagung. Selain itu, hasil perkebunan Desa Tanggel juga cukup melimpah diantaranya pisang, mangga, matoa, dan jeruk.

 Jeruk Tanggel merupakan salah satu potensi desa yang paling melimpah dan hampir semua warga desa memiliki kebun jeruk, sehingga jeruk ini menjadi icon atau ciri khas Desa Tanggel. Dari hasil observasi yang telah dilakukan, Dusun Gumeng menjadi sentra penghasil Jeruk Tanggel terbesar dimana sebagian besar penduduknya memiliki kebun jeruk sebagai salah satu sumber pendapatan warga.

Jeruk Tanggel memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan antara Jeruk Tanggel dengan jeruk lainnya. Pembeda antara Jeruk Tanggel dan jeruk lainnya adalah Jeruk Tanggel memiliki ukuran yang relatif besar, kulit jeruk lebih berkilau karena faktor tanah yang mengandung minyak didalamnya, kemudian rasa dari Jeruk Tanggel juga lebih segar dengan manis serta sedikit asam sehingga membuat rasa jeruk lebih seimbang tidak terlalu manis dan tidak terlalu asam. Selain itu, petani jeruk di Desa Tanggel juga merawat kebunnya dengan baik karena jeruk sudah menjadi salah satu penghasilan warga.

Namun dalam hal pemanfaatan Jeruk Tanggel masih sangatlah terbatas, hanya sebatas dijual ke pengepul tanpa adanya pemanfaatan lain. Potensi yang berlimpah ini apabila tidak dimanfaatkan dengan baik maka tidak akan mampu mendorong kehidupan masyarakat Tanggel yang lebih maju lagi sebab sisa sortiran dari pengepul akan terbuang menjadi limbah tanpa ada pemanfaatan lebih lanjut. Maka dari itu, mahasiswa KKN UNNES GIAT memiliki program dimana Jeruk Tanggel menjadi bahan dasar untuk dimanfaatkan sebagai sirup dan juga sabun cuci piring.

Sirup merupakan minuman pendamping yang menyegarkan dikala panas melanda, disajikan dengan air serta tambahan es batu akan manambah kesegaran dari sirup. 

Pembuatan Sirup Jeruk Tanggel ini dilakukan dengan langkah pertama pastinya menyiapkan jeruk yang telah dikupas kemudian memerasnya hingga mengeluarkan sari jeruk yang maksimal. 

Selanjutnya, sari jeruk dipanaskan dipanci sambil diaduk perlahan. Ketika sari jeruk sudah mendidih  tambahkan gula sesuai dengan selera dan diaduk kembali hingga gula larut (tidak menggumpal). Pengadukan ini dilakukan secara terus-menerus hingga gula benar-benar larut serta mencapai kekentalan yang diinginkan. Setelah itu, dinginkan sirup sebentar dan sirup siap disajikan untuk menemani ketika cuaca panas di kala para warga pulang dari sawah.

Dokpri
Dokpri
Mahasiswa KKN UNNES GIAT ini juga memanfaatkan Jeruk Tanggel sebagai formulasi sabun cuci piring yang ramah lingkungan. Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci, baik pakaian, perabotan, badan, dan lain-lain yang terbuat dari campuran alkali (natrium atau kalium hidroksida) dan trigliserida dari asam lemak rantai karbon C16 melalui reaksi saponifikasi atau disebut juga reaksi penyabunan. Fungsi utama sabun yang merupakan sebagai zat pencuci karena terkandung surfaktan. 

Kandungan surfaktan yang menjadi bahan pembersih, merupakan molekul yang terdiri dari gugus polar yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka lemak/minyak (lipofilik) sehingga dapat menyatukan campuran yang mengandung air dan minyak untuk dapat dihilangkan dengan air. 

Dengan tinjauan ini, kami mahasiswa KKN UNNES GIAT meminimalisir limbah kimia hasil cuci piring dengan menambahkan formulasi ekstrak kulit jeruk ke dalam adonan sabun cuci piring.

Pembuatan sabun cair cuci piring ini dilakukan dengan langkah pertama membuat ekstrak kulit jeruk dengan cara mencucinya di air mengalir sampai bersih kemudian memblendernya hingga halus dengan ditambahkan sedikit air. Kemudian ditambahkan perasan jeruk nipis, tujuannya untuk mengangkat dan menghilangkan bau amis. 

Bubur kulit jeruk selanjutnya di saring untuk mendapatkan ekstrak airnya. Ketika penyaringan ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga warna air hijau perasan mulai memudar. Langkah kedua yaitu proses membuat adonan dengan memasukkan texapon pada toples dan ditambahkan air sedikit demi sedikit. Dilanjutkan menambahkan camperlan sebanyak 20 ml dan diaduk kembali hingga rata. 

Ditambahkan pula garam yang berfungsi sebagai pengental dan EDTA yang berfungsi sebagai pengawet. Setelah semua bahan diaduk hingga rata lalu ditambahkan 500 ml air ekstrak daun pandan sedikit demi sedikit dan diaduk kembali. Pengadukan dilakukan selama kurang lebih 1 jam hingga texapon seluruhnya dapat larut. 

Tahap akhir yaitu toples ditutup dan adonan sabun didiamkan selama kurang lebih 1-2 hari hingga busa yang muncul pada proses pembuatan hilang seluruhnya. Setelah itu sabun formulasi ekstrak kulit jeruk dapat digunakan untuk mencuci peralatan-peralatan rumah tangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun