Mohon tunggu...
Alvina Khoiriyah
Alvina Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bermimpi menjadi penulis

life is not easy but it's a simple

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Seperti Apa Orang Tua Toxic?

18 Juni 2022   10:28 Diperbarui: 18 Juni 2022   10:35 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Lingkungan keluarga, merupakan center pendidikan dan pengajaran anak. Mereka memiliki kewajiban untuk menyayangi dan juga menjaga anak dari ketika lahir sampai menginjak remaja. Masa anak ketika masih kecil perlu pendampingan dan bimbingan mengenal hal -- hal yang ada di sekelilingnya. Masa peralihan menjadi remaja juga masih membutuhkan bimbingan, meskipun anak dianggap sudah mampu mengerti dan membedakan hal salah dan benar, pendampingan serta pengarahan masih perlu dimatangkan agar anak tidak terjerumus di jalan yang salah.

Tetapi mengapa banyak ditemui orang tua yang tega membuat anaknya menderita, bekerja keras, memarahi dan memukul anak?

Pendidikan yang orang tua berikan kepada anak, sejatinya tidak ada sesuatu yang menjerumuskan dan membuatnya menderita, apalagi berperilaku kejam kepada anak. Tetapi, sebelum menjadi orang tua, mereka juga sudah mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan menuju dewasa. Orang tua pernah menjadi bocah kecil, anak nakal yang menerima racun dari masa- masa peralihannya. Racun itulah yang mengakar dalam diri orang tua yang mengakibatnya menjadi siklus racun tak terhentikan.

Siklus racun ini akan melekat pada diri orang dewasa bahkan sampai mereka menjadi orang tua akan teringat dan menerapkannya kepada anak mereka sendiri. Orang tua yang berlaku kasar kepada anak, tidak memedulikan pendidikan anak, kesehatan adalah korban siklus racun di masa kecilnya dahulu.

Siklus racun tersebut menjadi siklus berulang dimana orang dewasa yang terluka akan berkembang menjadi orang yang penuh dengan kenangan buruk dan menyimpan  trauma, sehingga akan berdampak pada anak -- anak yang di asuhnya khususnya anak sendiri, anak akan tumbuh dan berkembang menjadi remaja dan orang dewasa dengan trauma dan innerchild yang terluka belum tersembuhkan, sehingga dia akan kembali menjadi orang dewasa yang terluka. Siklus ini akan terus terulang -- ulang, jika orang dewasa tidak menyadarinya dan berusaha untuk mencegah hal tersebut terjadi kepada anak yang diasuhnya.

Menjadi orang dewasa yang terluka dan sudah berkedudukan menjadi orang tua harus menghentikan siklus racun ini. Stop melakukan siklus toxic parent, cukupkan hanya sampai kita saja, jangan biarkan anak mengalami luka yang sama atau bahkan luka yang lebih parah dari luka orang tua.

Belajar perlahan untuk mendetox racun pengasuhan kepada anak yang pernah diterima orang tua semasa kecil. Hal ini bukanlah untuk menyalahkan ataupun membandingkan pola pengasuhan orang tua, atau berbalas dendam. Tapi ini merupakan penyadaran orang tua bahwa semua bisa dimulai kembali dengan seseuatu yang lebih sehat untuk diri sendiri dan anak -- anak, sehingga mereka tidak akan menyimpan kenangan luka yang menyakitkan ketika dewasa.

Beberapa tipe orang tua toxic, siklus toxic parent dapat diketahui hnya dengan cara menyampaikan nasihat, dan cara berbicara kepada anak, diantaranya:

Orang tua rentenir

" nak, kamu sekolah di kota membutuhkan biaya yang mahal, ingat harus sukses disana, dapat juara, beasiswa, agar kelak dapat menjadi orang sukses"

Orang tua egois " sebentar lagi kamu masuk sma, ingat harus masuk ipa, anak ipa pandai pandai, kalau nanti kamu bergaul dengan mereka pasti ikut pandai, "

Menghakimi anak "bu aku mau main sama teman, gak boleh jangan main sama dia, mau jadi apa kalau suka main sama nak itu"

Suka membandingkan "dek, nilai kakak kamu 100, kamu berapa? Ingat jangan suka malas, giat belajar agar dapat nilai bagus".

Diatas adalah beberapa contoh kalimat yang diucapkan orang tua yang toxic dalam pola pengasuhan di lingkungan keluarga.  Saatnya bagi kami calon orang tua untuk membuat perubahan siklus pengasuhan kepada anak. Buat anak merasa aman nyaman dan terlindungi dalam keluarga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun