Mohon tunggu...
Alvina Khoiriyah
Alvina Khoiriyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Bermimpi menjadi penulis

life is not easy but it's a simple

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memahami Realita Dunia Sosial

25 Juli 2021   10:41 Diperbarui: 25 Juli 2021   11:00 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaknai dunia sosial tidak terlepas dari realita yang ada di masyarakat.

Dalam memahaminya tidak bisa hanya  bersikap netral dan tak mau tahu.

Karena untuk dapat memahaminya harus melihat dari pandangan  watak dasar dunia sosial, yang dilihat dari subjek dan objeknya. Perbedaan pandangan ini dikarenakan muncul karena adanya cara manusia yang memiliki perbedaan pendapat.

Masyarakat adalah sekumpulan makhluk sosial yang pada eksistensinya yaitu keberadaanya selalu bergantung dari apa yang mengelilinginya dan itu merupakan sebuah sisem.

Pandangan keteraturan dan pandangan perubahan atau bisa dikatakan social order dan social change. Social order melibatkan keteraturan, keterlibatan, integritas, stabilitas, jalinan fungsional, serta consensus. Dan untuk social change melibatkan perubahan, adanya konflik, disentegritas, dan paksaan atau coercion.

Pandangan social order melihat bahwa setiap masyarakat itu telah mapan. Mapan dalam makna stabil baik keuangan, kehidupan, dan pekerjaan. Masyarakat memliki lapisan struktur yang terintegritas dengan baik, terstruktur. Masyarakat memiliki berbagai elemen-elemen yang berfungsi dalam sumbangan dan perbaikan. Fungsi dan struktur dalam masyarakat di dasarkan pada konsessus yang terjadi antar anggota.

Pandangan social change melihat bahwa masyarakat itu selalu memberikan hal yang mengaraha pada  perubahan, baik dari aspek kehidupan sosial maupun dari aspek keluarga dan antar daerah. 

Masyarakat terlibat dalam konflik ini dapat ditemui karena adanya perbedaan pendapat antara satu dan lainnya, sehingga menimbulkan konflik. Disentegritas masih saja dapat diketemui dalam lingkungan sosial, dan masyarakat masih saja akan menjadi objek dan subjek sasarannya. 

Biasanya hal seperti ini dapat dipicu karena berawal dari tindakan perubahan yang menimbulkan konflik dan terjadi disentregritas yang tak menentu. Paksaan atau coercion yang sering dialami masyarakat. mereka cenderung menerima dengan berta hati sesuatu yang tak mereka inginkan. Yang sering terjadi biasanya paksaan ini pada sesame anggota masyarakat yang lain, dan yang lebih besar pada tatanan perpolitikan dalam Negara.

Pendekatan subjektif dan objektif menjadi dasar penglihatan dalam memahami watak dunia sosial.

Dari pandangan ontology ada nominalisme dan realism. Nominalisme disini menganggap bahwa sebenarnya dunia sosial itu tidak ada, hanya karena dikonsepkan, dan dilabeli, diberi nama maka dianggap bahwa dunia sosial itu ada. Jadi saya disini dapat menyimpulkan bahwa sebenarnya nominalisme ini menganggap keberadaan dunia sosial itu tidak ada. 

Realisme menganggap bahwa dunia sosial itu rill alias nyata adanya. Mereka dapat dirasakan dan dapat disentuh dengan baik dikonsepkan aau tidak. Individu dan masyarakat akan tetap merasakannya walaupun mereka tidak memperhatikannya ataupun diabaikan. Karena memang dunia sosial itu itu secara eksistensinya memang ada.

Dari pandangan epistemology ada positivism dan anti positivism. Positivism mengatakan bahwa dunia sosial itu dapat diramalkan dan dijelaskan menggunakan kaidah-kaidah keilmuwan. Seperti contoh dapat dilakukan uji coba, riset dengan ilmu sebab- akibat. Berbeda dengan antipositivisme yang mengatakan bahwa dunia sosial itu tidak bisa diramalkan karena itu berjalan dengan sendirinya. 

orang tidak akan mampu memahami dunia sosial hanya dengan melihat dari cangkangnya saja, mereka hatus melihat dari dalam karena penilaiaanya akan bersifat subjektif.

Dari fitrahnya seorang manusia  ada volunterisme dan determinisme. Dalam volunterisme mengatakan bahwa sebagai insan yang mulia dan memiliki hak berkendak dan berpendapat, manusia bebas untuk memiliki tindakan apa saja yang dilakukan. Berbeda dengan adanya determinisme yang mnegatakan bahwa manusia itu dimanapun keberadannya makan tingkah laku dan kebebasan berkehendak diatur sesuai dengan situasi dan lingkungan yang mempengaruhinya.

Metodologi dari subjek dan objek ada ideografis dan nometitis. Ideografis mengatakn bahwa dunia sosial akan dapat dipahami dengan melihat subjeknya. Oleh karena itu untuk mengenal latar belakangnya harus mampu mendekati subjek sasaran yang dituju. Nometitis lebih menekankan bahwa dalam memahami dunia sosial itu mampu di uji coba dengan melakukan hipotesa, karena memandang bahwa dunia sosial itu sebagai objek yang dapat dipahami dan dimengerti dari cangkang luarnya.

Dalam aksiologinya di dunia sosial dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang serkarang ini masih jadi masalah. Diantaranya ada permasalahan mengenai masyarakat yang pengangguran, masyarakat yang terasingkan dengan teknologi, masalah peralihan perusahaan, masalah kurang terampilnya tenaga kerja yang menimbulkan pengangguran meningkat, masalah pelestarian lingkungan pinggiran kota-kota, masalah kelayakan tempat tinggal, dan beberapa masalah lainnya.

#####

Okey ini adalah rangkuman dari materi yang semester kemaren aku dapatkan, semoga dapat bermanfaat yaa

Okey thank a lot for you

# pemberdayaanmasyarakat #industrialisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun