Mohon tunggu...
Alvin Adhe Nugraha
Alvin Adhe Nugraha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Bengkulu

Mahasiswa Jurnalistik Universitas Bengkulu yang menyukai kegiatan outdoor dan tertarik membahas isu-isu lingkungan hidup, otomotif, musik, dan hal-hal lain yang tengah ramai diperbincangkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Haltenya Ada, Tapi Busnya Mana?

11 Juni 2023   14:09 Diperbarui: 11 Juni 2023   19:28 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mahasiswa penghuni Gedung Belajar 2 (GB2) pasti tidak asing dengan halte bus di seberang jalur keluar area parkir, setiap keluar-masuk pasti bertatap muka dengan halte alakadar itu. Tapi, mana busnya?

Sejak awal ngampus, aku belum sekalipun melihat ada bus kampus berhenti disana, menurunkan, menaikkan penumpang, atau aktivitas lain yang sewajarnya dilakukan oleh bus. Awalnya aku mengira karena ini baru saja selesai dari wabah Covid-19, jadi masih penyesuaian sehingga belum diaktifkan kembali. Tapi ini sudah lebih setahun sejak surat edaran rektor tentang kembali berlakunya kuliah tatap muka, yang mestinya seluruh aktivas kampus mulai berjalan perlahan seperti semula. 

Kerap kali terlihat ada satu atau dua orang mahasiswa dari GB1 yang duduk di halte bus itu, mungkin saja menunggu jemputan atau ojek online yang kebetulan bisa masuk kampus. Bayangkan saja bila ada bus kampus seperti di tempat lain, berpindah dari satu area ke area lain sudah barang tentu akan lebih mudah.

Kasus ini nyaris sama dengan stasiun kereta api Pulau Baai yang sudah lebih dulu diresmikan, padahal relnya nihil. Keretanya disuruh melayang lewat dimensi lain, mungkin. Kereta di Peron 9¾ film Harry Potter saja ada relnya. Bedanya, di Universitas Bengkulu sudah ada jalannya, tapi busnya gaib. Harus ritual dulu biar busnya muncul.

Halte bus yang alakadar itu, dilihat dari sisi manapun, sebenarnya juga tidak layak. Mulai dari atap yang cuma pakai beberapa lembar seng yang kalau panas sudah pasti kulit terbakar. Apalagi hujan sudah pasti basah kuyup. Turun ke bawah ada tempat duduk panjang yang dibuat dari beton, tapi juga tidak berbentuk tempat duduk betul. Sandarannya tidak ada, empuk juga tidak, amat jauh dari nyaman untuk diduduki.

Mestinya kita sepaham mengapa halte ini tidak pantas disebut halte.

Tapi apa mau dikata. Ekspektasi macam apa yang kita mau kasih pada kampus yang tak acuh pada fasilitas penunjang aktivitas mahasiswa dan civitas akademika. Ini baru masalah halte, belum persoalan lain yang tidak rampung masalahnya atau malah tidak didengar sekalian. Pimpinan kampus mungkin juga lupa kalau di UNIB ada halte bus. 

Halte bus di depan GB1 itu pilihannya cuma dua : diratakan atau biarkan berdiri dengan syarat harus ada busnya. Tapi Anda pasti tahu pilihan apa yang akan diambil pimpinan kampus, bukan?

Alvin Adhe Nugraha

D1C020040

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun