Mohon tunggu...
Alvina dwi Hasanah
Alvina dwi Hasanah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sebagai Mahasiswa di UIN KHAS Jember

Suka membaca karya-karya sastra dan ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kontekstualisasi tentang Larangan Saling Mendengki dan Iri Hati

27 Juni 2024   08:05 Diperbarui: 27 Juni 2024   08:14 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, masalah sosial di Indonesia telah mencapai tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Konflik sosial yang terjadi merupakan kenyataan yang memerlukan penelitian mendalam dan pendekatan yang beragam dalam ilmu sosial. Ketidakharmonisan ini muncul dari berbagai persoalan sosial yang semakin rumit, sehingga diperlukan pembahasan yang mendalam mengenai elemen-elemen dalam hubungan sosial. Di antara berbagai masalah sosial, yang paling terkait dengan aspek psikologis adalah masalah sosial-emosional, salah satunya adalah sifat iri hati atau dengki.

Dalam perjalanan hidup, sering kali kita dihadapkan pada masalah yang rumit, pikiran yang buntu, dan kebuntuan dalam mencari solusi. Baik itu masalah keuangan ataupun persoalan persahabatan, konflik antar individu kerap kali muncul. Konflik ini sering kali disebabkan oleh benturan ego masing-masing. Hampir di setiap lapisan masyarakat, konflik menjadi hal yang lazim, dan seringkali, hanya karena keinginan untuk tidak kalah dari orang lain, perselisihan bisa berlarut-larut. Prasangka dalam hubungan sosial maupun keluarga bisa membuat seseorang lebih agresif, baik secara verbal maupun fisik. Prasangka ini sering kali memicu stigma negatif dalam diri seseorang, yang kemudian bisa berkembang menjadi rasa iri hati. Iri hati biasanya muncul ketika seseorang tidak mampu mencapai sesuatu yang diinginkan.

Dari sudut pandang agama, iri hati atau dengki termasuk salah satu penyakit hati yang serius. Orang yang hatinya dikuasai oleh rasa iri sering kali kesulitan menikmati kehidupan dengan tenang. Hati mereka gelisah hingga melihat orang yang mereka saingi mengalami kesulitan. Mereka yang iri biasanya melakukan berbagai cara untuk meredakan rasa cemburu yang berkecamuk dalam diri mereka.

Rasulullah Saw pernah bersabda bahwa rasa iri dapat menghapus pahala dari amal kebaikan yang telah dikerjakan. Sabdanya, "Jauhkanlah dirimu dari iri hati, karena sesungguhnya iri hati itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR. Abu Daud). Lebih jauh, sifat iri juga bisa menyebabkan munculnya penyakit 'ain. Penyakit ini, yang sempat meresahkan masyarakat, berasal dari pandangan mata yang penuh takjub namun juga disertai rasa dengki dalam hati.

Di era modern ini, di mana teknologi berkembang dengan pesat, semakin canggih, dan terus maju, setiap orang dapat dengan mudah mengintip kehidupan orang lain hanya melalui layar ponsel. Dengan kemudahan akses informasi yang luar biasa, ponsel menjadi jendela dunia yang mempermudah siapapun mendapatkan informasi apapun. Namun, kemudahan ini juga menumbuhkan bibit-bibit kedengkian dan iri hati dalam diri seseorang. Rasa iri atau dengki bisa berdampak sangat negatif, seperti membuat seseorang tidak bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan, menyiksa diri sendiri karena hati yang selalu gelisah melihat kebahagiaan orang lain, serta memicu ghibah dan fitnah yang akhirnya bisa menimbulkan perpecahan, permusuhan, dan kebencian.

Apabila kita menyimpan rasa iri dan dengki dalam hati, penting bagi kita untuk melawan sifat-sifat negatif tersebut dengan sekuat tenaga. Salah satu cara efektif adalah dengan mengapresiasi orang yang kita dengki. Cobalah untuk memuji kebaikan-kebaikan mereka setiap ada kesempatan. Selain itu, usahakan untuk menjalin hubungan yang baik dan menjaga silaturahmi. Dengan demikian, kita bisa perlahan-lahan menghilangkan rasa iri dalam diri kita.

Perlu diingat, perasaan iri hanya akan merugikan diri kita sendiri. Perasaan negatif seperti benci dan dengki bisa mengakar dan menjadi beban emosional yang berat. Hati kita akan selalu gelisah, penuh kebencian, dan tidak tenang. Bahkan, ketika kita mencoba menjatuhkan orang yang kita iri, seringkali mereka justru mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah. Jadi, mengendalikan dan mengatasi rasa iri bukan hanya demi orang lain, tetapi terutama untuk kebaikan diri kita sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun