Mohon tunggu...
Alvin Patrick S
Alvin Patrick S Mohon Tunggu... Lainnya - -

Mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hidup Bersih Untuk Jawa Tengah Bebas Malaria

20 April 2020   16:04 Diperbarui: 24 April 2020   10:20 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Indonesia saat ini sedang dilanda kekhawatiran yang disebabkan oleh virus Covid-19. Ditengah maraknya penyakit “baru” tersebut, masyarakat diingatkan kembali akan satu penyakit yang tidak kalah berbahayanya, yakni Malaria. Penyakit endemik ini sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat di hampir seluruh wilayah Indonesia. Meskipun tergolong dalam penyakit lama, tapi tahukah anda apa itu sebenarnya penyakit Malaria? 

Ya, penyakit Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium yang menginfeksi tubuh manusia dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Tidak jarang masyarakat yang menyepelekan gejala-gejala Malaria yang ditandai dengan demam tinggi, menggigil, terus berkeringat, sakit kepala, mual, muntah, diare, hingga nyeri otot. Meskipun terlihat tidak berbahaya, tetapi jika dibiarkan penderita dapat mengalami gejala yang lebih serius hingga mengakibatkan kematian.

Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi dengan kasus Malaria yang cukup tinggi. Kasus Malaria di Jawa Tengah terjadi dibeberapa Kota seperti Wonosobo, Purworejo, Magelang, Solo, Semarang, Temanggung, dan masih banyak lagi. Malaria terjadi karena perkembang biakan nyamuk Anopheles yang terus meningkat. Nyamuk ini sangat menyukai daerah berair menggenang, gelap, dan memiliki kelembaban udara yang tinggi. 

Secara geografi Jawa Tengah memang memenuhi kriteria yang mendukung perkemabang biakan nyamuk Anopheles. Sehingga kasus ini menyebabkan kecemasan bagi kita penduduk Indonesia khususnya yang tinggal di Provinsi Jawa Tengah. Masuknya parasit Plasmodium ke tubuh manusia menyebabkan kerusakan pada sel darah merah yang disebabkan karena perbanyakan parasit dalam sel darah. Setelah sukses berkembang biak, Plasmodium akan menyebar dan menginfeksi sel darah merah lainnya. 

Jika terus berlanjut maka akan menyebabkan gangguan pada sistem organ yang dilalui oleh sel darah merah yang terinfeksi. Respon pada masing-masing penderita bergantung pada sistem imun mereka. Jika sistem imun penderita tidak mampu bertahan maka dapat menyebabkan kegagalan fungsi atau kematian.

Hingga saat ini Malaria masih menelan banyak korban, apalagi di bulan April-Mei Indonesia memasuki musim pancaroba. Di musim pancaroba atau pergantian musim penghujan ke musim kemarau, nyamuk Anopheles akan sangat mudah untuk berkembang biak. Dikutip dari data Buku Saku Kesehatan Tahun 2015 – 2019 di Jawa Tengah, terdapat 2.190 kasus penderita Malaria pada tahun 2015. 

Sedangkan pada tahun 2016 jumlah penderita Malaria mengalami penurunan sebanyak 1.140 kasus, tahun 2017 sebanyak 932 kasus, tahun 2018 sebanyak 806 kasus dan sampai tahun 2019 terdapat 402 kasus penderita malaria. Dengan kasus Malaria paling banyak di Provinsi Jawa Tengah terdapat di Kota Semarang dengan jumlah penderita sebanyak 49 kasus pada tahun 2019. Meskipun terlihat adanya penurunan jumlah kasus Malaria tiap tahunnya, tetapi tetap saja Indonesia khususnya Provinsi Jawa Tengah belum bisa menuntaskan kasus penyakit akibat gigitan nyamuk Anopheles.

Lalu pernahkah kita memikirkan “Mengapa penyakit Malaria ini tetap terjadi di Indonesia meskipun telah dilakukan upaya pencegahan seperti fogging?” Ternyata kasus penyakit ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terus ada di Indonesia sehingga Malaria dianggap sebagai penyakit yang endemik. 

Faktor yang paling nyata adalah Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan curah hujan yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan adanya genangan air ditempat-tempat yang kurang diperhatikan masyarakat. Genangan-genangan air tersebutlah yang menjadi tempat perkembang biakan nyamuk Anopheles dan berbagai jenis nyamuk lainnya. 

Faktor lainnya, penggunaan zat abate atau fogging biasanya menyebabkan nyamuk Anopheles mengalami resistensi terhadap zat tersebut. Tingkat resisten tersebut menyebabkan sulitnya membasmi nyamuk, sehingga diperlukan adanya evaluasi program pengendalian nyamuk agar lebih efisein lagi.

Sebagai masyarakat cerdas, kita bisa saja membuat abate atau zat yang dapat mengusir keberadaan nyamuk Anopheles dan yang lainnya. Cukup menggunakan tanaman yang mengandung zat “berbau” yang secara alami dapat mengusir nyamuk. Contoh tanaman yang dapat dipakai adalah serai dapur, melati, jarak, lengkuas, dan yang lainnya. Tentunya bukti efisiensi menggunakan tanaman-tanaman tersebut masih diperlukan penelitian lebih lanjut. 

Tanaman-tanaman tersebut juga sangat mudah ditemukan di seluruh wilayah Indoesia dan jika ditinjau dari keamanan pakainya, dengan menggunakan zat dari tanaman akan lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan penggunaan zat kimia yang biasa dipakai. Dan tentunya penggunaan zat dari tanaman akan menjadi pembasmi baru bagi nyamuk yang telah resisten terhadap obat nyamuk berbahan kimia.

Bertepatan dengan tanggal 25 April, kita memperingati hari Malaria dengan harapan kita sebagai masyarakat yang peduli kita turut serta membantu pemerintah dalam mengatasi kasus penyakit Malaria. Meskipun saat ini kita sedang dilanda pandemi Covid-19 tetapi tidak ada salahnya kita menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah terjadinya Malaria. 

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah tetap menjaga kebersihan lingkungan khususnya jika ada air yang menggenang, melakukan 3M (menutup tampungan air, menguras tampungan air, dan mengubur sampah). Selain itu masyarakat juga bisa menanam beberapa tanaman pengusir nyamuk atau menggunakan kelambu ketika akan tidur. Jangan anggap ringan Malaria, jika kita lengah bisa saja kita menjadi salah satu korban nyamuk Anopheles. Marilah kita bersatu menjaga kebersihan lingkungan untuk mewujudkan Jawa Tengah yang bebas dari Malaria.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun