Kedua, merebaknya wabah yang terjadi di Indonesia dan seluruh dunia tidak terlepas dari peran manusia yang turut memperburuk keadaan lingkungan. Hal ini dapat kita lihat dari apa yang diwahyukan Allah SWT dalam surat Ar-Ruum 41:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
Artinya: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Ruum: 41).
Meski virus COVID-19 sejatinya ialah adalah makhluk Allah yang bergerak atas kehendaknya, nyatanya kerusakan yang diperbuat oleh tangan manusia justru dapat memperparah kondisi demikian. Menurut majalah Guardian kenaikan dan udara kotor yang ditimbulkan dari praktik industri, kendaraan, dan gas buang lain yang dihasilkan manusia semakin memperkecil ketahanan tubuh manusia itu sendiri dalam menangani virus COVID-19. Meski tidak secara langsung hal ini meningkatkan laju kematian yang diakibatkan oleh COVID-19 itu sendiri. Lebih lagi gaya hidup tidak sehat dan upaya menjaga lingkungan dengan baik membuat virus ini semakin mudah tersebar. Hikmah yang bisa dipetik dari penyebaran corona ialah diberikannya Bumi ini untuk beristirahat dari beragam aktivitas manusia. Contohnya berkurangnya emisi gas baik dari kendaraan maupun industri yang berkurang drastis di beberapa negara.
Ketiga, ikhtiar manusia dalam mencegahnya, meski wabah yang menimpa seluruh dunia secara keseluruhan merupakan kehendak-Nya. Apa yang terjadi sesungguhnya dapat diatasi jika manusia sendiri itu mau berubah atas kondisi yang menimpanya. Pada surat Al-Anam dijelaskan bahwa:
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ وَإِن يَمْسَسْكَ بِخَيْرٍ فَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Artinya: “Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS Al-An’am : 17).
Wabah virus COVID-19 bukanlah wabah yang tak bisa ditanggulangi. Dengan mengikuti aturan dari pemerintah dan tenaga kesehatan upaya penekanan virus COVID-19 dapat ditekan. Sistem lock-down dan social distancing dapat memperkecil kemungkinan penularan virus yang tersebar melalui interaksi fisik. Hal ini diterapkan di beberapa negara termasuk negara tetangga Malaysia. Dalam level individu, penjagaan diri melalui penggunaan handsanitizer, penggunaan masker, dan mengikuti instruksi pemerintah merupakan bentuk ikhtiar yang bisa kita lakukan guna mengurangi penyebaran wabah. Melalui saduran dalam Washington Post terbukti laju penyebaran COVID-19 secara grafik dapat dilihat dari Gambar 1 yang disadur langsung dari Washington Post.
Upaya lockdown atau pun social distancing telah disampaikan pula oleh Rasulullah SAW saat terjadi wabah yakni:
"Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari)
Hal ini juga dilakukan ketika Umar bin Khattab melakukan perjalanan menuju Syam lebih tepatnya daerah Sargh, saat membawa rombongan sahabat akhirnya khalifah Umar kembali pulang dan mencegah rombongan memasuki wilayah yang terkena wabah thaun tersebut. Tidak mengherankan beberapa negara seperti Arab Saudi melakukan pembatasan kunjungan umrah dari luar guna mencegah penyebarannya menjadi lebih besar. Pada akhirnya social distancing yang dilakukan merupakan bentuk ikhtiar dan tawakal yang dilakukan bagi seorang muslim dalam menghadapi takdir-Nya.