Viral salah satu akun dokter di platform social media yang membongkar kebusukan marketing para owner di Indonesia dengan cara mengklaim kandungan di produknya secara berlebihan melalui uji laboratorium produk. Contoh, produk A menggunakan tagline 10% niacinamide dan menggembor-gemborkannya di tiap promosi, kenyataannya owner hanya memakai 5% niacinamide di produknya yang artinya ia telah melakukan manipulasi penjualan/pembohongan publik.
Tindakan overclaim ini tidak hanya terjadi pada satu atau dua produk skincare di Indonesia yang akhirnya membuat publik khususnya kaum wanita sebagai mayoritas pengguna skincare merasa ragu dan trust issue, bahasa kerennya.
Kejadian ini juga menjadi salah satu faktor terbesar kenapa perempuan Indonesia kini beralih mata ke arah skincare korea meskipun secara realistis harganya lumayan mahal bagi sebagian orang. Lalu, kenapa, sih pindahnya ke skincare korea? Kenapa bukan skincare india? Apa daya tarik dari skincare korea? Gass, kita kulik!
1. Isi lebih banyak dari skincare Indonesia
Yup, bukan rahasia lagi kalau isi skincare korea lebih melimpah dibanding skincare lokal. Serum lokal yang mayoritas hanya 20-30 ml dengan harga bervariasi dari murah sampai mahal, sedangkan serum korea 30-100 ml dengan harga yang lumayan pricey (dalam rupiah Indonesia), namun dengan isi yang sebanyak itu dan pemakaian yang awet sampai 1 tahun, terdengar worth it, nggak?
2. Tidak overclaim
Kandungan aktif seperti niacinamide, vitamin c atau glycolic acid minim terjadi overclaim dalam skincare korea karena awareness dari masyarakat korea sendiri akan skincare dan beauty standar yang berlaku di sana membuat persaingan antar produk skincare saling balap untuk memberikan hasil terbaik.
3. Marketing
Sudah pasti ada pengaruh marketing di fenomena ini. Bintang iklan, idol kpop serta influencer yang menampilkan efek glass skin serta bebas dari permasalahan kulit menjadi poin plus kenapa skincare korea semakin diminati oleh perempuan Indonesia.
4. Stigma negatif kulit sawo matang
Ini lumayan aneh sebenarnya. Di Indonesia yang merupakan wilayah tropis dan kaya akan cahaya matahari, memiliki kulit sawo matang adalah bentuk ketidaksempurnaan. Cemoohan seperti “maghrib banget sih”, “dekil”, “ga pernah mandi” sering dilontarkan kepada pemilik kulit sawo matang, khususnya di Indonesia. Stigma negatif ini membuat orang-orang condong membeli produk pemutih kulit dan mencerahkan yang secara kebetulan sesuai dengan marketing skincare korea. Ini juga yang menyebabkan kenapa produk kecantikan di Indonesia lebih sering memakai tagline memutihkan alih-alih mencerahkan atau melembabkan.