Hangat mentari kian redup
Tenggelam dalam bayang ingatan yang seharusnya tersemayamkan
Namun, sayu alunan syair nestapa
Menjemput jiwa terhuyung dalam kegelapan nan telah tersuguhkan.
Hanya aku, yang mampu meraup segala igauan itu;
Ketika untaian kekata saling mengepakan sayap-sayapnya
Dan raga pun sendayu merdu
Berjumpa di halaman itu.
Adakah elegi?
sontak raga berucap ' Tidak..!! '
Aku pantas menerima ini..!
Makna langkah yang seirama
Menjelma simponi yang seharusnya sudah tiada
Kini berubah usang; terhuyung api nan entah berantah menyapa.
Tetapi puan,
Ketidaklarasan hati menerima jilbaban bara
Menusuk perlahan jiwa yang selama ini hadirkan cinta
Itu hanyalah sekedar kenestapaan;
Nan dapat berkepanjangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H