Bagi saya, ini cara menarik. Alih-alih menonton kembang api sambil membuat resolusi di tanggal 1 Januari, lebih baik nazar. Kalo resolusi gak ditepati, apa kamu tega menghukum diri kamu sendiri yang nggak menjalani resolusi? Dengan kamu nazar, kamu melibatkan pihak lain demi memperkuat upaya kamu mengubah diri. Gak tanggung-tanggung lagi, yang kamu libatkan adalah Tuhan kamu sendiri.Â
Upaya menjalankan nazar ini bukan berarti berjalan tanpa hambatan. Baru saja menginjak hari kedua pelaksanaan, saya mendapatkan goncangan mental yang biasanya saya lampiaskan dengan merokok.Â
Wah, berat rasanya. Lagi stres, tapi nggak bisa merokok. Saya sampai googling apa dosa dan hukumnya seseorang yang  melanggar nazar (kamu bisa googling, baca literatur terkait, atau tanya ustaz komplekmu). Ternyata, berat juga. Yaudah, saya tahan aja untuk gak ngerokok, and it works.Â
Lalu, bagaimana buat kamu perokok yang ingin berhenti tapi kamu nggak percaya Tuhan?
Coba deh bikin komitmen dengan orang yang kamu takutin (bos, pacar, orangtua) terus minta mereka menghukum kamu kalo kamu melanggar komitmen itu.Â
Dan yang paling penting dari semua perlakuan itu ya jujur sama diri sendiri, sih. Jangan sampai "kau yang mulai, kau yang melanggar sendiri.
Kasihtahu Teman-teman Sesama Perokok
Tapi yang menarik, 4 dari 5 anggota geng menyarankan saya untuk berhenti merokok total. Miris. Mereka ternyata peduli dengan kesehatan saya, tapi tidak peduli dengan kesehatannya masing-masing, hahaha.
Awalnya, saya mengira akan "menjauhi" teman-teman saya yang merokok selama kurun waktu 30 hari itu karena khawatir setan lewat dan menggoda saya. Nyatanya nggak lho.
Saya masih bisa ngobrol di saat mereka sedang sebat tanpa adanya godaan-godaan ingin ikutan merokok. Itu berarti, istilah roper alias rokok persahabatan tidak valid. Saya masih bisa bersahabat dengan geng sebat tanpa harus ikut mengisap rokok.Â
Ajang Bukti Jadi Lelaki Sejati