Mohon tunggu...
Alvi Anugerah
Alvi Anugerah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis jika sedang menggebu-gebu

Humaniora Universal.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Bagaimana Seharusnya Media Hindari Cibiran "Menjual Kesedihan"

31 Desember 2018   03:07 Diperbarui: 2 Januari 2019   10:57 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lewat skype dan disiarkan secara Live oleh Metro TV, Budi menceritakan bagaimana perjuangannya sehari-sehari sendirian memandikan dan menyuapi kakaknya yang tergolek lemah tak berdaya. Budi & Bilal pun tinggal di rumah yang kondisinya memprihatinkan. Nenek yang dari dulu merawat mereka berdua sudah meninggal sejak tahun 2014. 

Source: video.metrotvnews.com
Source: video.metrotvnews.com
Tak butuh waktu sampai 7 hari, simpati berdatangan untuk Bilal dan Budi dari pemirsa Metro TV. Galang dana yang diinisiasi oleh program Newsline Metro TV berhasil mengumpulkan dana sebesar Rp 107.677.295. Hari ini, kondisi Bilal terus membaik. Ia terus melakukan terapi rutin supaya gerak tubuhnya bisa normal. Sementara Budi sudah duduk di bangku MTs. Rumah Budi & Bilal pun kini jauh lebih layak untuk dihuni.

Tak hanya untuk Bilal dan Budi. Sepanjang tahun 2018, program Newsline Metro TV tercatat telah mengangkat 20 campaign penggalangan dana ke acara mereka secara live dan mengumpulkan donasi tak kurang dari 2 Miliar rupiah jumlahnya.    

Source: ekonomi.kompas.com
Source: ekonomi.kompas.com
Media online juga gak ketinggalan dalam urusan beginian. Ambil contoh kompas.com yang mengangkat kisah pasangan lansia di Jogjakarta yang dengan kehidupan pas-pasan harus merawat anak lelakinya yang mengidap down syndrome. Setiap harinya, pasangan itu harus mengantar anaknya belasan kilometer menggunakan onthel untuk menuju ke sekolah. Kondisi rumah mereka pun sungguh memprihatinkan. 

Lewat penggalangan dana online, Kompas.com menggerakkan hati 954 pembacanya untuk berdonasi membantu pasangan lansia dan anaknya itu. Di fase awal penggalangan dana, kurang dari 30 menit dana yang terkumpul mencapai 20 juta rupiah. Hingga akhirnya penggalangan dana ditutup, dana yang terkumpul mencapai Rp 210.046.594.

Kini, proses pembangunan rumah untuk pasangan lansia itu baru saja rampung. 

source: dokumentasi tim kompas.com
source: dokumentasi tim kompas.com
Ilustrasi: news.detik.com
Ilustrasi: news.detik.com
Detikcom juga pernah melakukan upaya serupa. Berawal dari laporan kontributornya tentang proses pembangunan jembatan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan Yang mangkrak. Anak-anak SD harus rela menyeberang berbasah-basah melewati aliran sungai yang deras. Secara intens, Detik terus memberitakan bagaimana keberadaan jembatan tersebut diperlukan sebagai penunjang kegiatan warga di sana.

Ilustrasi: news.detik.com
Ilustrasi: news.detik.com
Detik lantas mengajak para pembacanya untuk patungan online melanjutkan pembangunan jembatan mangkrak tsb. Hasilnya menggembirakan. Sebanyak 729 pembaca Detikcom mengumpulkan donasi sebesar Rp 206.386.388 agar pembangunan jembatan itu bisa dilanjutkan.

Hari ini, jembatan itu telah menghubungkan kedua desa yang sebelumnya dipisah arus sungai nan deras. Tak hanya untuk jembatan, donasi yang terkumpul juga digunakan untuk pembangunan talaud. 

Cerita-cerita galang dana online yang dilakukan media tersebut menunjukkan terciptanya sebuah simbiosis mutualisme: media membutuhkan konten yang inspiratif & menggugah hati agar pemirsanya bisa menikmati, penggalang dana yang sedang membutuhkan biaya akhirnya bahagia karena para pemirsa membantunya dengan cara berdonasi. 

Cara ini adalah kolaborasi baik yang juga bisa jadi bukti valid bahwa media bukan lagi menjual kesedihan demi meraup sejumlah keuntungan. Yang dilakukan media justru upaya mengkonversi kesedihan jadi berita baik dan inspiratif dengan cara melibatkan pemirsa sebagai orang-orang baiknya. Hal ini juga bisa jadi cara mengukur tingkat engagement pemirsa dengan medianya. Jika donasi yang terkumpul dalam waktu singkat itu melesat cepat, salah satu indikator bahwa pemirsa tersentuh dan tergerak hatinya untuk membantu konten media yang dikonsumsinya. 

Dengan cara demikian,  cibiran "media menjual kesedihan" seharusnya tak ada lagi di tahun 2019 dan tahun-tahun selanjutnya. Semoga begitu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun