Mohon tunggu...
Alvi Anugerah
Alvi Anugerah Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis jika sedang menggebu-gebu

Humaniora Universal.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ruang Diskusi Baru Itu Bernama: “Ruang Ide”

30 Januari 2015   22:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:05 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tugu kujang dan pesatnya pembangunan kota, sumber foto: nourainayah.blogspot.com

Pertemuan itu toh akhirnya terjadi juga. Setelah hampir sebulan tarik ulur menentukan jadwal  dari masing-masing diantara kami, Akhirnya, Minggu (25/1) malam di sebuah restoran cepat saji di bilangan Pajajaran, Kota Bogor, pertemuan itu akhirnya terselenggara juga. Ide tak melulu berawal dari perenungan khusyuk di toilet. Tak jarang, ide muncul dari tektok obrolan tak penting di warung kopi pinggir jalan. Dan itu yang menginisiasi kehadiran sebuah “ruang” yang saya berani katakan: cukup baru di kota Bogor. Kami memang anak muda kemarin sore di Buitenzorg ini. Komposisi kami kebanyakan adalah anak Bogor yang pernah berkuliah merantau di kota orang, mengambil dan menerka geliat komunitas dan kegiatan di kota orang itu, lantas mengkomparasikannya dengan kota ini. Hasil komparasinya ternyata tidak mengecewakan. Kami cukup kagum ketika membuka mata bahwa geliat-geliat komunitas di kota Bogor ini terasa detak eksistensinya.  Detak itu bisa dirasakan setidaknya dari kepemilikan akun-akun media sosial twitter para komunitas tadi. Macam-macam bentuknya, rupa-rupa jenis kegiatannya. Namun, seperti ada yang kurang ketika lama-lama saya rasakan detak eksistensi komunitas tadi. Riset kecil-kecilan yang saya lakukan (menelusuri akun-akun twitter komunitas di Kota Bogor) tidak menemukan keberadaan komunitas yang serius membincang masalah diskursus. Diskursus tentang apapun itu. Syukur-syukur diskursus perkembangan kota ini. Saya dan kawan-kawan termasuk orang yang percaya bahwa niat baik, rencana busuk, sampai kegiatan bakti sosial pun dimulai dari basis pemikiran. Semua hal dimulai dari basis pemikiran. Seperti yang Pramoedya Ananta Toer tuliskan lewat tetralogi Pulau Burunya: “Seorang terpelajar harus sudah adil sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan”.  Lalu, bagaimana cara memunculkan sebuah basis pemikiran itu? Diskursif adalah salah satu jawabannya. Bicara. Nyarios. Ngobrol. Berbincang. Dengan etika dan tata cara tentunya. Komprehensif dan tidak mengaler atau mengidul. Tepatnya Kontekstual. Dengan itu, bukan hanya basis pemikiran yang akan tebentuk, upaya merawat akal sehat pun otomatis berjalan mengikuti. Tidak hanya Pram, W.S Rendra pun pernah berujar bahwa Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata. Maksudnya, napas perjuangan takkan bisa dihembuskan jika tak ada udara bernama kata-kata. Tak ada perjuangan jika tak ada kata-kata. Dan produksi kata-kata yang paling tepat adalah lewat sebuah kegiatan  diskursif tadi. Hal-hal substantif itulah yang kemudian mendasari niat kami untuk menginiasi sebuah “ruangan” berdiskusi. Sebuah ruang dimana tempat ide-ide itu disemai lalu kemudian tumbuh untuk dituai buahnya. Ide apapun itu. Perbincangan apapun itu, yang ada korelasinya tentang perkembangan kota Bogor. Mengapa Kota Bogor? Karena kami percaya, kota tidak dibangun hanya dengan infrastrukturnya saja, kota dibangun lewat ide-ide dan imajinasi anak mudanya.  Urusan-urusan pelik kota bukan hanya jatah Bima Arya dan wakilnya, urusan pelik kota ini juga jadi tanggungjawab warga kotanya. Aksi membenahi kota tidak akan muncul jika solusi efektifnya tak tersedia. Lagi-lagi, ruangan diskusi penting kehadirannya untuk memunculkan solusi-solusi efektif yang dimaksud. Banyak hal yang kami harapkan lewat ruangan diskusi yang tengah kami “dekorasi” ini. Kami berharap ide-ide yang disemai di dalam ruangan tersebut jadi cetak biru bagaimana seharusnya dinamika sosial masyarakat kota Bogor ini tumbuh. Bagaimana seharusnya geliat-geliat komunitas di kota Hujan bisa berimplikasi terhadap kebutuhan warganya.Ruang yang juga diharap bisa jadi ajang kukumpul warga juga insan muda kota yang punya ide-ide solutif tentang bagaimana kota ini seharusnya dijaga. Bahkan ke depan, Ide-ide yang tumbuh dalam ruangan ini juga diharapkan jadi panduan bagaimana dan ke arah mana pemerintah Kota Bogor merawat dan mengembangkna kotanya ke arah yang lebih laik.

image
image

Suasana “dekorasi” Ruang Ide dan meeting tema diskusi pertama (25/1) sumber foto: dok.pri

Alhasil, pertemuan citarasa reuni di restoran cepat saji itu memutuskan nama: Ruang Ide. Ya, ruang baru tempat diskusi itu bernama “Ruang Ide.”  Kepada kawan-kawan warga dan insan komunitas kota Bogor, salam hangat dari kami, mari berdiskusi :) @Alvidhiansyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun