Mengapa kasus tragis ini butuh waktu delapan tahun untuk mendapat perhatian publik?
Kasus kematian Vina di Cirebon menyimpan banyak misteri dan kejanggalan yang membuat kita bertanya-tanya tentang kebenaran di baliknya. Bagaimana mungkin kejadian pilu yang menimpa Vina dan Eki pada 27 Agustus 2016 silam bisa ditutup begitu rapat hingga fakta-fakta baru muncul bertahun-tahun kemudian?
Pada Sabtu malam itu, Vina meminta izin pada Marliana untuk pergi bersama Eki. Mereka berangkat menggunakan sepeda motor sekitar pukul tujuh malam. Hanya setengah jam setelahnya, para pelaku yang merupakan anggota geng motor Moonraker mulai berkumpul di Jalan Perjuangan. Meneguk minuman keras, lalu mengatur strategi berkat laporan kawan mereka, Andi, yang bermasalah dengan geng motor XTC.
Sekitar pukul sembilan malam, nasib buruk menimpa Eki dan Vina yang melewati SMP 11. Geng motor Moonraker langsung menyerang Eki yang kebetulan memakai jaket bertulisan XTC. Serangan brutal menggunakan bambu berujung pada penganiayaan parah dan pelecehan terhadap Vina di sebuah lahan kosong.
Mengherankan, pihak kepolisian awalnya menyatakan Vina dan Eki mengalami kecelakaan tunggal. Bukti di TKP dan kondisi motor yang hanya lecet ringan mengindikasikan kecelakaan ini tak lebih dari skenario belaka. Bukankah aneh jika motor hanya lecet sementara tubuh Vina dan Eki mengalami kerusakan yang begitu parah? Sampai kepala belakang Vina lembek seperti balon berisi air.Â
Ayah Vina yang bergegas menuju TKP tak sedikit pun menemukan tanda-tanda kecelakaan yang diungkap polisi. Di sinilah kecurigaan muncul bahwa ada sesuatu yang tak beres.
Keanehan semakin bertambah ketika 31 Agustus 2016, kakak Vina menerima telepon dari kakak Linda yang mengatakan bahwa Linda (teman Vina) kesurupan arwah Vina. Arwah Vina yang 'berbicara' melalui Linda mengungkapkan detail kejadian yang berbeda jauh dari versi polisi. Arwah Vina menceritakan ia dan Eki dianiaya oleh geng motor yang salah satu pelakunya merupakan teman Eki yang juga menyukai Vina.
Pengakuan ini didukung oleh kesaksian seorang pedagang sate yang melihat konvoi geng motor di malam kejadian. Polisi yang kemudian menyergap markas geng motor menemukan bukti rencana pelecehan dan penganiayaan yang membuat para pelaku mengakui perbuatan mereka.
Malam itu seharusnya menjadi malam yang indah bagi Vina dan Eki. Keduanya sudah merencanakan masa depan bersama dan berniat untuk membawa hubungan mereka ke jenjang pernikahan. Nahas, malam minggu yang romantis berubah menjadi malam tragis yang merenggut nyawa.
Penyelidikan dan penanganan kasus ini tampak penuh dengan kejanggalan. Tujuh pelaku dijerat pada 26 Mei 2017, dengan satu pelaku dibebaskan karena masih di bawah umur. Hingga 2024, tiga pelaku lainnya, termasuk Pegi, masih buron. Ketika Pegi akhirnya ditangkap, banyak pertanyaan mengenai identitas Pegi sebenarnya. Apakah polisi benar menangkap orang yang tepat? Beredarnya foto yang berbeda menambah keraguan publik.
Bahkan lebih mengherankan, delapan pelaku mencabut keterangan mereka, termasuk pengakuan awal tentang keterlibatan tiga buronan. Ini membuat kita bertanya-tanya, apakah ada kekuatan besar yang bekerja di balik layar untuk membungkam kebenaran?Â
Penanganan kasus ini juga baru dilanjutkan setelah film tentang Vina menjadi viral. Selama delapan tahun, keluarga Vina harus menunggu dalam ketidakpastian. Apakah ini menunjukkan buruknya kinerja dari pihak berwenang?
Misteri kasus kematian Vina di Cirebon bukan hanya tentang siapa pelaku sebenarnya, tetapi juga tentang bagaimana sistem hukum dan aparat kepolisian menangani sebuah tragedi yang menyentuh hati banyak orang. Apakah ada harapan untuk keadilan bagi Vina dan Eki? Ataukah ini akan menjadi satu lagi kasus yang terkubur dalam tumpukan berkas tak terselesaikan?
Hanya waktu yang bisa menjawabnya, tapi masyarakat berhak tahu kebenaran yang sesungguhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H