Mohon tunggu...
Alvianto Ardhi Witjaksono
Alvianto Ardhi Witjaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada

Health, Safety, Environment

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Asbes: Ancaman Tak Terlihat di Rumahmu yang Bisa Mematikan!

25 September 2024   15:00 Diperbarui: 26 September 2024   22:42 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Youtube Redaksi Trans7 Official (Gambar penggunaan atap asbes di Jakarta yang berdampak pada kesehatan apabila atap tersebut retak)

Percayakah kamu bahwa atap berwarna abu-abu yang begelombang dan lembaran datar di sekelilingmu terbuat dari asbes yang berdampak pada kesehatan apabila atap asbes tersebut retak? Dahulu, asbes kerap digunakan untuk atap bangunan rumah. Atap berfungsi melindungi penghuninya dari panas dan hujan sehingga harus aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Berbeda dengan beton, seng, serta genteng yang layak untuk dijadikan atap, asbes tidak layak dijadikan atap karena berbahaya bagi kesehatan.

Tahukah Kamu, Apa itu Asbes?

Dilansir dari Ensiklopedia Internasional Kesehatan Masyarakat Edisi Tiga yang diterbitkan Elsevier Inc, asbes adalah nama umum untuk menyebut sekelompok mineral berserat yang terjadi secara alami. Bentuk asbes yang paling banyak digunakan dan terus ditambang secara komersial hingga saat ini adalah krisotil atau asbes putih. Asbes digunakan untuk berbagai macam industri konstruksi, otomotif, dan tekstil. Dalam industri konstruksi, asbes digunakan sebagai bahan pembangunan rumah, seperti atap semen asbestos, pelapis lantai, dan pipa semen asbestos. Beberapa alasan mengapa asbestos banyak digunakan karena harganya murah, mudah dibentuk, stabil secara kimia, tahan panas, tahan tekanan, dan rendah konduktivitasnya. Keberadaan asbes yang tampaknya tidak berbahaya ini menyembunyikan ancaman tersembunyi terhadap kesehatan masyarakat, terutama ketika bahan atap ini mengalami keretakan yang berpotensi melepaskan serat asbes yang berbahaya ke lingkungan sekitar.

Bagaimana dengan Data Penelitian Terkait Asbes?

Dilansir dari laman Deutsche Welle Indonesia, lima puluh persen kanker akibat pekerjaan disebabkan oleh asbes. Penyakit terkait asbes menyebabkan sekitar 255 ribu kematian per tahun di seluruh dunia, dengan India mencatat 50.000 kematian setiap tahunnya. Ada sekitar 67 negara di dunia yang melarang dan mengurangi penggunaan asbes. Namun, di Indonesia asbes masih menjadi bahan bangunan utama terbanyak ketiga setelah genteng dan seng dengan rata-rata presentase 9,6 persen. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan DKI Jakarta menjadi pengguna atap asbes dengan persentase rata-rata tiga tahun terakhir 56,64 persen dan 53,46 persen. Penelitian dengan menggunakan data Global Burden of Disease (GBD) menyatakan bahwa lebih dari 1.600 warga Indonesia meninggal setiap tahun karena penyakit asbes dan diperkirakan jumlah kematian akan meningkat menjadi 3.000 kematian pada tahun 2040 apabila Indonesia masih menggunakan asbes.

Mengapa Paparan Asbes Menimbulkan Risiko Kesehatan?

Retakan debu serat asbes dapat memengaruhi kondisi kesehatan serius. Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) mengakui semua bentuk asbes dapat menyebabkan kanker paru-paru dan menurut Badan Pendaftaran Penyakit dan Zat Beracun (ATSDR), paparan asbes dapat terjadi melalui pernapasan, kontak dengan kulit, dan juga proses pencernaan. Utamanya, jalur paparan terjadi ketika terdapat serat pecahan asbes di udara terhirup oleh hidung. Pada jalur paparan melalui proses pencernaan terjadi ketika air minum yang terkontaminasi retakan serat asbes dan paparan juga dapat terjadi setelah menelan bahan yang dikeluarkan dari paru-paru. Kemudian, pada jalur kontak kulit, serat asbes dapat menempel di kulit ketika tidak segaja terkena serat tersebut dan akan menghasilkan mata ikan yang tidak menimbulkan keseriusanan dampak kesehatan.

Paparan serat asbes yang masuk ke tubuh melalui saluran pernapasan akan terperangkap di paru-paru sehingga menyebabkan kesakitan ketika bernapas serta meningkatkan risiko kanker paru-paru dan kanker di bagian tenggorakan. Asbes dapat merusak membran pleura yang tentunya akan menggangu fungsi pernapasan. Selain itu, paparan asbes dapat menyebabkan mesothelioma, asbestosis, plak pleura dan penebalan pleura. Serat asbes yang masuk ke dalam tubuh juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan mesotelial yang dapat mengakibatkan pembentukan plak pada selaput paru-paru. Plak pada selaput paru ini menjadi penyebab penyakit mesothelioma/kanker agresif yang tidak dapat disembuhkan, sedangkan asbestosis adalah penyakit paru-paru kronis akibat paparan asbes jangka panjang di jaringan parut paru-paru yang berdampak pada meningkatnya risiko gagal jantung. Terakhir, pada paparan serat asbes yang masuk melalui saluran pencernaan dapat merusak perut dan berpotensi menyebabkan kanker di perut.  

Bagaimana Pencegahan Penggunaan Bahan Asbes?

Dalam upaya pencegahan bahan asbes yang berbahaya dan menimbulkan efek samping pada kondisi kesehatan, perlu dilakukan pergantian bahan asbes menjadi bahan-bahan yang ramah lingkungan, seperti penggunaan fiberglass atau fiber keramik tenun yang lebih aman. Apabila kita menemukan retakan genteng asbes yang tergeletak di lingkungan sekitar, maka kita bisa menguburkan retakan tersebut ke tanah dengan menyiramkan air terlebih dahulu ke retakan asbes dan diangkat menggunakan alat pelindung diri (baju pelindung, sarung tangan, dan masker).

Selanjutnya perlunya advokasi ke pihak terkait agar setiap produk yang mengandung asbes yang dijual di pasaran dapat mencantumkan label yang berisi informasi, tata cara penggunaan produk, dan komposisi kandungannya. Hal ini juga sesuai dengan Peraturan Menteri Perdagangan No. 25 Tahun 2021 yang mengharuskan pelabelan produk dengan informasi yang jelas. Pelabelan ini diharapkan masyarakat dapat lebih waspada saat membeli produk atap asbes. Kemudian peran pemerintah juga sangat penting dalam melarang penggunaan, pembuatan, dan impor asbes secara bertahap sehingga berdampak pada penurunan penggunaan atap asbes. Sebagai warga masyarakat kita dapat mendukung uji materi yang telah dilakukan di Mahkamah Agung untuk menyerukan pelarangan penggunaan asbes.

Referensi

Agency for Toxic Substances and Disease Registry. (2014). ATSDR case studies in environmental medicine: Asbestos toxicity. United States Department of Health and Human Services. 

Badan Pusat Statistik. (2023). Indikator perumahan dan kesehatan lingkungan 2023 (Vol. 9, ISSN 2302-5905). 

Indonesia Ban Asbestos Network. (2017, August 26). Bahaya asbes bagi kesehatan. Inaban. 

Klebe, S., Rathi, V., & Russell, P. A. (2024). Lung cancer caused by asbestos: What a reporting pathologist needs to know. Lung Cancer, 195, 107849. 

Lemen, R. A., & Wagner, G. R. (2024). Asbestos. In International encyclopedia of public health (3rd ed., pp. 70-79). Academic Press. 

Melanie, R. (2022, January 14). Asbestos dan kehidupan kita. TV Rheinland Indonesia.

Purba, W. (2023, November 5). Asbestos: Materi berbahaya yang belum dilarang di Indonesia. Deutsche Welle Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun