Mohon tunggu...
alvian Izzul
alvian Izzul Mohon Tunggu... Mahasiswa - bersyukur

seek experience to learn each part

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hilang untuk Healing with Es Teh 2

20 Juli 2022   23:00 Diperbarui: 20 Juli 2022   23:37 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 2

SHORT TRIP WITH ES TEH | AIR TERJUN TUMPAK SEWU | BUKIT JADIH (MADURA) DAN SURABAYA

Kami tiba dilokasi lebih awal dari jadwal yang kami rencanakan sehingga kami bisa lebih lama untuk menjelajahi tempat ini. Barang-barang serta peralatan yang sekiranya diperlukan nantinya sepertihalnya kamera dan juga tripod kami persiapkan, juga bersih-besih diri sebelum kita turun. 

Untuk sekedar persiapan ternyata membutuhkan waktu yang cukup lama, karena untuk sekedar hal ini bagi cowo merupkan waktu yang terbuang sia-sia.

Terdapat spot untuk melihat dari ketinggian bagaimana keindahan air terjun ini, kamipun berswafoto disana sembari mentadabburi ciptaan-Nya yang indah. Teman kami Efendi merupakan satu-satunya yang pernah tempat ini, dan turun untuk melihat air terjun dari dekat. Dia pun menawarkan kepada kami untuk melihatnya dari dekat, dengan menuruni tempat ini.

Bukanlah jalan yang mudah untuk bisa sampai ke air terjun ini, kami harus meklewati banyak sekali rintangan, mulai dari jalan yang sempit, yang hanya bisa dilalui 1 orang, licin, juga terdapat beberapa air terjum mini/sumber dimana medan yang kami tempuh merupakan batu yang terjal dengan aliran air yang cukup deras sehingga membuat pakaian kami basah sebelum sampai ke air terjun.

Dentaman air dengan bebatuan besar dibawah mengakibatkan  air bersimbaran menjadi hujan dan embun, mereka menyambut kami ketika kami sampai di bawah Air Terjun Tumpak Sewu, campur aduk rasanya ketika kami bisa sampai di bawah, berat dan sulitnya jalan yang harus kami tempuh, terbayar sudah dengan eksotisme alam Bumi Pisang Lumajang.

Dok Pribadi
Dok Pribadi

Puas kami menikmati keindahan Air Terjun Tumpak Sewu dari bawah, kami langsung naik keatas lagi untuk bersih-bersih diri. Perut kami meraung-raung, karena kami belum sarapan dan jam menunjukan pukul 10.00, kami pun mulai menyajikan bekal makanan yang kami bawa diatas meja warung dekat parkir. 

Nasi bungkus daun pisang yang ku buat, ternyata menjadi nasi krotok (keras) karena terlalu lama didiamkan sebelum didiamkan, dan lauk tempe tahu dan capcay buatan ibuk-ibuk kami santap dengan lahapnya pun nasinya kebanyakan, tapi lauknya habis tak tersisa.

Tangki sudah terisi penuh, dan kini saatnya untuk melanjutkan perjalanan kita ke Surabaya. Jalanan yang penuh dengan kelokan, ditambah sopir yang pengen cepet sampai karena memburu waktu, menjadikan para penumpang was-was akan mabuk perjalanan (muntah). 

Sopir hanya menaruh senyum sembari mengatakan "Kita harus memanfaatkan plastik yang udah ada, jika nanti ada yang mau muntah, tinggal masukin situ.." timpalnya. Hingga kami lepas dari kelokan di pegunungan, syukur alhamdulillah, seluruh penumpang masih sehat.

Untuk sampai ke Madura pada sore hari, kita tidak mungkin untuk memakai jalan umum, kita harus nge-tol agar dapat mengefektifitaskan waktu yang ada. 

Perjalanan melalui jalur tol dapat mempersingkat waktu yang harus kita tempuh sampai 1 jam lebih, dan itu kalaupun terlepas dari kemacetan dijalan umum. Setelah keluar dari gerbang Tol Waru, kamipun harus melewati macetnya jalan di Surabaya, yang mengakibatkan kita molor tidak sesuai perkiraan.

Baru ketika jam tiga lebih kami bisa menyebrangi Jembatan Suramadu, untuk pertama kalinya aku melihat secara langsung dan menyebranginya. Jembatan yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia, sebagai salah satu ikon provinsi Jawa Timur juga penghubung antara Kota Surabaya dan Madura.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Bukit Jaddih merupakan destinasi yang akan kami kunjungi di Madura, tepatnya berada di kabupaten Bangkalan. Bukit Jaddih dikatakan sebagai Cappadocianya Indonesia. Bukit-bukit yang berwana putih kekuning-kuningan menjadikannya mirip dengan bukit di Cappadocia. Tempat yang sering dikunjungi karena memiliki spot yang instagramable banget.

Haripun mulai malam, perjalanan kami lanjutkan ke Surabaya untuk mencari makanan khas dan terkenal disana, yaitu tahu tek. Setelah kami cari-cari berkeliling di Surabaya ternyata penjual tahu tek yang terkenal itu sedang tidsak jualan. 

Akhirnya kami putuskan untuk makan di warung terkenal lainnya, yaitu Es Permen Karen 2320, mereka tidak hanya menjual minuman melainkan berbagai makanan juga tersedia disana. Rasanya yang enak juga harga yang murah menjadikan es permen karet didini banyak diminati masyarakat.

Setelah kami menghabiskan makanan, kami pun memutuskan untuk segera kembali pulang, karena kami harus tiba di Malang sebelum jam 11.00, sesuai perjanjian sewa diawal kami menyewa untuk satu hari pemakaian.

Perjalanan kali ini sangatlah berkesan, hanya butuh waktu 1 hari bagi kami untuk bisa menjelajahi Lumajang, Surabaya dan Madura dan bisa menikmati serta mentadabburi kekuasaan-Nya yang Maha Besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun