Mohon tunggu...
alvian Izzul
alvian Izzul Mohon Tunggu... Mahasiswa - bersyukur

seek experience to learn each part

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menelisik Keindahan Banyuwangi 4

15 Juni 2022   19:53 Diperbarui: 15 Juni 2022   20:08 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chapter 4

PANTAI BAWA

Satu-persatu barang kami turunkan dari sepeda motor kami dan kami letakkan di dalam pos penjagaan disana. Pada waktu itu kami tidak sengaja melihat segerombolan banteng di kandang belakang, terlihat di jalan terdapat tulisan dilarang masuk kecuali petugas. Ternyata tidak sembarang orang bisa masuk ke sana dikarenakan banteng itu mempunyai fobia atau takut akan gerombolan atau manusia itu sendiri, yang bisa membuat banteng itu stres.

Perjalanan kami lanjutkan ke tempat spot foto yang ditawarkan petugas tadi, dan akhirnya sampailah kita ke tempat itu, hamparan rumput hijau yang sangat luas dan terdapat spot foto berupa kayu yang dibuat seperti mading yang digantung diatasnya tengkorak-tengkorak banteng yang memberikan kesan savana yang begitu kuat. Satu persatu dari kamipun berfoto disna dan dilanjutkan terakhir foto bersama.

Pantai Bama menjadi tujuan akhir perjalanan kami di Taman Nasional Baluran ini, sebelum memasuki kawasan pantai Bama kami menemui banyak gerombolan monyet, ada yang bergelantungan diatas pohon pun juga ada yang mondar-mandir melewati jalan utama menuju pantai. Perasaan senang, khawatir dan was-was campur aduk ketika melihat pemandangan seperti ini.

Kayu yang tersusun rapi bertuliskan PANTAI BAWA menyambut kedatangan kami ketika memasuki wilayah pantai. Karena hari sudah siang dan masuk waktu dzuhur akhirnya kami memutuskan untuk menunaikan sholat terlebih dahulu. Setelah menunaikan sholat kami bergegas menuju pantai.


Kali pertama saya menjumpai pantai yang bersih seakan belum terjamah oleh manusia, ombak yang tenang, laut yang jernih memanjakan mata kita untuk melihat serta menikmati pantai untuk waktu yang lama. Melihat hal itu saya ingin mengabadikan momen ini bukan hanya dengan foto, akan tetapi mencari beberapa benda seperti kerang maupun batu karang yang sekiranya itu unik yang bisa mempresentasikan bagaimana keeksotisan pantai ini. Batu merah yang unik dengan rongga-rongga di dalmnya seperti insang ikan, cangkang kerang berwana putih dengan bentuk serta lengkuk yang indah yang akhirnya menjadi aksesoris yang akan saya bawa nantinya.

Ketika saya mencoba mengabadikan momen ini dengan keindahan serta kebersihannya dengan merekamnya saya diberitahu teman saya bahwa keindahan serta kebersihan seperti ini tidak bisa kami temukan ketika Taman Nasional Baluran beroprasi atau dibuka untuk para wisatawan. Hal ini yang membuat saya lebih tertarik untuk mengabadikan segela momen yang ada.

Berjalan menyusuri pantai dari selatan ke utara sembari menyebut berdzikir kepada Allah mengenai kebesaran ayat-ayat-Nya, melihat banyaknya pasir yang terhampar membuat saya mengingat syiir Abu Nawas yang artinya "Dosaku bagaikan bilangan pasir maka berilah aku taubat wahai Yang Maha Agung" sembari merenung akan banyaknya dosa yang telah saya perbuat juga dibarengi dengan istighfar dengan harapan Allah mengampuni dosa-dosa yan telah diperbuat dengan keagungan-Nya.

Tak henti-hentinya saya mengagumi ciptaan-Nya yang begitu indah, mata dimanjakan dengan pemandangan yang semakin lama dipandang bukannya bosan akan tetapi keindahan yang ada semakin bertambah, masyaAllah sungguh besar keagungan-Nya.Tak terasa 1 jam berlalu kami habisakan di pantai Bawa, saya dan rombongan bergegas kembali ke Pos guna untuk melanjutkan perjalanan kami ke Banyuwangi.

Setibanya kami di Pos, kami melihat menara yang tinggi berdiri kokoh diatas bukit dekat Pos kami, "Pak ini kami boleh naik keatas" tanyaku tanpa banyak pikir kepada petugasnya, "silahkan naik mas, sayang lo jauh-jauh kesini tapi belum naik kesana"  jawab petugasnya. Akhirnya kamipun mulai mendaki bukit serta menaiki anak tangga menara yang ada di tengah-tengah Taman Nasional Baluran ini. Setibanya kami diatas kami dimanjakan dengan pemandangan yang luar biasa indahnya, rerumputan yang terhampar luas menuju pegunungan yang ada diujungya, beberapa banteng yang sedang mencari rerumputan, burung-burung berterbangan serta hutan yang terjaga dari tangan jahil manusia.

Puas kami menikmati pemandangan dari atas menara, kami bergegas untuk melanjutkan perjalanan, karena teman saya sudah ditelfon bibinya menanyakan kabar, dimanakah kita saat ini. Karena bibinya sudah mempersiapkan menu sepesial guna untuk menyambut kedatangan kita disana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun