Menurut laporan dari China Daily, Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jinping melirik interkoneksi Kecerdasan Buatan (AI), Komputasi Awan, dan Big Data untuk penerapan dalam bidang ekonomi dan pemerintahan seperti yang disampaikannya pada 19th CPC National Congress. Selain itu berbagai kerjasama Tiongkok diadakan dengan Jerman dan Prancis dalam bidang inovasi dan penerapan Kecerdasan Buatan.
Pada tahun 1955, John McCarthy yang merupakan salah satu penggagas kecerdasan buatan mendefenisikan kecerdasan buatan sebagai berikut: Tujuan dari kecerdasan buatan adalah untuk mengembangkan mesin yang berprilaku cerdas. Dalam Encyclopedia Britannica, kecerdasan buatan didefenisikan sebagai kemampuan digital komputer atau pengontrolan robot yang dikendalikan oleh komputer untuk memecahkan masalah yang terkait dengan pemrosesan intelektual manusia yang lebih tinggi.Â
Elaine Rich mendefenisikan kecerdasan buatan sebagai studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan sesuatu, pada saat ini, dengan kemampuan yang lebih baik dari manusia. (Ertel, Wolfgang. 2011)
Kecerdasan Buatan (AI)Â dapat memecahkan beberapa permasalahan yang kompleks misalnya pengembangan pada transportasi dan kesehatan. Pengembangan industri 3D dan permasalahan industrilisasi. Pada industri 4.0 melakukan ekspansi Teknologi Informasi pada revolusi digital.Â
Melakukan terobosan pada beberapa bidang diantaranya teknologi digital, bioteknologi, nano teknologi, neuro teknologi, dan teknologi hijau telah memicu perkembangan AI untuk pemecahan masalah yang kompleks (Frontier Issues. 2017). Pada saat ini nilai investasi dan jumlah transaksi AI terus meningkat seperti digambarkan pada grafik di bawah ini:
Program tersebut melibatkan rumah pintar, mobil pintar, sistem kecerdasan tak berawak, perangkat cerdas, diagnosa kesehatan, dan robotika. Tiongkok juga meresmikan perencanaan "Internet Plus" sebagai bagian dari "Made in China 2025" dengan melakukan integrasi internet mobile, komputasi awan, big data, dan IoT dengan industri tradisional dan internet. Hal tersebut juga dapat mendukung pengembangan perdagangan elektronik, internet perbankan, dan jaringan industri.
Beberapa perusahaan internet raksasa di Tiongkok seperti Baidu, Alibaba, dan Tencent merekrut sejumlah pakar AI, membangun pusat penelitian baru, dan berinvestasi pada pusat data sehingga dapat menyaingi Amazon, Google, dan Microsoft. Tiongkok mempunyai publikasi riset tentang AI lebih banyak dibandingkan dengan Amerika Serikat.
Tiongkok memiliki potensi yang besar dalam pengembangan AI dengan memiliki 731 juta pengguna internet dan 95,1% merupakan pengguna ponsel pintar. Dengan jumlah dan karakteristik pengguna yang berbeda dengan negara lain memberi keuntungan tersendiri bagi perusahaan di Tiongkok. Pembiayaan mengalir bagi startup di Tiongkok untuk memanfaatkan AI dalam industri yang berbeda.
Berikut startups AI teratas berdasarkan ChinaBang Award 2018 (https://technode.com/):
1. SenseTime (Shangtang Technology)
      Didirikan pada tahun 2014 oleh ilmuwan AI di Tiongkok, Prof. Tang Xiao'ou dari Chinese University Hong Kong. Perusahaan ini berfokus pada computer vision dan teknologi deep learning dengan melakukan pengembangan pada kota pintar, ponsel pintar, internet seluler, mobil otomatis, keuangan, ritel, robotik, dsb. SenseTime memiliki lebih dari 700 mitra dan pelanggan terkemuka termasuk MIT, CUHK, Qualcomm, NVIDIA, Honda, Alibaba, Suning, China Mobile, UnionPay, Wanda, HNA, Huawei, Xiaomi, OPPO, vivo, Weibo, iFLYTEK, dsb. Pada tahun 2018, SenseTime mengumpulkan $620 juta dalam seri C + pada putaran pendanaannya. Perusahaan sekarang menikmati total pembiayaan lebih dari US$ 1,6 miliar. (https://www.sensetime.com/)
2. Face++ (Megvii Technology Inc.)
      Didirikan pada bulan Oktober 2011 oleh Qi Yin dan merupakan perusahaan AI terkemuka di China. Berfokus pada deep learning dan teknologi IoT. Memiliki pusat bisnis pada keamanan finansial, keamanan perkotaan, mobileAR, IoT komersial, dan industri robotika. Perusahaan menyediakan produk AI dan solusi terkemuka di dunia. Perusahaan ini mendirikan penelitian independen di Beijing, Seattle, dan Nanjing. (https://megvii.com/)
3. DeePhi
      Didirikan pada tahun 2016, DeePhi Tech bertujuan untuk menjadi pemimpin dalam percepatan deep learning. Mereka menyediakan solusi end-to-end menggunakan kompresi mendalam dan platform DPU. Melalui optimalisasi sinergisik neural networks dan FPGA, DeePhi menyediakan platform inferensi yang lebih efisien, mudah, dan ekonomis pada embedded system termasuk pusat data dan pengawasan. Investor DeePhi antara lain GSR Ventures, Banyan Capital, Xilinx, Mediatek, Tsinghua holdings, Sigma Square Capital, Ant Financial, Samsung, China Merchants Venture, dan China Growth Capital. (http://www.deephi.com/)
4. Ping An Technology
      Didirikan pada tahun 2018 sebagai anak perusahaan yang sepenuhnya dimiliki oleh Ping An Group. Berkantor pusat di Shenzhen, perusahaan ini memiliki cabang di Beijing, Shanghai, Chengdu, dan Nanjing. Perusahaan ini mendukung bisnis asuransi, perbankan, investasi, dan internet. Berfokus pada pengembangan komputasi awan, kecerdasan buatan, dan big data. Memiliki penelitian dan pengembangan kemampuan AI yang canggih dengan mencakup 18 teknologi mutakhir seperti pengenalan micro-expression, pengenalan gambar dan suara, dan natural language understanding. (http://tech.pingan.com/)
5. Westwell Lab
      Didirikan pada Mei 2015 sebagai perusahaan pembuat chip berbasis kecerdasan buatan dengan spesifikasi pada Neuromorphic Engineering. Membangun kerangka kerja IC yang mensimulasikan aktivitas sel saraf manusia. Beberapa pengembangan teknologi yang dilakukan oleh Westwell lab yaitu pelabuhan cerdas, kendaraan otomatis, teknologi kesehatan, IoT, perangkat cerdas, dan Industri 4.0. (http://www.westwell-lab.com).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H