Gerilyawan sering menggunakan propaganda untuk memenangkan hati dan pikiran rakyat, serta untuk merusak moral musuh. Serangan psikologis termasuk penyebaran informasi yang mempengaruhi opini publik dan merusak semangat tempur lawan.
- Penyusupan dan Sabotase
Selain pertempuran terbuka, gerilyawan sering melakukan penyusupan ke wilayah musuh untuk melakukan sabotase terhadap infrastruktur, instalasi militer, atau logistik musuh. Tindakan ini bertujuan untuk melemahkan kemampuan tempur musuh dan mengganggu operasinya.
- Penggunaan Senjata dan Alat Perang yang Sederhana tetapi Efektif
Gerilyawan biasanya menggunakan senjata ringan dan alat perang yang mudah didapat dan digunakan, seperti senapan serbu, granat, bahan peledak improvisasi (IED), dan alat komunikasi sederhana. Ini memungkinkan mereka untuk tetap fleksibel dan cepat dalam bergerak.
- Kepemimpinan Desentralisasi
Struktur komando gerilya biasanya lebih desentralisasi dibandingkan dengan militer konvensional. Unit-unit kecil memiliki otonomi untuk membuat keputusan taktis di lapangan, yang memungkinkan mereka untuk bertindak lebih cepat dan responsif terhadap situasi yang berubah.
- Strategi Jangka Panjang
Perang gerilya sering kali berfokus pada strategi jangka panjang untuk menguras sumber daya dan moral musuh. Tujuan akhirnya adalah membuat musuh kelelahan dan memaksanya untuk mundur atau mencapai penyelesaian politik yang menguntungkan gerilyawan.
- Kreativitas dan Inovasi Taktis
Gerilyawan harus kreatif dan inovatif dalam taktik mereka untuk mengimbangi superioritas teknis dan numerik musuh. Ini bisa termasuk menciptakan jebakan, menggunakan kamuflase, atau merancang serangan tak terduga yang memanfaatkan kelemahan musuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H