Al-Qur’an merupakan kitab suci umat Islam yang secara absolut telah menjadi pedoman hidup bagi para penganutnya. Di dalam perkembangannya, Al-Qur’an tidak banyak menjadi pedoman dan sumber hidup tetapi juga menjadi sumber hukum, ilmu serta segala hal menyangkut kehidupan muslim dari lahir hingga meninggal.Fakta bahwa Al-Qur’an berisi tentang hal ihwal menyangkut segala tatanan kehidupan manusia dari berbagai bidang seperti contohnya filsafat, agama, pendidikan, sosial, ekonomi, teknologi bahkan hingga hal yang menyangkut keluarga telah menjadi fakta yang telah dibuktikan keabsahannya.
Pembuktian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an telah ada sejak zaman kekhalifahan. Ayat-ayat Al-Qur’an dibuktikan melalui berbagai bidang keilmuan seperti ilmu alam (sains), matematika, kedokteran, teknologi, dll. Bidang keilmuan tersebut dibuktikan oleh tokoh-tokoh ilmuan muslim melalui pendekatan dalil-dalil Al-Qur’an. Dalil Al-Qur’an yang telah dibuktikan oleh para tokoh ilmuwan muslim sebagai sumber universalitas keilmuan merubah peradaban manusia khususnya kemajuan sains dan matematika. Munculnya ilmu-ilmu dalam peradaban Islam dan perkembangan selanjutnya dapat dipahami tanpa spirit ada pada pewahyuan Islam dan pola pewahyuan ini telah membentuk pikiran, aksi, dan mengitari para ilmuwan dan peradaban Muslim bertanggung jawab pada penciptaan dan kultivasi sains(Huda & Mutia, 2017) . Ilmuwan muslim memperbaharui paradigma selayaknya Al-Qur’an sebagai milik umat maka sains dan matematika adalah milik universal umat manusia yang harus diabadikan terhadap penegakan nilai-nilai kemanusiaan.
Matematika adalah ilmu tentang bentuk (abstrak). Matematika adalah ilmu tentang hubungan (relasi). Matematika adalah ilmu tentang besaran (kuantitas). Matematika adalah ilmu yang bersifat deduktif. Matematika adalah ilmu tentang struktur-struktur yang logiss (Abdussyakir, 2006) . Semua definisi-definisi yang telah ada adalah benar tergantung sudut pandang tertentu. Keluasan wilayah kajian matematika menyebabkan beragamnya definisi itu sendiri dan sudut pandang yang digunakan.
Tetapi ciri khas matematika yang tidak dimiliki pengetahuan lain adalah matematika merupakan abstraksi dari dunia nyata, menggunakan bahasa simbol, dan menganut pola pikir deduktif. Simbol tersebut digunakan berbagai dimensi ilmu yang berbedada dalam sains dan ilmu pengetahuan lainnya. Keberadaan simbol ini memberi peluang yang besar kepada matematika untuk digunakan dalam berbagai ilmu dan kehidupan nyata. Seperti contoh simbol 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya tidak memiliki makna apa-apa, tetapi jika nilai bilangan 0, 1, 2, 3, 4, 5, dan seterusnya ada di alam nilai tersebut misalnya seperti banyaknya benda yang dimiliki oleh seseorang berjumlah 3 dan sebagainya. Terlebih lagi matematika juga memiliki simbol unik misalnya π sebagai nilai menyatakan perbandingan keliling sebuah lingkaran yang diterapkan pula dalam kajian ilmu sains fisika khusunya. Simbol tersebut akan dibahas nilainya dalam tulisan ini melalui pendekatan dalil Al-Qur’an.
Dalam peradaban manusia untuk menemukan lingkaran mengalami histori yang panjang contohnya saja seorang filsuf Yunani yaitu Archimedes ia mencoba menaksirkan lingkaran dengan segi-46 hingga segi-96 beraturan (Gunawan, 2015) . Dalam percobaan realistik lainnya dengan melakukan aktivitas yang diawali dengan melukis titik pusat, jari-jari, dan diameter benda berbentuk lingkaran(Johar et al., 2016) . Lingkaran dalam perbandingan mengelilinginya melibatkan salah satu simbol matematika yaitu π (phi).Nilai ini menyatakan perbandingan keliling sebuah lingkaran yang dipakai sampai saat ini dalam berbagai bidang sains bahkan teknologi. Al-Khawarizmi dalam penemuannya menuliskan mengenai nilai phi. Ia menemukan bahwa perbandingan keliling terhadap garis tengah lingkaran bernilai tetap dalam istilah matematika dinamakan konstanta. Penemuan konstanta phi sangat membantu dan bermanfaat Ketika menghitung keliling lingkaran, luas maupun, volume dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika kita memperhatikan pada buku matematika atau buku lainnya terdapat penulisan π= 3,142857143 atau kadang dipersingkat menjadi π= 3,14 secara aturan desimal atau aturan angka signifikan dapat dibenarkan tetapi hanya sebatas bilangan pendekatan (Mizan, 2019) . Namun jika kita tinjau dari berbagai dalil yang terdapat dalam Al-Qur’an maka didapat uraian sebagai berikut.
Dalam Al-Qur’an pada surat Al-hajj adalah surat ke-22, membahas tentang kegiatan haji yaitu pada ayat 26 :
وَاِذْ بَوَّأْنَا لِاِبْرٰهِيْمَ مَكَانَ الْبَيْتِ اَنْ لَّا تُشْرِكْ بِيْ شَيْـًٔا وَّطَهِّرْ بَيْتِيَ لِلطَّاۤىِٕفِيْنَ وَالْقَاۤىِٕمِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ ٢٦ ( الحج/22: 26)
Dan (ingatlah), ketika Kami tempatkan Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan), “Janganlah engkau mempersekutukan Aku dengan apa pun dan sucikanlah rumah-Ku bagi orang-orang yang tawaf, dan orang yang beribadah dan orang yang rukuk dan sujud. (Al-Hajj/22:26)
Seperti yang di ketahui pelaksanaan dalam ibadah haji dilakukan dengan kegiatan mengelilingi Ka’bah sebanyak 7 kali putaran. Hal ini menunjukan dalam konsep matematika berarti 7 kali membentuk lingkaran. Kemudian ditinjau dari konsep matematika tentang rumus lingkaran dalam menentukan nilai π= 22/7. Kita mengingat rumus menentukan Keliling Lingkaran yaitu: keliling lingkaran = π x garis tengah lingkaran. Jika kita simbulkan keliling lingkaran (K), dan diameter/garis lurus tengah lingkaran yang membagi lingkaran adalah (d).
Hal garis yang membagi ini atau garis pemisah ini dalam surat 22 Al-Hajj pada sekian banyak ayat-ayatnya menjelaskan pemisah antara perbedaan perbuatan yang di kehendaki Allah dan perbuatan yang di murkai Allah. Ada beberapa surat yang kita bisa baca antara lain, Seperti ayat 19:
۞ هٰذَانِ خَصْمٰنِ اخْتَصَمُوْا فِيْ رَبِّهِمْ فَالَّذِيْنَ كَفَرُوْا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِّنْ نَّارٍۗ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوْسِهِمُ الْحَمِيْمُ ۚ ١٩ ( الحج/22: 19)
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan kafir) yang bertengkar, mereka bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka bagi orang kafir akan dibuatkan pakaian-pakaian dari api (neraka) untuk mereka. Ke atas kepala mereka akan disiramkan air yang mendidih. (Al-Hajj/22:19)
Berdasarkan ayat-ayat yang di atas inilah kita melihat kembali dengan konsep tawaf : 7 lingkaran kali berputar dikaitkan dengan surat Al-Hajj yaitu surat ke 22 dalam Al-Qur'an sebagai pemisah antara perbuatan yang dikehendaki Allah dengan yang dimurkai Allah. Jadi dapat kita tulis dalam aturan rumus matematika yaitu: 7 x K = 22 x d, atau dapat kita tuliskan sesuai aturan matematika menjadi K = (22 x d)/7. Karena (22 x d)/7 adalah perkalian dan pembagian maka dapat dituliskan menjadi (22/7) x d dan dari uraian rumus matematika di atas yaitu keliling lingkaran = π x garis tengah lingkaran ( K = π x d ), maka dapat kita simpulkan bahwa π = 22/7, sehingga penulis mengatakan tidak ada lagi penyangkalan terhadap nilai π= 22/7.
Dalam uraian diatas kita dapat menyimpulkan Al-Qur'an hadir untuk sains dalam menemukan kebenaran. Salah bagian dari sains yaitu matematika memiliki keterikatan sangat baik dalam ayat-ayat Al-Qur'an sehingga ini penghubung kebenaran di antara ketiganya. Eratnya ikatan Al-Qur'an dengan matematika terlebih banyak ayat yang menghubungkan kebenaran simetris antara Al-Qur'an sains dan matematika terutama dalam hal ini dalam pemahaman mengenai kebenaran konstanta π (phi) yang bernilai 22/7.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H