Semua yang dikampanyekan Anies masih tataran konsep, klise. Sulit untuk membandingkan dengan keberhasilan berbagai program yang sudah direalisasikan Ahok – Djarot untuk rakyat Jakarta.
Belakangan Anies melakukan pendekatan dengan jargon keberpihakan dan ketidakadilan. Lewat jargon ini, message yang disampaikan adalah bahwa kebijakan Ahok selama memerintah Jakarta tidak berpihak ke masyarakat bawah dan bersikap tidak adil.
Sayangnya, isu ini mudah dipatahkan karena program Kartu Jakarta Pintar (KJP) dan Kartu Jakarta Sehat (KJS) justru dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar masyarakat Jakarta, terutama kalangan ekonomi lemah.
Yang justru mengkhawatirkan dan dianggap bisa menggerogoti dukungan terhadap Anies menjelang coblosan adalah isu-isu sensitif baik terkait pribadi Anies maupun tim pendukungnya.
Di Youtube misalnya, bagaimana Anies perlu menjelaskan tentang video-video dukungan dari kelompok Shiah di Iran terhadap dirinya. Isu keterkaitan Anies dengan Shiah sebenarnya sudah lama dan sudah dibantah, namun gambar-gambar terbaru di Youtube yang menegasi sinyalemen tersebut tampaknya perlu klarifikasi.
Belum lagi video pernyataan Konsultan Politik Anies – Sandi, Eep Saefullah Fattah yang menginginkan Masjid sebagai mesin politik untuk mengalahkan Ahok menjadi kontraproduktif bagi Anies yang selama ini mencitrakan diri sebagai tokoh yang inklusif.
Apalagi muncul kasus pengusiran Djarot seusai salat Jumat di Tebet, Jumat lalu, menjadi preseden buruk bagi Anies dan pendukungnya. Kelompok Islam Politik NU yang identikdengan semangat Islam Nasionalis, mulai menyatakan kekhawatiran munculnya kelompok radikal yang mengancam eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pasangan Anies, Sandiaga Uno juga tampaknya harus bekerja keras mengklarifikasi sejumlah isu negatif tentang dirinya yang sudah ramai diketahui publik. Hari-hari menjelang coblosan, memang akan menjadi hari-hari yang sulit bagi Anies - Sandi.
Sementara rivalnya Ahok – Djarot, tampaknya sudah kebal dengan guncangan isu-isu sensitif. Rasanya sulit mencari isu lain sedahsyat mempengadilankan Ahok dalam kasus penistaan agama.
Tetapi perlu tetap diingat, sebelum kertas suara dicoblos, apapun masih mungkin terjadi. Pengalaman Pilkada putaran pertama dimana suara Agus Harimurti Yudhoyono yang jeblok di saat-saat terakhir pemilihan menjadi pelajaran berharga bagi kedua kandidat. (Alvi JakXone)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H