Mohon tunggu...
Alvi JakXone
Alvi JakXone Mohon Tunggu... Administrasi - Aktivis Media

Aktivis di Jakarta Media Network (JakXone) Email : alvijakxone@gmail.com FB : JakXone Alvi Twitter : @JakXone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Aswari Rivai Menyentuh Hati Masyarakat Kabupaten Lahat

29 Maret 2017   09:44 Diperbarui: 29 Maret 2017   18:00 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kota Lahat (Lahatkab.go.id)

Sejumlah Kepala Daerah di Indonesia memilih membangun manusia ketimbang melakukan pembangunan fisik yang wah.  Mereka menyentuh hal mendasar yang sangat dibutuhkan warganya.  Salah satunya adalah Bupati Lahat Saifuddin Aswari Rivai.

Dulu, Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan identik dengan aksi kriminal. Mobil-mobil trans sumatera atau mobil-mobil pribadi selalu menghindari  jalanan di Kabupaten Lahat saat malam hari. Ancaman begal dan aksi bajing loncat di Lahat membuat para pelintas Sumatera keder.

Dulu juga, para pemuda di Kabupaten Lahat terkesan sangar. Dalam pergaulan sesehari di pinggang mereka tersarung pisau tajam (badik) sebagai mitos kejantanan.  Sekali pisau dicabut dari sarungnya, pantang dimasukkan lagi sebelum melukai orang yang dianggap sebagai lawan.

“Pisau atau badik itu sudah seperti pakaian yang harus dikenakan setiap hari,” ujar Bupati Lahat Saifuddn Aswari Riva’i di Jakarta.

Sekarang, sejak Aswari menjadi Bupati Lahat, aksi begal dan bajing loncat di jalanan trans Sumatera di Lahat nyaris tak berbekas. Begitu juga dengan kebiasaan membawa pisau dalam pergaulan para pemuda.

“Sejak menjabat Bupati tahun 2008 lalu, Saya focus membangun Lahat dengan pendekatan touching heart (menyentuh hati) masyarakat, termasuk kepada para pemuda yang sering terlibat kriminal,” ungkap Aswari yang saat ini tengah menjalani periode kedua sebagai Bupati Lahat.

bupati-lahat-58db1f1ab49273b745c430d8.jpg
bupati-lahat-58db1f1ab49273b745c430d8.jpg
Aswari adalah Bupati Lahat yang ke-17. Namun dia adalah Bupati Lahat yang pertama dipilih langsung oleh rakyat lewat pilkada. “Karena itu Saya sadar bahwa Saya harus melayani masyarakat,” tegasnya.

Saat pertama kali maju sebagai kandidat bupati, lawannya adalah para birokrat yang telah menjabat sebagai sekretaris daerah (Sekda) di kabupaten Lahat maupun kabupaten lain di sekitar Lahat. Dia merupakan satu-satunya kandidat bupati di luar para birokrat.  Namun, berhasil meraih suara di atas 30 persen meninggalkan enam pasangan calon yang menjadi lawannya di Pilkada.

Pada Pilkada 2013, Aswari yang maju sebagai incumbent, merebut lebih dari 75 persen suara rakyat Lahat mengalahkan dua kandidat lainnya. “Perolehan suara yang mayoritas tersebut diperoleh karena Saya sangat dekat dengan masyarakat Lahat,” timpalnya.

Memang sejak awal memimpin, Aswari mendedikasikan diri  melayani masyarakat Lahat. Dia masuk keluar kampung (blusukan), melihat, berdialog  dan mendengarkan apa yang menjadi keinginan masyarakat.  Berbagai keluhan yang butuh penanganan segera langsung ditangani. Keluhan lainnya ditangani lewat program berkala.

Saat itu, keluhan yang paling banyak saya dengar, adalah soal aliran listrik. Masyarakat mengeluhkan tidak adanya listrik di banyak desa dan menganggap belum merdeka lantaran hidup dalam kegelapan di malam hari.

Aswari  lantas menjadikan program pengadaan listrik rakyat sebagai skala prioritas. Sekarang , setelah 8 tahun memimpin, 99 persen desa yang berjumlah lebih dari 500 desa di Kabupaten Lahat sudah teraliri listrik.  Keberhasilan program Listrik masuk desa di Kabupaten Lahat diapresiasi pemerintah Republik Indonesia dengan dianugerahkannya Tanda Kehormatan Bintang Jasa Utama kepada Aswari pada Agustus 2016 lalu.

Proses touching heart Aswari  juga terkadang cukup unik.  Berkali-kali  dia mengunjungi masyarakat dengan membawa bekal makanan dalam jumlah banyak. Jadi di lokasi blusukan, dia kemudian makan bersama masyarakat sehingga suasana mencair tanpa batas.

Dulu, setiap kali bupati berkunjung, kepala desa dan masyarakat menyiapkan makanan. “Saya ubah kebiasaan itu dengan saya yang membawa makanan saat dating ke tempat mereka. Intinya saya merubah paradigma bahwa Bupati itu bukan untuk dilayani tapi melayani masyarakat,” timpalnya.

Menariknya lagi, Aswari selalu menyiapkan waktu khusus untuk mendatangi masyarakat Lahat yang dilanda kedukaan.  “Saya berusaha hadir dan berada di saat masyarakat saya berduka sambil menyerahkan bantuan duka Rp1,5 juta dan 10 ekor ayam. Sampai-sampai ada joke yang menyebut saya Bupati Ayam,” papar Aswari yang mengaku pemberian bantuan itu terinspirasi oleh kearifan local masyarakat di Lahat.

Tidak hanya masyarakat yang berduka. Setiap Jumat dia juga mengunjungi lembaga pemasyarakatan dan makan siang bersama para narapidana. Bahkan, setiap pagi di pendopo Bupati Lahat, disiapkan sarapan kepada masyarakat yang dating berdialog langsung dengan Aswari.

Lantaran focus pada proses pembangunan manusia, selama masa pemerintahannya, Aswari focus membanguan tingkat pendidikan dan kesehatan warga Lahat. Ini ditandai dengan hadirnya banyak sekolah dan rumah sakit di Lahat. “Belakangan hingga dua tahun sisa masa pemerintahan ke depan, focus saya mulai bergeser ke pembangunan infrastruktur jalan dan perekonomian rakyat,” jelasnya. (*)

Tulisan ini juga pernah dimuat di Majalah SINDO Weekly, edisi 15 Januari 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun