Menuju review terakhir "Novel Rajendra" pada Bab selanjutnya yaitu, Bab 8 sampai bab 10.
Pada bab 8 penulis menyampaikan bahwa, Rajendra berpuisikan ;Â
Hari ini, hujan turun kembali. Malam pun semakin gelap. Bahkan, rembulan itu pun tak tersenyum menyapaku. Ia hanya melintas sejenak, terselimuti awan malam yang terlihat gelap. Tapi, cahayanya tak bisa untuk di tutupi oleh apapun.Â
Rajendra.
Rajendra mendatangi Ratna dan memberinya  peringatan agar tak ikut campur dalam urusan Djaduk, namun penulis menuliskan bahwasanya Rajendra dapat melesat cepat seperti ninja dari rumah ke rumah. Pada episode 8 ini pula konflik antara mereka di buat semakin klimaks saat Rajendra mengatakan bahwa Djaduk tak boleh manulis lagi.
"Mengapa? Kamu melarang ku menulis. Kamu sebagai seorang pria tidak tahu apa yang ada dalam diriku. Dunia menulis adalah duniaku, temanku, dan sahabatku dalam suka, dan duka." Protes Djaduk padanya.Â
"Kamu kehilangan ceriamu karena menulis."Â
"Sebaliknya, Rajendra. Aku bisa bercerita dan bersyukur karena menulis. Jika kamu melarang ku melakukannya dan memenuhi apa yang kamu inginkan, berarti kamu memiliki motif lain yang tidak kutahu. Siapakah sebenarnya dirimu," tegas Djaduk. Rajendra berdiri diam, mematung, tidak mampu menjawab.Â
"Hari keempat mu di tempat ini, aku sangat bersyukur. Jika kamu tidak tahu tentang kehidupanku, maka ikutilah dan diam di tempat."Â
Djaduk berangkat kerja tanpa sarapan terlebih dahulu, hanya mengganjal perutnya dengan roti selai. Hatinya masih kesal dengan Rajendra yang mulai sok tahu tentangnya.Â
"Apa anak itu membaca buku-buku yang kutulis di rumah?" monolog Djaduk saat berkendara. Di balik helm retro hitam itu, Djaduk meneteskan air mata mengingat mimpi yang datang menerornya lagi bersamaan dengan kehadiran Rajendra.Â