"Chu Yu, sudah ku anggap seperti anak sendiri. Berhati-hatilah masuk ke dalam istana karena istana tidak sesederhana itu."
"Baik."
"Dan coba sampaikan pesan ku kepada Tianzhi jika dia sudah sembuh. Aku merasakan energi sihir hitam mengelilingi tubuhnya yang berpusat pada pedang tiankong. Jika dia tidak segera memulihkan diri atau mencari tahu sumber dari energi negatif tersebut, maka dia akan mengalami kematian secara perlahan."
"Ya, aku juga merasakanya." Timpal Manchu.
"Kau juga mengetahuinya," tanya Liu Tao.
"Ya. Aku adalah seorang pengembara. Aku juga sempat belajar ilmu sihir, dan sepertinya itu sihir hitam yang kuat untuk mengendalikan seseorang dari dalam. Namun, aku mengambil kesimpulan bahwa ini semua ada kaitanya dari orang dalam istana. Apakah kau ingat apa yang sempat aku ucapkan malam itu?"
"Hem," anggu Liu Tao.
"Aku akan membentu kalian jika membutuhkan tenaga lebih. Tapi, aku tidak bisa ikut lebih dalam karena kau tahu sendiri aku bukanlah siapa-siapa di tempat ini," ungkap Qin Dai.
"Kata siapa, kau itu bukan siapa-siapa?" teriak seseorang dari belakang.
"Tianzhi," seru mereka bersama.
"Aku mendengarnya. Kau adalah, seorang yang berbakti pada Academy Tiānshàng ( 天上 ) juga pada Istana walau tak di akui seluruh usaha mu. Kau pun sempat di curangi tapi tidak melakukan pembelaan. Kala itu aku hanya mampu diam, karena aku tahu aku di Akademi jika bukan karena keluarga dari Qingyi aku tak mampu melalukan apa-apa, jika bukan karena Kaisar dan Permaisuri, aku juga tidak akan berdiri sampai hari ini. Jadi, maafkan aku yang hanya diam saja melihat kejahatan merajalela, guru." Ungkap Tianzhi membungkuk.