Mohon tunggu...
Ian Alfian
Ian Alfian Mohon Tunggu... lainnya -

pemimpi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Nyanyian Malam Kemarau (Ini Satu-satunya yang ku punya dari mu)

10 November 2013   14:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:21 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bintang-bintang bergentayangan waktu malam
purnama menyalak pada hening yang perkasa
dan ilalang melambai....
Wajahmu melambai-lambai pada galah tertinggi

Ingatanku terpelanting...
Rebah pada peluk kemarau
Peluk mu...

3 tahun yang lalu....

Ketika seluruh penjuru uratku kau bakar
Lidah ku menjadi lidah api
Tangan-tangan ku menjadi tangan-tangan api
mengepak menghalau kabut
mata ku menjadi mata api
Meronda tiap sudut
tiap tembok
Tiap-tiap penjuru tubuhmu

Dan suaramu...

Kini hanya dengung...
Yang di pantulkan tebing-tebing besi
yang di cor dari air mata dan keringat para kuli

Dan wajahmu...

Tinggal poster terlindas mesin pembangunan
yang di bangun di atas gubuk para petani yang kurus dan tua.
Hidup adalah ketentuan yang tak bisa kita tawar

Yaaa...
Demekianlah zaman terlahir
Tercipta dari air mata
Terbentuk dari harapan dan doa
Sedang reqium di nyanyikan di mana-mana
Suaranya mirip suara halilintar
Mirip suara sejuta meriam
Mirip suara orang marah-marah
Mirip suara orang menahan lapar
Mirip suara orang yang sekarat
Mirip suara seorang pacar
Mirip suara mu...
Dan bayangan dirimu....

melambai-lambai....
bergentayangan bersama bintang waktu malam
Menunggu sirna waktu fajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun