Mohon tunggu...
orangrumah
orangrumah Mohon Tunggu... Lainnya - Alveina Yasi Amalia

-

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Hoaks, Yuk Kenali Jenisnya!

2 Juli 2019   23:03 Diperbarui: 8 Juli 2019   13:45 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompas.com

Di era sekarang ini dimana teknologi yang ada sudah lebih canggih, sehingga informasi -- informasi dari seluruh belahan dunia jadi lebih mudah diakses, salah satunya melalui internet dan media sosial, tetapi walaupun teknologi sudah lebih canggih atau maju, masih ada saja sebagian pengguna internet dan media sosial yang masih mudah percaya dengan informasi atau berita -- berita hoaks yang beredar di media sosial tanpa mencari tau terlebih dahulu apakah berita tersebut benar atau tidak.

Selama Tahun 2017 berdasarkan data yang dihimpun, sebanyak 800.000 berita hoaks tersebar di internet. Selama kurun waktu Januari hingga Juli 2017, Kementerian Kominfo telah memblokir 6.000 situs yang menyebarkan hoaks. (Kominfo, 2018)

Menurut atik astrini (2017) dalam Marwan dan Ahyad mengatakan bahwa "penyebaran hoax dimedia social dan media online tidaklah terjadi begitu saja tanpa kepentingan yang melatarbelakanginya. Ada kepentingan dibaliknya baik politik kekuasaan, ekonomi (industry dan bisnis hoax), ideologis, sentiment pribadi dan iseng".

Sementara data penyebaran hoaks sepanjang tahun 2018 dikutip dari (Ayu, 2019) dalam penelitian yang dilakukan Mafindo, bahwa sepanjang 2018 berita bohong yang disebar tiap bulan meningkat "Tahun 2018 itu ada, Januari 101 hoax, Februari 91 hoax, Maret 117 hoax, April 118 hoax, Mei 98 hoax, Juni 89 hoax, Juli 65 hoax, Agustus 79 hoax, September 107 hoax," jelas dia.

Hoaks, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai 'berita bohong' yang merupakan usaha seseorang atau pembuat berita untuk menipu, membohongi, dan membodohi pembacanya dengan berita yang dibuatnya. Sementara pembuat berita sudah mengetahui bahwa berita itu tidak benar. Akhirnya dengan banyaknya hoaks yang beredar di masyarakat maka tidak heran jika masyarakat sudah mulai krisis kepercayaan sosial.

Hoaks bukan muncul baru-baru ini saja, tetapi sudah ada sejak dahulu bahkan sebelum zaman internet ada, yaitu sejak Johannes Guttenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Meskipun begitu kata hoaks sendiri baru mulai digunakan pada tahun 1808.

Apalagi setelah kemunculan internet, hal ini semakin memperparah proses penyebaran hoaks, dimana dengan adanya internet orang-orang dengan mudah membagikan apa saja dan tidak memerlukan waktu dan biaya. Hal itu semakin membuat hoaks tersebar semakin mudah.

Hoaks bukan hanya berbentuk dalam tulisan saja, tetapi juga bisa berbentuk dalam berbagai jenis, berikut merupakan jenis-jenis hoaks:

Pertama, Hoaks Proper

Hoaks jenis ini merupakan hoaks yang memang dibuat secara sengaja, dimana si pembuat berita sudah mengetahui bahwa berita yang ditulis tidak benar. Hoaks jenis ini bertujuan untuk menipu pembacanya.

Kedua, Judul yang Berbeda dengan Isi

biasanya, sering dijumpai artikel yang memilih untuk memuat berita dengan diberi judul yang provokatif, sehingga menarik pembaca untuk meng-klik berita tersebut. Hoaks jenis ini biasanya memiliki judul yang tidak relevan dengan isi yang ingin disampaikan didalamnya, pada hoaks jenis ini isi dalam berita merupakan pesan yang memang benar adanya.

Ketiga, Berita Benar tetapi Konteksnya yang Menyesatkan 

Hoaks jenis ini biasanya muncul dalam berita-berita lama yang dimunculkan lagi sebagai 'pemanas suasana'. Sehingga membuat kesan bahwa berita tersebut baru terjadi dan bukan berita lama, hoaks ini seringkali dipercaya karena banyak individu yang enggan untuk mengecek tanggal penerbitan berita tersebut.


Penyebaran hoaks memang tidak bisa diselesaikan dalam sekejap, butuh waktu dalam mencari solusi untuk menangkal agar penyebaran hoaks menjadi berkurang bahkan hilang. Maka dari itu yuk, mulai dari diri sendiri untuk tidak menyebarkan berita-berita hoaks dengan cara membaca media-media yang memang sudah well-established dan dihormati, baca berita dengan teliti dan jangan mudah percaya, dan terakhir, jangan men-share berita-berita yang belum kamu yakini kebenarannya.

REFERENSI:

Ayu, R. (2019). Mafindo: Tren Penyebaran Hoax Sepanjang 2018 Meningkat, Didominasi Isu Politik Dibumbui Agama. Tribunnews. Diambil dari http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2018/10/16/mafindo-tren-penyebaran-hoax-sepanjang-2018-meningkat-didominasi-isu-politik-dibumbui-agama

Kominfo. (2018). Sebaran hoaks ganggu stabilitas ekonomi nasional dan minat investasi. Berita kementrian. Diambil dari https://www.kominfo.go.id/content/detail/15414/sebaran-hoaks-ganggu-stabilitas-ekonomi-nasional-dan-minat-investasi/0/berita_satker

Kumparan. (2017). Sejarah hoaks dan andilnya dari masa ke masa. Kumparan. Diambil dari https://kumparan.com/@kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa

Marwan, M. R. dan Ahyad. Analisi penyebaran berita hoaks di Indonesia. Jurnal ilmu komunikasi. Diambil dari http://ravii.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/3552/ANALISIS+PENYEBARAN+BERITA+HOAX++DI+INDONESIA.pdf

Rappler.com. (2017). Sketsatorial: apa itu hoax dan bagaimana cara kita menyikapinya. Rappler.com. diambil dari https://www.rappler.com/indonesia/ayo-indonesia/181912-sketsatorial-apa-itu-hoax

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun