Sebuah hipotesa baru telah diluncurkan dalam kegiatan seminar dan lokakarya pada tanggal 7-8-9 April lalu, dengan judul yang menyengat yaitu : Borobudur, Pusat Musik Dunia. Ini adalah suatu keberanian yang patut diapresiasi, seolah membangunkan macan yang tidur panjang kegiatan ini mengusik pikiran dan menimbulkan banyak pertanyaan : Benarkah demikian? Apa yang melatar belakangi kemunculan thema seminar itu? Apa yang dimaksud dengan Sound of Borobudur?
Pertanyaan mulai terjawab ketika kelompok musik Sound of Borobudur tampil, ada nama-nama besar yang membidani kelahirannya : Dewa Budjana, Trie Utami, Purwa Caraka, Bintang Indrianto dan para musisi profesional lainnya. Dilanjutkan dengan paparan ilmiah yang disampaikan oleh para akademisi, memperjelas maksud dan tujuan dari para seniman musik Indonesia itu. Rupanya selama ini kita (sebagai masyarakat awam) tidak mendapatkan informasi yang cukup jelas dan tidak menyadari bahwa di sepanjang dinding relief candi Borobudur terdapat sekitar 200 pahatan yang menggambarkan berbagai jenis alat musik. Bahkan ada puluhan panil yang memotret kegiatan musik dalam format ansamble. Sungguh istimewa dan luar biasa !
‘Borobudur mungkin satu-satunya candi di dunia yang merupakan Repositori data terlengkap karena dinding-dinding reliefnya mendokumentasikan alat-alat musik di abad 8’
Dengan mengamati relief yang menggambarkan alat-alat musik itu, dapat kita perkirakan bahwa minimal di abad 8 bangsa kita sudah memiliki pengetahuan tentang komposisi, aransemen, dinamika dan lain-lain, yang mencakup seluruh kaidah modern dalam bermain musik. Betapa bangga dan beruntungnya kita sebagai bangsa Indonesia, karena telah diwarisi sebuah perpustakaan musik berskala besar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan bagi siapa saja yang ingin belajar dan menggali ilmu.
Berbekal kemauan untuk belajar, menambah pengetahuan dan merasa ingin bermanfaat, rupanya kelompok Sound of Borobudur saat ini telah rampung merekonstruksi puluhan alat musik yang ada dalam relief, mereka juga sudah melengkapi dan mengumpulkan beratus-ratus alat musik sejenis dari 34 propinsi di seluruh Indonesia, yang seluruhnya mengacu pada bentuk yang terpahat pada dinding relief candi. Dan hari ini para seniman musik berskala nasional dan internasional ini telah membuat berbagai komposisi baru dan memainkan alat-alat musik itu dalam format orkestra. Tak hanya dalam urusan musik, rupanya para musisi ini juga memikirkan bagaimana caranya kehadiran mereka dapat memberikan kontribusi nyata dan optimal bagi masyarakat luas sebagai bagian tak terpisahkan dari program pengembangan kawasan Borobudur dan menampilkan Sound of Borobudur kepada dunia sebagai wajah peradaban luhur bangsa Indonesia.
Istimewanya, hasil penelusuran para musisi ini tak hanya bergerak dalam wilayah Indonesia saja, mereka menemukan banyak sekali alat-alat musik yang mirip atau sebangun dengan pahatan dalam relief, setidaknya di 40 negara di dunia. Tak heran mengapa para seniman musik ini lantas menawarkan suatu hipotesa, yang tentu saja membutuhkan kajian bersama untuk melahirkan sebuah konsensus yang disepakati oleh bangsa ini. Namun demikian, dengan berbagai bukti dan kajian-kajian ilmiah dari para akademisi dalam konteks menjadikan Borobudur sebagai Pusat Musik Dunia adalah suatu kemungkinan baru yang mesti kita dukung karena hal ini merupakan kegiatan yang akan berdampak positif tak hanya untuk masyarakat dalam kawasan Borobudur secara khusus namun kepada bangsa Indonesia dalam cakupan yang lebih luas.
Sebagai sebuah reinterpretasi, musik yang dihasilkan dengan menggunakan alat-alat musik yang relatif baru, baik secara fisik maupun bunyi merupakan suatu bukti atas upaya keras dan tentunya telah menempuh berbagai tahapan yang cukup panjang selama bertahun-tahun. Proses yang dimulai dari mempelajari relief alat musik satu persatu, merekonstruksi alat sampai membunyikannya bersama tentu saja membutuhkan waktu dan energi yang sangat besar. Ini adalah rangkaian hidup sebuah kerja kreatif yang tak berujung dan mustahil berhenti. Realitanya tak dapat dipungkiri, mereka sekarang sudah berada di atas panggung, siap membawa dan membunyikan Borobudur ke seluruh penjuru dunia.
Borobudur dan Sound of Borobudur adalah satu paket, satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Slogan Wonderful Indonesia tak hanya memotret keindahan bentang alam, destinasi wisata atau tradisi, namun kini juga memiliki kelengkapan gambar tentang luasan bentang budaya dan sejarahnya, minimal sejak abad 8 sampai sekarang. Dari candi Borobudur yang dikokohkan sebagai warisan budaya berkelas dunia, kita punya wacana baru yang melukiskan pencapaian luhur nenek moyang Bangsa Indonesia dalam bidang kebudayaan. Ini merupakan suatu pembuktian bahwa revitalisasi nilai dan spirit Borobudur sesungguhnya dapat dilakukan pada masa kini dengan cara kekinian. Sehingga fungsi dari keberadaan situs tersebut dapat diperlebar seluas-luasnya, baik pemanfaatan dalam sektor ekonomi, nilai kebangsaan, pendidikan, kesenian maupun pariwisata.
Sound of Borobudur telah berhasil menempatkan musik dalam posisi strategis, yaitu sebagai alat diplomasi budaya dan jembatan komunikasi antar bangsa. Di dalam negeri, ia dapat difungsikan secara optimal sebagai instrumen untuk menguatkan jati diri, sekaligus menjadi wajah bangsa di negeri sendiri dan di hadapan bangsa-bangsa lain. Borobudur tak hanya menjadi sumber kajian ilmiah atau tujuan pariwisata, ia telah menjelma menjadi alunan musik orkestra yang siap menjelajah ke seluruh pelosok bumi melalui teknologi masa kini, dan membawa wajah cantik Indonesia kemanapun ia pergi. Marwah Borobudur sebagai sebuah mahakarya dan substansi, sepatutnya memiliki produk-produk berkelas dan berkualitas tinggi, dalam hal ini Sound of Borobudur Orkestra bisa menjadi jawabannya. Borobudur sebagai Destinasi Super Prioritas sudah selayaknya ditampilkan kepada dunia dengan cara yang ‘super’ pula.
‘Borobudur adalah Pusat Musik Dunia, candi yang megah itu sudah berbunyi dengan indah dan lembut, namun nyaring menembus sekat dan batas perbedaan’
Aksara Matahari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H