Pada masa Pu Sindok, beliau tidaklah memerintah sendiri, ia dibantu oleh istrinya anak seorang pegawai tinggi bernama Rakryan Bawang. Hal ini memperlihatkan kepada kita salah satu contoh bahwa perempuan dalam masyarakat Jawa Kuna itu mempunyai martabat yang tinggi . Permaisuru Sindok ini bernama Sri Prameswari Sriwardhani pu Kbi. Suatu keanehan dari Pu SIndok ialah bahwa permulaaanya ia tidak menggunakan Gelar MAHARAJA tetapi hanya menyebutkan dirinya Rakryan Sri Mahamantri Pu SIndok Sang Srisanottunggadewa. Oleh karena itu ada pendapat yang mengatakan bahwa ia naik tahta karena perkawinannya dari anak Wawa. Setelah itu ia baru menggunakan Sri Maharaja Rake Hino Sri Isaneawikrama Dharmmotunggadewa.
Lebih dari 20 prasasti Sindok selama masa pemerintahannya, yaitu antara tahun 929-948M. Prasasti-prasasti ini merupakan sumber penting bagi penelitian tentang organisasi dan lembaga pemerintahan di Jawa.
Prasasti Muncang (Malang)
Dari prasasti-prasastinya ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa pemerintahan pu SIndok berjalan dengan aman dan tenteram. Hal ii dapat dilihat dari usaha-usaha social yang dilakukannya, antara laindengan jalan memberikan hadah-hadiahnkepada bangunan-bangunan suci berupahak tanah dan sebagainya. Pu SIndok berusaha menghimpun kitab suci agama Buddha Tantrayana, meskipun ia sendiri beragama Hindhu. Pu SIndok memindahkan pusat kekuasaanya ke Jawa Timur. Ia seolah-olah menjadin pendiri dinasti baru,meskipun ia tetap tidak mau melepaskan hubunganya dengan raja-raja
medang terdahulu. Pendirian yang seperti ini jelas tercermin dari prasasti-prasastinya terutama pada bagian yang berkenan dengan sumpah, antara lain ucapan ………..Kita prasiddha manraksang kadatwan rahyangta I mdang I bhumi mataram, antara lain dalam prasasti anjuk lading. Prasasti Pradah  dan batu tulis dari daerah Surabaya tentang prasada kabhaktyan I panurumbigyan .
Prasasti Anjuk Ladang (Nganjuk)
Setelah Sindok wafat, anak perempuannya yang bernama Isanatunggawijaya naik tahta kerajaan. Putri ini kawin dengan Lokapala, dan mempunyai anak Makutawangsawardhana, yang kelak menggantikan ibunya memegang tampuk tahta kerajaan
Medang. Mengenai masa pemerintahannya tidak banyak kita ketahui, kecuali bahwa ia mempunyai seorang putri yang kawin denga pangeran dari Bali yaitu Mahendradatta (kelak melahirkan AIrlangga). Pengganti Makuttawangsawardhana ialah Sri Dharmawangsa Tguh Anantawikramattunggadewa.
Sumber :
- OJO, XLVI ,84.
- OJO, XLVIII ,94
- OJO, LII, 110-113: lihat juga prasasti Wuatan Tija 802s dalam TBG, LXXV, 1935, 437-443; OV, 1925, 173.
- Sejarah Nasional Indonesia Jaman Kuno II Hal 94-95.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya