Mohon tunggu...
Alve Hadika
Alve Hadika Mohon Tunggu... Buruh - Simpatisan Lingkungan

~

Selanjutnya

Tutup

Nature

Menjadi Vegan (Film Seaspiracy) Vs Gemarikan (Program Kementerian Kelautan & Perikanan)

25 April 2021   22:13 Diperbarui: 25 April 2021   23:49 1505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Google (Edited by Photoshop)

Dari kedua penjelasan diatas, Seaspiracy dan Gemarikan, ketemu ironinya? Masa engga ya :)

Yaa terlepas dari isu Si Sutradara memang seorang aktivis vegan yang telah mengkampanyekan hal ini dari cukup lama, saya sebagai simpatisan lingkungan merasa cukup tersadarkan juga oleh film Seaspiracy ini. Melihat data biota yang semakin menipis, laut yang semakin rusak, overfishing dimana-mana, industrialisasi perikanan yang mengenyampingkan banyak hal, dan kegiatan destruktif lainnya, membuat saya berfikir gimana caranya kita bisa lepas dari kondisi terancam ini, walaupun sebenarnya sudah terjawab di akhir film yakni berhenti mengkonsumsi ikan, tapi apa bisa? Atau apa benar itu solusinya?

Saya pribadi merasa solusi yang ditawarkan film ini sangat tidak holistik dan tidak sistemik. Hanya fokus pada penyelematan ekosistem, tidak memikirkan bagaimana nelayan, bagaimana pengusaha tambak, bagaimana pecinta seafood, atau bahkan bagaimana negara yang kehidupan masyarakatnya bergantung pada ekspor perikanan. Masa mereka dikesampingkan begitu aja? Engga dong.

Ada sebuah teori yang cukup familiar di dunia pemanfaatan alam bernama trade off theory, teori ini cukup realistis menurut saya. Teori ini menjelaskan jika ingin mendapatkan sesuatu maka juga sepaket dengan pengorbanan dan kehilangan sebagai pertukaran. Sehingga, dapat diimplementasikan dengan: jika ingin memanfaatkan laut tentu ada beberapa aspek yang mungkin akan menjadi korban. Nah, sekarang tugasnya adalah bagaimana aspek yang menjadi korban ini dapat direkayasa sebaik mungkin, sehingga pengorbanan yang dilakukan tidak begitu besar dan kehilangan yang dirasakan tidak begitu berarti. Karena rasanya cukup sayang jika kekayaan alam ini tidak dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Sayang dong ya, KKP udah menciptakan program sedemikian rupa dengan tujuan yang luar biasa, namun sirna karena ternyata kondisi ekosistem laut sudah tidak sehat untuk menjadi sumber pangan manusia.

Menurut saya, industrialisasi perikanan tetap menjadi hal yang harus selalu diupayakan. Tidak mungkin kita bisa setiap hari mengkonsumsi ikan jika tidak ada industrialisasi. Dan industrialisasi adalah salah satu faktor yang membuat turunnya harga ikan. Namun, kontrol dan pembaharuan teknologinya yang harus menjadi perhatian. Sekali lagi, kontrol dan teknologi. Tidak akan ada istilah overfishing jika penangkapan ikannya dilakukan di tempat yang layak dan over juga populasinya. Tidak akan ada istilah pencemaran jika penanggulangan limbahnya dilakukan secara rapih tanpa merusak ekosistem. Tidak akan ada istilah limbah budidaya jika teknologi yang digunakan dapat mereduksi semua zat negatif yang dihasilkan. Namun, jika kontrol dan teknologi ini masih belum teratur dan memadai, saya setuju dengan redaksi "kita berhenti makan ikan". Berhenti dalam arti sementara, hingga kondisi laut sudah direstorasi seperti semula. Karena untuk apa kita berupaya hidup sehat, menjalankan program pemerintah, memaksimalkan sumber daya, tapi justru diri kita yang menjadi korbannya.

Selain itu, ada solusi lain yang biasa disarankan oleh peneliti perikanan. Apakah MSY (Maximum Sustainable Yield)? Bukan, karena hanya mengedepankan aspek biologi saja. Atau MEY (Maximum Economic Yield)? Bukan, karena hanya memadukan dua aspek saja yakni ekonomi dan biologi. Lantas apa? Ada konsep yang jauh lebih komprehensif yang pernah saya baca di jurnal teman-teman UGM, yakni OSY (Optimum Sustainable Yield). Konsep ini mengusung pemanfaatan sumber daya perikanan lebih luas yakni mempertimbangkan aspek biologi, sosial, ekonomi, dan politik. Walaupun sejatinya ketiga konsep ini mempunyai kekurangan dan kelebihan, namun menurut saya OSY dapat menjadi win-win solution dalam pemanfaatan dan pengelolaan perikanan. Kelemahannya adalah cukup sulitnya mendefinisikan unsur-unsur yang terlibat, tapi dengan adanya simulasi model pemanfaatan, kelemahan tadi dapat diminimalisir. Nah, dengan adanya konsep ini, harapannya semua rumusan masalah yang dijelaskan diawal dapat dikontrol dengan baik, faktor kerusakan lingkungannya dapat diperhitungan dari awal, manajemen penangkapannya dapat di atur terlebih dahulu, serta kepentingan dan keuntungannya dapat dirembukkan bersama. Yang pada akhirnya semua aspek berperan dalam pemanfaatan ini, mulai dari peneliti, nelayannya, aktivis, bahkan pengusahan serta pemerintah. Tujuannya satu, agar pemanfaatan dapat dilakukan secara efektif dan maksimal. Efektif dalam arti hanya melakukan penangkapan sesuai dengan porsinya agar pemanfaatannya bisa longlast. Maksimal dalam arti dapat benar-benar mengupayakan potensi alam secara komprehensif, tidak hanya ikan namun juga biota lainnya.

Pertanyaannya, apakah sejauh ini Indonesia, khususnya KKP, telah menjalankan konsep-konsep ini? Telah mengontrol aktivitas pemanfaatan ikan sehingga tidak ada lagi overfishing? Telah menggunakan teknologi terbaru yang ramah lingkungan sehingga adanya jaminan tidak ada pencemaran? Serta telah mengedepankan konsep OSY yang melibatkan banyak aspek dalam pemanfaatan?

Atau, hanya menggali potensi alam tanpa pertimbangan dengan dalih memaksimalkan dan menyejahterakan?

Layak atau tidaknya program Gemarikan, dan pertanyaan masih bisa atau tidaknya kita makan ikan, akan terjawab juga jika pertanyaan-pertanyaan diatas bisa kita ketahui secara transparan :)

Sekian.




Alve Hadika, S.Kel., M,Si.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun