Memiliki kendaraan dengan emisi nol tanpa adanya suara bising menjadi impian saat ini, termasuk juga para pemerintah Indonesia, bahkan ingin turut serta sebagai produsen baterai terbesar di dunia.
Salah satu langkah tersebut ditunjukkan ketika pelaksanaan KTT G-20 yang diadakan di Bali kemarin, para kepala negara menggunakan mobil listrik sebagai fasilitas untuk mobilisasi.
Hal tersebut menjadi salah satu batu loncatan yang bisa dimanfaatkan untuk mendompleng popularitas kendaraan berbasis listrik sehingga orang-orang menjadi familiar, bukan hanya di Indonesia, tapi pemberitaan tersebut tentunya sudah tersebar hingga ke mancanegara.
Namun, adakah dampak dari blow up besar-besaran berita tersebut? pastinya akan sangat membanggakan bagi tuan rumah apabila hal tersebut bisa membuka mata dunia akan potensi besar Indonesia.
Salah satu orang yang tertarik untuk memaksimalkan sumber daya yang ada di Indonesia  adalah CEO Tesla, Elon Musk, dia tertarik ingin mendirikan pabrik Tesla, di Indonesia, salah satu alasannya bahwa bahan baku untuk mobil berbasis listrik melimpah.
***
Dengan adanya mobil listrik menjadi salah satu kemajuan yang tidak bisa dibendung lagi, berbeda dengan kendaraan berbahan bakar minyak bumi, bahan bakar dari listrik dinilai lebih efisien, sebab tidak terlalu memberikan polusi udara, dan menyadarkan akan go green kepada masyarakat.
Bahkan saking antusiasnya pihak pemerintah menggelontorkan subsidi bagi orang-orang yang membeli mobil bertenaga listrik, tidak tanggung-tanggung jumlahnya bisa mencapai Rp80 juta rupiah per unit. Bukan hanya mobil, orang-orang pun yang melakukan pembelian motor listrik juga akan mendapatkan subsidi hingga Rp8 juta rupiah.
Dengan adanya subsidi tersebut diharapkan orang-orang mau beralih kendaraan dari BBM ke listrik. Namun, apakah nantinya kendaraan tersebut akan laris?
sampai saat ini belum terlihat dengan pasti geliat kendaraan yang menggunakan tenaga listrik, kalaupun ada masih bisa dihitung dengan jari, itu pun rata-rata masih  berada di daerah perkotaan, sedangkan di daerah pedesaan masih belum ada.
Yang membingungkan masyarakat nanti adalah bagaimana cara mengisi energinya apabila masih belum ada stasiun pengisian, apabila kendala tersebut masih belum bisa terselesaikan kendaraan listrik  akan masih sulit dalam pemasarannya.
Katakanlah energi listriknya diisi secara penuh, tapi pada saat sedang bepergian di daerah jarak jauh tentunya akan menjadi kekhawatiran tersendiri, tidak mungkin setiap orang yang memiliki kendaraan tersebut akan ketok-ketok pintu rumah orang lain untuk pengisian energi, apalagi untuk membuat tenaga penuh dibutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Memang di daerah perkotaan ada beberapa minimarket yang menyediakan penukaran baterai kendaraan listrik, tinggal berhenti memarkir kendaraan kemudian menukarkan baterai yang diisi. Namun, di sisi lain, pada daerah pedesaan masih belum ada.
Di lain pihak orang desa pun juga memiliki perbedaan penggunaan terhadap kendaraan, selain untuk menempuh perjalanan jauh medan kendaraan kadangkala berada di daerah persawahan yang rentan akan banyaknya lumpur, apakah hal tersebut tidak mengganggu sirkulasi kelistrikannya nanti, belum lagi orang daerah pegunungan yang memiliki medan lebih ekstrim daripada yang ada di perkotaan.
Jika memang ada solusi dari kekhawatiran masyarakat tersebut hendaknya segera disosialisasikan kepada masyarakat.
***
Seperti yang kita ketahui bersama dengan adanya mobil listrik ini diharapkan para masyarakat akan mengubah haluan dari kendaraan yang berbahan bakar BBM ke kendaraan dengan energi listrik, sehingga bisa menurunkan polusi terutama di daerah perkotaan yang sangat panas akibat kurangnya lahan hijau ditambah lagi dengan polusi udara yang semakin mengepul.
Tentunya dengan kehadiran mobil listrik tersebut udara akan menjadi jauh lebih sejuk daripada sebelumnya, dengan catatan para penduduknya sudi untuk beralih kendaraan dari bahan bakar minyak ke listrik.Â
Yang masih perlu ditingkatkan lagi dalam sosialisasinya adalah kendaraan yang memakai energi listrik masih sangat minim, lebih banyak diisi oleh iklan kendaraan yang berbahan bakar minyak. Apabila marketingnya kurang ciamik bisa-bisa tetap terabaikan kendaraan listrik tersebut, sehingga secara perlahan-lahan beritanya tersebut akan meredup dan tidak lama kemudian akan menghilang dari peredaran.
Pamflet-pamflet dan billboard pun masih belum ada yang memasang mengenai iklan kendaraan energi listrik, apalagi di beberapa akun youtube ada beberapa influencer yang berkoar-koar jika mobil listrik tersebut justru akan menelan banyak biaya, apalagi dikabarkan jika baterai kendaraan tersebut sudah aus pergatiannya cukup memakan banyak biaya, bahkan mencapai angka Rp300 juta rupiah.
Jika memang pemerintah serius untuk proyek tersebut pemerintah bisa membantu subsidi untuk berkampanye mengenai kendaraan listrik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H