Lahir di persimpangan generasi old dan generasi milenial kadang membuat kebimbangan, hal tersebut tampak sangat jelas untuk generasi yang lahir tahun 90an di indonesia.
Di generasi sebelumnya para orang tua belum terjangkau oleh teknologi, sedangkan generasi bawahnya sudah terjamah dengan berbagai teknologi canggih bahkan saat ini banyak balita yang sudah dicekoki gadget.
Hal tersebut yang membuat perasaan para generasi 90an ketika belajar teknologi menjadi setengah-setengah, apalagi yang melabeli diri sebagai orang gaptek, padahal segala teknologi saat ini jauh mudah dipelajari, bahkan anak kecil meski belum sekolah sudah bisa mengoprasionalkan.
Kemajuan di bidang IPTEK menjadikan generasi tahun 90-an menjadi canggung, kadangkala dalam urusan hal teknologi lebih mendelegasikan kepada anak-anak muda.
Di sisi lain, apabila tidak belajar teknologi yang semaju sekarang ini membuat para generasi sebelumnya menjadi tergilas oleh perkembangan zaman.
Salah satu kemajuan yang hadir saat ini adalah menjamurnya bank digital yang dibuat oleh para bank-bank besar untuk menjangkau generasi milenial dan sesudahnya. Para bank berbondong-bondong melakukan inovasi dalam memanfaatkan teknologi agar dapat menjangkau masyarakat secara lebih merata.
Meski banyak kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh bank digital tersebut sebenarnya masih ada pikiran skeptis tentang bagaimana aturan mainnya, ada yang bilang bank digital tersebut pengoprasionalannya jauh lebih mudah, seperti bisa isi saldo atau tarik tunai di manapun tanpa terbatas oleh ruang dan waktu.
Namun, meski  bejibun kemudahan yang disajikan oleh berbagai bank digital, akan tetapi tinggal di sebuah wilayah pedesaan kadang membuat rancu, sebab sinyal operator kurang stabil, sehingga perlu dipikirkan ulang apabila membutuhkan secara mendadak jika transaksi tidak bisa diproses akibat jaringan sinyal yang buruk.
Selain itu faktor sinyal, memori hp juga menjadi kendala, apalagi yang masih menggunakan ram 2 gb, yang mudah sekali sesak, bisa jadi meski setiap hari sudah membersihkan sampah-sampah yang ada di hp, memori tetap rentan penuh.
Hal yang telah disebutkan di atas adalah dampak dari upgrade aplikasi-aplikasi hp yang semakin lama menjadi semakin besar. Yang menjadi pengalaman pribadi saya adalah aplikasi umum yang bisa di download hanyalah WA, apabila menambah aplikasi lain sudah tidak dapat disematkan lagi. Lagipula aplikasi bawaan android tidak bisa dihapus.
Andaikan saja bank digital tersebut bisa diakses hanya melalui web tentu saja akan lebih memudahkan pengguanya, karena tidak perlu sampai mendownload aplikasi.
Sama halnya seperti aplikasi media sosial seperti facebook atau twitter, apabila para pengguna ponsel --khususnya android-- jika sudah tidak bisa menambahkan aplikasi bisa menggunakan web, tinggal hapus history pencarian, kemudian memori menjadi lebih ringan.
Di sisi lain yang membuat ragu mengunakan aplikasi bank digital adalah, apakah nantinya bank digital tersebut akan bertahan lama, mengingat di akhir tahun 2022 ini banyak sekali perusahaan berbasis fintech yang pada jeblok, dengan alasan resesi dan juga marak phk besar-besaran. Apakah mungkin dengan kondisi demikian bank digital di Indonesia tetap mampu bertahan.
***
Jika mengutip dari berbagai sumber, banyak yang memberitakan bahwa bank digital tersebut tetap ada plus dan minusnya, cara membukanya pun juga lebih mudah, sang calon nasabah hanya perlu menyetorkan beberapa identitas valid, lalu bisa memiliki akun yang siap digunakan, meski hanya saldonya nol rupiah. Ya, memang sesederhana itu.
Mungkin bagi generasi saya apalagi yang agak gagap dengan teknologi selalu membanding terlebih dahulu, jika menggunakan bank digital tersebut akan memudahkan segala urusan atau akan sama saja dampaknya seperti menggunakan kartu debit.
Selain itu juga harus mempertimbangkan lagi, ketika digunakan di pedesaan apakah sudah bisa mencangkup transaksi keseluruhan atau belum, seperti yang kita ketahui bersama-sama, Â secara umum orang desa secara infrastruktur masih belum merata, hanya minimarket tertentu dengan jaringan besar yang bisa digunakan untuk transaksi dengan bank digital. Di lain pihak daerah perkotaan besar hampir seluruhnya sudah mendukung transaksi dengan digitalisasi.
Orang Indonesia, --terutama dari kalangan pedesaan apalagi yang kebanyakan bekerja sebagai petani-- lebih terkenal santai tanpa dan kehidupannya pun juga lebih tenang daripada orang yang di perkotaan.
Jadi, kalau ditanya apakah saya akan menggunakan bank digital? Jawabannya, mungkin ketika suatu saat akan pindah ke kota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H