Liburan panjang di akhir tahun semakin dekat. Selain liburan Hari Raya Idul Fitri, libur Hari Natal dan Tahun Baru (Nataru) juga menjadi salah satu momen yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, pasalnya dengan adanya libur panjang para pekerja bisa banyak meluangkan waktu bersama keluarga.
Akan tetapi ada yang perlu diperhatikan, apalagi pada tahun 2022 ini masih ada sisa-sisa pemberitaan tentang virus Covid-19, meski tidak sepopuler pada tahun-tahun sebelumnya.
Di tahun 2022 untuk aturan protokoler sudah jauh lebih longgar, orang-orang bisa berkumpul, bercengkrama, dan juga liburan kemanapun yang mereka inginkan. Namun, yang patut diwaspadai adalah ketika berlibur di tempat asing wajib menjaga protokol kesehatan, seperti memakai masker.
Jika tidak demikian berita tentang adanya perkembangan kasus Covid-19 akan mencuat kembali menjadi berita yang mengerikan dan penuh ancaman seperti halnya di Cina, kemudian pemerintah kembali melakukan  pembatasan-pembatasan kegiatan, seperti halnya dilarang keluar malam, tidak boleh ada kerumunan, dan juga melarang acara dengan mengundang banyak masa.
Namun, apa mau dikata, orang Indonesia seolah-olah sudah tidak ada takutnya dengan virus tersebut meski menyebabkan ribuan, bahkan puluhan ribu ke pangkuan Ilahi.
Contoh konkret ketika saya sedang melakukan perjalanan dari Nganjuk ke arah Yogyakarta, banyak sekali penduduk yang sudah tidak mengenakan masker, saya yang memakai masker pun justru merasa aneh karena tidak sama dengan orang-orang penduduk sekitar, padahal di awal tahun ketika berada di Kota Surabaya tampaknya pembatasan jauh lebih ketat, bahkan teman kerjaku yang pulang shift malam kebingungan ketika maskernya hilang.
Mungkin memang ada sebuah perbedaan pemikiran antara orang yang berada di kota besar dibanding dengan orang dari perkotaan besar, mereka merasa dimata-matai di jalan manapun, sebab CCTV selalu kelihatan terpampang dengan gagah, apalagi di hampir setiap lampu merah.
Bukan hanya itu, di era maraknya Covid-19 banyak orang-orang kampung yang bepergian ke manapun tanpa menggunakan masker, meski ada beberapa suasana yang mencekam akibat banyaknya korban jiwa.
Kadangkala pemberitaan-pemberitaan yang menyiarkan banyaknya korban Covid-19 --entah dari perkembangan orang yang terjangkit atau meninggal-- membuat masyarakat menjadi resah, sehingga beberapa perangkat desa di kampung menerapkan  kebijakan melarang woro-woro meninggalnya masyarakat.
Yang pasti diharapkan masyarakat Indonesia mampu menjaga diri dan patuh akan protokol kesehatan, jangan sampai ketika ada perkembangan kasus Covid-19 pemerintah justru menyalahkan arus mudik dan banyaknya interaksi.
Jika memang situasinya demikian, bisa jadi para elit selalu mencari kambing hitam atau alasan ketidakterkendalinya virus dikarenakan kembali maraknya pagebluk dari Cina tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H