Mohon tunggu...
Aluzar Azhar
Aluzar Azhar Mohon Tunggu... Freelancer - Penyuluh Agama Honorer

Berbuat baik kok malu, jadi weh ...

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

BRI Itu Beri, Asa Nasabah Non Rajin

3 Januari 2018   13:20 Diperbarui: 4 Januari 2018   17:02 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayat tersebut menjelaskan bahwa yang dilarang adalah perbuatan menghimpun dana dari masyarakat. Sedangkan perbuatan yang dilakukan pihak yang menyalurkan atau meminjamkan uang dengan bunga (rentenir) tidak dilarang dalam UU Perbankan.

Karena itu, rentenir tidak dapat dikualifisir sebagai suatu tindak pidana perbankan, dengan kata lain tidak menjalankan usaha bank 'gelap' ... Perbuatan pinjam meminjam uang disertai bunga adalah suatu perbuatan yang legal atau perbuatan tidak terlarang yang tidak dapat dipidana (Sumber: https://www.satgasantirentenir.com/dapatkah-rentenir-dipidana/, Akses: 2/1/2018).

Peringatan Presiden Jokowi agar masyarakat tidak meminjam uang ke rentenir pun dipungkas dengan kalimat: "Hindari yang namanya rentenir!" (Sumber: https://www.hidayatullah.com/berita/nasional/read/2017/11/09/127532/presiden-ingatkan-warga-jangan-pinjam-uang-ke-rentenir.html, Akses: 3/1/2018).

Akhirnya, 'senasib' dengan peringatan Pemerintah bahwa merokok itu berbahaya. Rentenir dan rokok bebas-merdeka berkeliaran di antara kita, tidak ada sanksi pidana kok!

Nah, yang saya inginkan dari CSR BRI itu adalah 'balap' dengan mereka (rentenir partikelir). Mungkin, solusi yang mendesak adalah ditambah/diperbanyak karyawan BRI yang mengejar 'bola' seperti mereka. Semoga rekrutmen karyawan BRI meminimalisasi pemeo: "Ah ribed, mending  ke Bank Keliling saja!"

Dan ketiga, mohon maaf saya mengingatkan, ada 'royalti' abadi pada nama "BRI": Bank 'Rakyat' Indonesia. Ini taken for granted, ini takdir, ini anugerah alam.

Royalti itu sungguh 'mahal'. Ini dua alasan mengapa saya memilih BRI: (1) ada 'RI' (Rakyat Indonesia)-nya = masalah nasionalisme dan (2) memang BRI ada di mana-mana = masalah kepraktisan yang ujung-ujungnya masalah solidaritas juga karena mayoritas relasi saya ialah nasabah BRI.

Kata kunci dari ketiga kasus 'asa' saya tersebut adalah 'karaos'  (Sunda: terasa, ter-rasa) bukan kahartos  (Sunda: dimengerti) tok.  Tidak ada dikotomi nasabah dengan non nasabah, apalagi jika nasabah BRI, tetapi Sang Nasabah itu merasa tidak dilayani dan tidak dianggap sama sebagai Rakyat Indonesia; misalnya 'dipersulit' dalam meminjam 'uangnya'. Wah!

Jika bermain kata (language game), bagi saya, BRI itu 'beri'. "Ingat BRI, ingat beri." "Beri jangan minta kepada USA!" kata JFK  kepada rakyatnya. "Ingat beri, ingat cinta," ya cinta itu hanya memberi bukan saling memberi dan menerima karena bukan sedang berbisnis. Jika membuka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), ada 8 (delapan) makna dari kata 'beri' itu. Wow!

Dari kecil kita mulai menabung

Supaya hidup kita beruntung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun