Pepih bukan pahlawan yang harus menjadi martir untuk memenuhi kepuasan semua warga. Pepih bukan polisi, bukan jaksa dan bukan hakim dan tentu bukan satpol PP yang turun sibuk untuk penggusuran. Tetap harus ada tanggung jawab dari semua warga sejak awalnya. Oh, ya, Pepih juga bukan seorang pemadam kebakaran, apalagi jika kebakaran itu dibuat oleh warganya sendiri. Musykil untuk seorang Pepih kemudian diserapahi  segala macam dan alasan.Â
Terasa fiksi? Ya, karena siapa disini yang tidak memfiksikan dirinya dengan masing masing alasannya untuk masuk kesini, keluar, masuk, keluar Kompasiana. Semua punya segudang alasan yang akan fiksional dalam membangun citra masing masing disini, yang di antaranya, telah terekam jejak jejaknya. Pepih, tidak perlu menghilangkan jejak jejak yang telah ada. Dihilangkan, tetap saja ada kemudian dalam segala bentuknya. Jejak apa yang mau dipilih? Teserah, segala citra dapat dipilih termasuk dalam bungkusan plot demi plot dramatisasi fiksional.
So, Pepihku sayang, please, hangin' there. Ini bukan untuk Pepih seorang, tetapi segala hormat saya untuk semua yang bekerja keras mewujudkan era media baru, membentuk masa depan, yang tetap dalam konteks policy, code of ethics dan code of conducts yang telah ditentukan.
Dari,
seorang saudara.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H