Apa yang disampaikan oleh murid murid saya tidak ada bedanya dengan apa yang disampaikan dalam berita di media mainstream cetak maupun online, yang tertampilkan di semua televisi. Semua memilih sudut pandang yang akan membuat meeka terlihat cerdas. Untuk tingkat SMA, saya mewajibkan setiap murid saya untuk menyebutkan sumber bacaan (melalui penglihatan atau penampakan) yang mereka ambil, kutipan langsung dan tidak langsung. Pada kesimpulan baru mereka menyampaikan isi kepala mereka sendiri itu pun harus berdasar dari teori yang telah ada. Untuk tingkat SMA saya melarang mereka untuk berkesimpulan dengan kepalanya sendiri, kecuali mereka telah menguasai permasalahan dan memehami teori yang mereka pakai. Bukan apa apa saya hanya ingin mereka memahami cara pikir yang berpengetahuan bukan berdasarkan emosi terhadap yang mereka bahas.
Saya menunjuk mereka secara acak. Berikutnya saya memilih seorang murid saya yang berperawakan seakan tidak memperhatikan kegenitan zaman yang begitu bertele tele memperhatikan penampilan. Ia seorang yang percaya diri dengan perawakannya. Termasuk pendiam namun disukai oleh teman temannya bukan karena ia seorang yang selalu berusaha mencari perhatian atau mencuri perhatian. Tetapi karena ia memiliki rasa empati yang tidak dibuat buat. Ia seorang murid yang biasa saja. Tidak pernah berusaha menarik perhatian guru, tidak pernah berusaha keras menarik perhatian teman temannya tertumpah pada dirinya dengan cara cara modern untuk menjadi "bungkus yang indah" apapun itu isinya.
Dia dengan tenang mempersiapkan infocus di dalam kelas, memasukkan flashdisk. Segera muncul musik membahana di layar dengan montage visual visual kejadian yang aktual, kutipan kutipan dari para tokoh yang memang mengelola negara ini. Semua terdiam. Tidak sebagimana penampilannya yang cenderung sederhana, penguasaan IT sangat mengagumkan.
Dia berdiri, dengan suara yang seperti datang dari gurun pasir terbawan angin utara diam mulai menyampaikan pendalamannya.
"Sejarah penyelenggaraan negara ini, semua cabang pemerintahan, birokrasi masih kuat dipengaruhi, dan yang masih menjadi satu satunya variabel dalam menentukan arah negara kita hingga saat ini adalah Golkar." Kelas agak gelap, di papan tulis tampak pantulan power point yang memperkuat argumentasinya.
Dia melanjutkan, dengan membaca dan mengatur ritme powerpoint sejalan dengan apa yang disamapaikan.
"Dimana Golkar sekarang? Mengikuti pola koalisi dalam pemilihan presiden yang lalu terdapat dua koalisi yang rigid, Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Dalam pemilihan legislatif (pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) Golkar hampir selalu menduduki tempat nomor dua termasuk tahun lalu. Tidak mengherankan, karena selama 32 tahun partai politik ini telah menguasai dan menjadi sumber daya manusia keparpolan dan sumber daya birokrasi yang menguasai semua sektor hajat hidup masyarakat hingga ke pelosok. Ini dibutikan dengan kehadiran babinsa."
"Siapa dan apa Golkar saat sekarang ini. Baik di eksekutif, maupun legislatif. Di koalisi KMP Golkar tetap yang terkuat karena sumber daya manusia mereka ada di semua parpol peserta koalisi." Dalam powerpointnya terlihat diagram keparpolan dan sosok sosok mengikuti apa yang dijelaskannya.
"Apakah ada Golkar di dalam KIH. Ada !. Wakil Presiden adalah petinggi Golkar. Parpol pendukung KIH adalah Golkar, yang sekarang menjadi dan terbagi ke dalam parpol baru Hanura dan Nasdem. PKPI parpol baru yang didirikan oleh jendral di masa lalu sebagaimana parpol parpol lain yang juga menjadi ajang aktifitas politik mantan para jendral masa lalu. Tentu mereka boleh berpolitik setelah pensiun dan atau harus berhenti dari angkatan atau kepolisian jika mereka memilih sebagai poltisi aktif, di kepartaian atau sebagai wakil rakyat atau sebagai pejabat negara."
"Golkar memiliki dosa masa lalu. Apakah Golkar memiliki komitmen untuk menebus dosa dosa masa lalunya atau ingin mengembalikan keriangan dosa masa lalu untuk diimplementasikan kembali sekarang ini. Konflik KPK dan Polri adalah rentetan dosa masa lalu Golkar yang tidak berhasil atau tidak mau diselesaikan di Era Reformasi ini."
"Sumber daya manusia Golkar memiliki kapital untuk mengembalikan kejayaan Golkar masa lalu dalam segala bentuknya di Era Reformasi. Dan, jika mereka bersatu, rakyat akan digiring untuk menyalahkan pihak yang selama ini selalu dianggap sebagai penghambat sepak terjang Golkar....."