Mohon tunggu...
Alur Ceria
Alur Ceria Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Tenggelamlah kamu ke dalam lautan Alur Ceria. Sebuah cerita yang berharap akan berakhir menjadi Alur Ceria.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Anak Kucing

7 Juli 2024   12:00 Diperbarui: 7 Juli 2024   12:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengakhiri hidup? Akankah menjadi sebuah solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan hidup? Beberapa kali, terlintas dalam pikiran tentang pertanyaan-pertanyaan dan alasan mengapa aku bisa hidup di dunia ini? Dunia ini begitu kejam, orang-orang pun jahat, tak ada yang bisa aku percayai dari mereka, bahkan orang-orang terdekatku, keluargaku, aku tak mempercayai mereka.

Saat itu, duniaku baik-baik saja. Namun, badai menghampiriku, menghancurkan dunia yang aku miliki selama ini, menjadikannya berkeping-keping seperti serpihan kaca pecah. 

Kepingan-kepingan dari duniaku ini, ku biarkan begitu saja selama beberapa tahun kedepan, sampai saatnya, aku menyadarinya dan harus segera memulihkan duniaku satu-satunya ini. Perubahan dalam hidupku pun sedikit demi sedikit nampak begitu jelas. 

Aku yang terlahir sebagai anak yang begitu ceria, kini menjadi sosok anak yang pemurung dan tertutup. Sangat tertutup. Semua keluargaku menyadari akan perubahan itu, aku yang dulu banyak sekali berbicara, apapun itu aku ceritakan, bahkan semua imajenasi di kepalaku ku ceritakan. 

Tiba-tiba saja, menjadi seseorang yang berbicara secukupnya, menutup diri dari setiap acara, terutama acara yang diadakan oleh keluarga besarku. Alasanku saat itu, ialah, karena aku tak ingin merasa dikasihani oleh mereka (keluarga besarku). Aku tak suka jika seseorang mengasihaniku, melihatku dengan tatapan yang sangat iba. Aku membencinya, sangat membencinya.

Setelah badai itu hadir dalam kehidupanku, perjalanan hidup selanjutnya hanyalah sebagai pengisi dari hak-hak yang telah Tuhan berikan. Tak pernah meminta lebih, hanya meminta agar selalu dalam keadaan waras dan tak pernah melakukan kesalahan yang dapat merugikan dan mempermalukan diri, terlebih keluarga.

Kesalahpahaman, ujian dan cobaan hidup datang silih berganti. Tak akan berhenti jika detak jantung ini masih bergetar. Disaat semua permasalahan memuncak, disaat itulah, aku berpikir untuk mengakhiri semua kisah hidupku yang memilukan dan menyakitkan ini. Namun, pikiranku untuk mengakhiri hidup berhenti begitu saja, ketika aku melihat anak kucing yang telah ku tolong beberapa hari lalu. 

Jika aku mati, siapa yang akan memberinya makan? Jika aku mati siapa yang akan melindunginya? Jika aku mati, siapa yang akan menjaganya dengan sangat baik? Ternyata, aku tak sanggup meninggalkannya begitu saja. Lalu, benda tajam yang sedang ku pegang, ku alihkan pada rambutku yang saat itu sudah panjang. Ku biarkan benda itu memotong bagian rambutku dengan sesuka hati, sampai rasa puas muncul dan membuatnya berhenti.

Hidupku saat itu mungkin sudah sangat tidak berarti, tetapi aku bisa belajar dan memahami arti hidup dari hidupku yang tak berarti itu. Ku biarkan diri ini mencari makna hidup yang sebenarnya. Bertemu dengan orang-orang baru, teman, sahabat, dan kekasih. Walau pada akhirnya, mereka pun pergi meninggalkanku, dengan cara baik ataupun dengan cara yang tak begitu baik. Semua memberiku makna kehidupan yang sebenarnya, walau dengan cara yang menyakitkan atau menyedihkan. Aku sangat berterima kasih karena telah dipertemukan dengan mereka.

Tuhan masih memberiku kesempatan untuk memperbaiki hidup, untuk bertahan, berjuang dan mencari makna hidup yang sebenarnya melalui anak kucing itu. Jika saja, saat itu aku tidak pernah bertemu dan menolong anak kucing yang sedang menangis, kedinginan tanpa seorang induk, mungkin saja aku sudah tak ada di dunia ini, dan tidak akan menulis cerita ini.

Cerita ini tidak ada maksud untuk memberikan pengaruh yang tidak baik bagi pembaca. Semua hanyalah cerita perjalanan hidup penulis. Perjalan yang akhirnya menemukan makna kehidupan yang sebenarnya, tentang Tuhan dan jati diri yang dulu sempat terkubur, akhirnya kembali tumbuh dan bersinar. Sebuah semangat hidup yang dulu pernah sirna, kini lahir kembali.

Perjuangan dalam mencari makna hidup ini belum selesai, bahkan masih sangat jauh. Makna-makna lain akan lahir bersembunyi diantara warna-warna hidup. Kebahagiaan, kesedihan, kemudahan, kesukaran, dan warna-warna lainnya yang akan selalu menemani kehidupan, mengisyaratkan sejauh mana kita akan berjuang dan bertahan di Jalan-Nya.

Hi, aku Alur Ceria, berharap kisahku akan selalu bersinar dan tak pernah berhenti bersinar, sampai Tuhan yang memutuskan sampai kapan aku harus berhenti bersinar. Aku berharap, aku bisa menemani setiap langkahmu dan menemukan semua jawaban dari teka-teki kehidupan yang sedang kamu cari. Mari kita berteman untuk waktu yang lama, atau bahkan selamanya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun