Mohon tunggu...
Alur Ceria
Alur Ceria Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia

Tenggelamlah kamu ke dalam lautan Alur Ceria. Sebuah cerita yang berharap akan berakhir menjadi Alur Ceria.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kedai Susu

3 Juli 2024   22:00 Diperbarui: 7 Juli 2024   08:06 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Canva: Created by Alur Ceria

Secangkir susu murni telah tiba. Seseorang telah mengantarnya. Dia menyambutku dengan senyumnya.

“Seperti biasa, susu putih pesananmu telah siap untuk dinikmati.” Ucapnya, dengan senyum khas yang merekah. Bak bunga yang baru saja mekar di musim semi. Hangat nan indah.

Aku balik tersenyum kepadanya, dan menjawab, “Terima kasih, Van.” Lalu, dia kembali ke tempatnya, untuk menyiapkan pesanan lain.

Dia sudah sangat terbiasa dengan kehadiranku setiap malam. Tanpa berucap pun ia tahu aku akan memesan susu putih. Lalu, jika aku merasa perutku sudah bersuara, dia tahu, aku akan memesan cemilan favoritku, yaitu tahu goreng crispy.

Tempat ini sudah menjadi tempat peralihanku dari hirup pikuk dunia. Bukan, bukan tempat untuk bersandar, karena hanya Tuhanlah sebaik-baik tempat bersandar. Tempat ini, hanya saja begitu nyaman untuk berdiam, berpikir, dan merenung. Sebuah kedai kecil yang diberi nama Kedai Karmila oleh Sang Tuan Pemilik. Aku teringat, ketika pertama kali aku mendengar nama ini, terdengar sangat unik, berbeda dari kedai pada umumnya, yang kebanyakan menggunakan nama-nama modern dan kebarat-baratan. Aku sangat suka dengan hal unik, dan berbeda dari yang lain.

Akhirnya, jam menunjukkan pukul 10.00 malam. Tak terasa, aku sudah menghabiskan waktu di kedai ini selama tiga jam. Aku begitu menikmati waktuku menghabiskan malam di kedai ini, dengan menulis dan menggambar di tablet digitalku.

Mungkin, aku belum menjelaskan kepada kalian, tujuanku datang ke kedai ini, selain untuk menenangkan diri, aku pun mencari sebuah inspirasi untuk novel yang sedang aku tulis. Novel apa yang sedang ku tulis? Mungkin aku belum bisa menjawabnya.

Aku segera membereskan barang-barangku, dan bergegas untuk pergi. Kali ini, aku pulang lebih cepat dari biasanya, karena besok aku harus melakukan pertemuan penting dengan seseorang.

"Semuanya tiga puluh ribu. Ya kan Van?" Aku mendahului Ivan. Dia tersenyum.

"Semua pesananmu sudah ku bayar. Segeralah pulang, Ris. Sepertinya, sebentar lagi akan turun hujan." Jawab Ivan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun