Mohon tunggu...
Alun Riansa Pakaya
Alun Riansa Pakaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa yang antusias menulis, mengeksplorasi ide-ide baru dan mengembangkan kreativitas melalui karya tulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nenek Tua

10 September 2024   03:08 Diperbarui: 10 September 2024   03:35 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Kling AI - Ilustrasi suasana desa damai dengan nenek tua dan pemuda yang peduli. 

Di sebuah desa kecil bernama Linawan, hidup seorang nenek tua bernama Buyung. Desa itu adalah desa yang damai dengan pemandangan sawah hijau yang terbentang luas, namun ada satu hal yang sering dilupakan oleh penduduknya: nenek Buyung. Setiap hari, nenek Buyung menapaki jalan setapak menuju rumahnya yang sederhana, seorang diri dan tanpa bantuan dari siapapun.

Nenek Buyung bukanlah wanita sembarangan. Ia memiliki senyum yang lembut dan mata yang penuh kebijaksanaan. Tapi, ada sesuatu yang membuatnya berbeda: meskipun usianya sudah sangat lanjut, nenek Buyung selalu terlihat tegar dan tidak pernah meminta bantuan. Ia tinggal di sebuah rumah tua yang dikelilingi oleh tanaman-tanaman kecil yang dia rawat sendiri dengan penuh kasih sayang. Tanaman-tanaman itu tidak hanya menjadi kebanggaan, tetapi juga satu-satunya sumber makanan baginya.

Setiap hari, nenek Buyung makan sayur yang ia petik sendiri dari kebunnya. Sayur-sayuran itu adalah hasil dari kerja kerasnya, dari pagi hingga sore. Tidak pernah sekalipun nenek Buyung terlihat mengeluh atau meminta nasi atau bahan makanan lainnya dari tetangga. Meskipun kadang-kadang ada rasa lapar, nenek Buyung tetap setia dengan menu makanannya yang sederhana.

Warga desa Linawan, yang dikenal baik hati, sering kali merasa bahwa nenek Buyung tidak memerlukan bantuan mereka. Mereka berpikir bahwa nenek Buyung adalah wanita yang sangat mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain. Tidak ada yang tahu bahwa di balik senyuman lembutnya, nenek Buyung sebenarnya merasa kesepian dan merindukan kebaikan dari orang-orang di sekelilingnya.

Suatu hari, seorang pemuda bernama Andi, yang baru saja pulang dari kota setelah menyelesaikan studinya, datang ke desa Linawan. Andi adalah seorang yang sangat peduli dengan orang lain dan memiliki rasa ingin tahu yang besar. Ketika ia berjalan-jalan di desa, ia melihat nenek Buyung yang sedang sibuk merawat kebunnya.

"Selamat pagi, Nek," sapa Andi dengan penuh semangat. "Bolehkah saya membantu?"

Nenek Buyung terkejut mendengar sapaan ramah itu. Ia jarang sekali mendapat perhatian dari orang lain. Dengan senyum penuh rasa terima kasih, ia mengangguk dan menjawab, "Tentu saja, Nak. Bantuanku sangat berarti."

Andi mulai membantu nenek Buyung di kebunnya. Selama beberapa hari, Andi melihat betapa kerasnya nenek Buyung bekerja dan betapa sederhana hidupnya. Setiap kali Andi bertanya tentang makanan, nenek Buyung hanya berkata, "Ini cukup, Nak. Sayur dari kebun ini sudah cukup membuatku bahagia."

Andi merasa hati kecilnya tersentuh. Ia merasa tidak enak melihat nenek Buyung hidup dengan makanan yang begitu sederhana. Maka, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu. Setiap hari, Andi mulai membawa nasi dan beberapa bahan makanan tambahan untuk nenek Buyung. Awalnya, nenek Buyung menolak dengan lembut, tetapi Andi terus bersikeras, sampai akhirnya nenek Buyung menerima dengan hati yang penuh rasa terima kasih.

Lambat laun, warga desa mulai memperhatikan perubahan di sekitar nenek Buyung. Mereka melihat betapa bahagianya nenek Buyung setiap kali Andi datang. Rasa kepedulian Andi menyebar ke seluruh desa. Warga desa akhirnya menyadari bahwa nenek Buyung tidak hanya membutuhkan makanan, tetapi juga rasa perhatian dan kasih sayang.

Mulai dari saat itu, kehidupan nenek Buyung berubah. Warga desa mulai mengunjunginya lebih sering, memberikan bantuan, dan berbagi cerita. Nenek Buyung merasa diperhatikan dan dihargai, bukan hanya karena makanan yang dia terima, tetapi karena kebaikan yang mengisi hari-harinya.

Dan di tengah-tengah semua itu, Andi tetap menjadi teman setia nenek Buyung. Ia mengajarkan kepada warga desa bahwa kadang-kadang, yang paling dibutuhkan seseorang bukan hanya bantuan materi, tetapi juga kehadiran dan perhatian. Nenek Buyung akhirnya menemukan kembali kebahagiaan dan kehangatan yang selama ini dia cari, dan desa Linawan menjadi lebih harmonis dan penuh kasih.

Kisah nenek Buyung mengajarkan kita bahwa di dunia ini, setiap orang berhak mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Kadang-kadang, perubahan terbesar dimulai dari tindakan kecil dan penuh empati dari seseorang yang peduli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun